Logika vs Emosi: Membangun Dinamika Organisasi yang Harmonis dalam Situasi Konflik
Perlu kita ketahui dan sadari bersama, bahwa manusia merupakan makhluk emosi, bukan makhluk logika. Terlebih lagi jika dihadapkan oleh sebuah permasalahan, cukup sulit untuk mengharapkan sebagian orang untuk mengedepankan logikanya terlebih dahulu. Setiap saat kita selalu dihadapkan oleh sebuah permasalahan jika bekerja di dalam organisasi. Maka mustahil di dalam sebuah tim/organisasi tidak akan terjadinya “cekcok” atau pertikaian antar anggota. Di sini gue tekankan bahwa “mulutmu harimaumu”, hati-hati menjadi sebuah botol soda yang tutupnya dibuka sesaat setelah lu mengocoknya, meledak
Jika memang lu dan anggota tim lu sedang dalam intensitas emosi yang tinggi, lebih baik untuk taking space (avoid strategy) terlebih dahulu. Tidak apa menghindar sementara untuk mendinginkan kepala kita. Setelah itu mulailah berkomunikasi untuk fokus menyelesaikan permasalahannya, bukan pribadi orangnya. Jangan mengkritik keburukannya di depan rekan lainnya, hal tersebut hanya memperkeruh suasana. Selesaikan dengan gaya diskusi yang tenang dan solutif. Bijaklah dan ambil kendali dengan logika lu. Jika emosi saja bisa mengendalikan diri lu, bagaimana dengan masalah bertubi-tubi yang akan datang di masa depan nanti? cukup berbahaya.