Ketika Hati Jatuh Pada Mahasiswa BK

05 April 2025 14:32:10 Dibaca : 32

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (BK) dikenal sebagai pribadi yang memiliki kemampuan memahami orang lain, mendengarkan tanpa menghakimi, dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan. Sifat dan karakteristik inilah yang membuat mahasiswa BK sering kali menjadi pribadi yang menarik di mata orang lain, bahkan tidak jarang membuat seseorang jatuh cinta.Jatuh cinta pada mahasiswa BK bukan sekadar tentang penampilan fisik, melainkan tentang bagaimana mereka memperlakukan orang lain dengan tulus. Mereka terbiasa mendengarkan tanpa memotong pembicaraan, memahami perasaan orang lain, dan memberikan kenyamanan dalam komunikasi. Hal inilah yang membuat seseorang merasa dihargai, dimengerti, dan akhirnya timbul rasa kagum hingga jatuh cinta.

Menurut Fitriana (2020), mahasiswa BK memiliki kecenderungan untuk memiliki empati yang tinggi serta keterampilan komunikasi yang efektif, sehingga mampu membangun kedekatan emosional dengan orang lain. Selain itu, mahasiswa BK juga dilatih untuk memiliki sikap sabar, rendah hati, dan penuh perhatian. Sifat-sifat inilah yang menjadi daya tarik tersendiri di mata orang yang mengenalnya lebih dekat.

Namun, jatuh cinta kepada mahasiswa BK juga memiliki tantangannya sendiri. Karena kebiasaan mereka mendengarkan banyak cerita dari orang lain, terkadang muncul rasa cemburu atau khawatir karena mereka sangat dekat dengan banyak orang. Oleh karena itu, komunikasi yang sehat dan saling pengertian sangat dibutuhkan dalam membangun hubungan dengan mahasiswa BK.

Kesimpulan

Jatuh cinta pada mahasiswa BK bukan hanya soal perasaan, tetapi tentang bagaimana seseorang merasa dipahami, didengarkan, dan diterima apa adanya. Sifat empati, sabar, dan peduli yang dimiliki mahasiswa BK menjadi magnet tersendiri dalam dunia percintaan. Maka, tidak heran jika banyak orang merasa nyaman dan akhirnya jatuh cinta kepada sosok mahasiswa BK.

Daftar Pustaka

Fitriana, D. (2020). Peran Empati dan Komunikasi dalam Konseling. Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia, 5(1), 45-52.