Diammu Sempurnakan Segalanya (CERPEN)
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus yang penuh ambisi dan dinamika, ada seorang perempuan yang selalu menarik perhatian tanpa perlu bersuara. Namanya Aksa, seorang mahasiswi yang keberadaannya seolah membentuk harmoni di antara riuhnya dunia. Bukan karena kemewahan atau popularitas yang memikat, tetapi karena diamnya yang penuh makna, yang mampu menyempurnakan segalanya di sekelilingnya.Aksa adalah misteri yang tersusun rapi dalam keheningan. Dalam diamnya, ia menyimpan keteguhan, ketabahan, dan kekuatan yang tak terlihat oleh mata biasa. Ia bukan perempuan yang haus akan validasi dunia, tetapi ia memahami betul bagaimana menjadi dirinya sendiri tanpa kehilangan arah. Bagi banyak orang, ia adalah simbol dari sesuatu yang mahal—bukan dalam makna materi, tetapi dalam nilai dan harga diri yang sulit untuk ditakar.
Di mata Arya, teman sekelasnya yang diam-diam mengaguminya, Aksa adalah teka-teki yang ingin selalu dipecahkan. Arya selalu merasa bahwa di setiap diamnya, Aksa sedang berkomunikasi dalam bahasa yang hanya bisa dipahami oleh hati yang peka. "Mengapa kau begitu sunyi, namun begitu menggetarkan?" tanyanya dalam hati, berkali-kali, saat ia memperhatikan Aksa dari kejauhan.Aksa tidak banyak bicara, tapi saat ia berbicara, setiap kata yang meluncur dari bibirnya adalah cerminan dari pemikiran yang dalam. "Tidak semua hal butuh suara untuk bisa dimengerti," ujarnya suatu ketika, saat Arya mencoba mendesaknya untuk berbagi isi pikirannya. Kalimat itu menghantam kesadaran Arya, menyadarkannya bahwa terkadang kesempurnaan hadir dalam bentuk yang tak terduga—dalam diam yang menenangkan.
Namun di balik diamnya, Aksa menyimpan banyak luka yang tak pernah terucap. Luka dari ekspektasi yang terlalu tinggi, dari harapan yang ia bangun sendiri, dan dari dunia yang terus bergerak tanpa pernah menunggu. Ia memilih diam bukan karena ia tidak tahu cara berbicara, tetapi karena ia telah memahami bahwa kadang diam adalah satu-satunya jalan untuk bertahan.Arya, dengan segala kekagumannya, ingin masuk lebih dalam ke dunia Aksa. Ia ingin memahami apa yang tersembunyi di balik kesunyiannya, ingin menemukan alasan mengapa ia lebih memilih diam dibanding menjelaskan. Namun Aksa tetaplah Aksa—sebuah misteri yang tidak bisa dipaksa untuk dipecahkan, melainkan harus didekati dengan kesabaran dan ketulusan.
“Diamku bukan bentuk pelarian,” Aksa pernah berkata, “tetapi cara terbaik untuk menjaga apa yang seharusnya tetap utuh.”
Dalam kisah mereka, tak ada drama yang meledak-ledak, tak ada kata-kata cinta yang diumbar berlebihan. Hanya ada dua hati yang saling memahami dalam cara yang sederhana—satu yang berbicara dengan penuh semangat, dan satu lagi yang diam dengan penuh makna. Dan di antara mereka, diam Aksa tetap menjadi sesuatu yang menyempurnakan segalanya, seperti simfoni yang indah meskipun tak terdengar.
“Karena dalam diam, aku belajar menghargai segala yang tak mampu diungkapkan oleh kata.”