FENOMENA AYAM KAMPUS DIGORONTALO
Mohamad Riadi Muslim
Kematangan seksual remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual. Adanya dorongandorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis kelaminnya, berdampak pada perilaku remaja yang mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Dalam rangka mencari pengetahuan mengenai seks, ada remaja yang melakukannya secara terbuka bahkan mulai mencoba melakukan eksperimen dalam kehidupan seksualnya, misal berciuman atau bercumbu Sarwono,(Rimawati, 2010).
Fenomena ayam kampus ini muncul sebagai salah satu dampak dari tekanan ekonomi dan gaya hidup modern, di mana beberapa mahasiswa merasa perlu mencari cara cepat untuk memenuhi kebutuhan hidup atau standar gaya hidup yang tinggi. Di Gorontalo, seperti di daerah lain di Indonesia, fenomena ini dianggap sebagai masalah sosial yang meresahkan, karena tidak hanya merusak citra mahasiswa secara umum, tetapi juga dapat memengaruhi reputasi institusi pendidikan. Selain itu, adanya ketidakpedulian masyarakat dan kurangnya pengawasan serta dukungan sosial bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial turut memperparah fenomena ini. Pada akhirnya, persoalan ayam kampus ini membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, termasuk keluarga, institusi pendidikan, dan pemerintah, untuk mengedukasi dan memberikan solusi alternatif yang lebih positif bagi para mahasiswa yang mungkin rentan terhadap godaan tersebut. Fenomena ayam kampus di Gorontalo merupakan isu sosial yang belum memiliki data pasti terkait jumlah kasus atau mahasiswa yang terlibat. Namun, fenomena ini kerap kali menjadi sorotan di kalangan masyarakat dan media lokal. Banyak kasus yang diungkap secara tersirat melalui cerita atau laporan dari masyarakat setempat, namun minim bukti konkret dan pendataan resmi. Namun kita bisa melihat penelitian dari LPM Manunggal UNDIP yang menunjukkan bahwa fenomena ‘ayam kampus’ juga ada di Kota Semarang, dimana beberapa faktor yang menyebabkan ’ayam kampus’ menjadi alasan atau penyebab menjadi ‘ayam kampus’, disebutkan bahwa penyebab terbesar adalah ekonomi (47%), 22,6% karena gaya hidup, 21,8% karena pengaruh lingkungan pergaulan, 6% untuk kepuasan pribadi dan hanya 2,6% menyatakan untuk prestige (Rimawati, 2010).
Kesimpulannya, fenomena ayam kampus di Gorontalo merupakan gambaran dari adanya tekanan sosial dan ekonomi yang dialami sebagian mahasiswa, yang kemudian mencari solusi cepat melalui tindakan yang tidak sesuai dengan norma masyarakat. Meski sulit untuk mendapatkan data yang akurat terkait jumlah mahasiswa yang terlibat, fenomena ini sering menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat dan dianggap merusak citra lembaga pendidikan. Perlu diakui bahwa fenomena ini tidak hanya terjadi di Gorontalo, melainkan juga di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan adanya tantangan dalam sistem pendidikan dan lingkungan sosial yang memungkinkan mahasiswa, terutama mereka yang menghadapi tekanan finansial, untuk mengambil jalan pintas yang berpotensi merugikan diri sendiri. Upaya pencegahan fenomena ini membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Pertama, pendidikan moral dan nilai-nilai agama harus lebih diutamakan untuk membekali mahasiswa dengan prinsip yang kuat dalam menghadapi godaan ekonomi. Kedua, peran bimbingan konseling di perguruan tinggi harus diperkuat, dengan memberikan dukungan emosional dan solusi nyata bagi mahasiswa yang menghadapi kesulitan. Ketiga, pemerintah dan institusi pendidikan perlu menawarkan bantuan finansial yang memadai untuk mahasiswa yang benar-benar membutuhkan, sehingga mereka tidak tergoda untuk terlibat dalam praktik yang tidak sesuai dengan etika dan moral. Dengan kerja sama yang solid antara keluarga, institusi pendidikan, pemerintah, serta masyarakat, diharapkan fenomena ayam kampus ini bisa diminimalisir. Pendekatan yang berbasis pada pendidikan karakter, dukungan finansial, dan bimbingan moral akan membantu menciptakan lingkungan akademik yang sehat dan mencegah mahasiswa dari perilaku yang merugikan masa depan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Rimawati, E. (2010). Fenomena Perilaku Seksual “AYAM KAMPUS” DI KOTA SEMARANG. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia