Datang Kalau Butuh, Pergi Kalau Puas
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menemukan seseorang yang hadir dalam kehidupan orang lain hanya ketika sedang merasa bosan atau tidak memiliki kesibukan, atau sering disebut dengan istilah "datang saat gabut". Fenomena ini sering terjadi dalam berbagai bentuk hubungan sosial, seperti pertemanan, hubungan percintaan, bahkan hubungan dalam keluarga. Kehadiran seseorang hanya karena sedang gabut sering kali menimbulkan perasaan dimanfaatkan bagi pihak yang menjadi “tempat singgah”. Hal ini dapat berdampak pada kondisi emosional, rasa percaya diri, dan kesehatan mental seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui lebih dalam mengenai perilaku "datang saat gabut" dan dampaknya dalam hubungan sosial.
Perilaku "datang saat gabut" adalah sebuah tindakan seseorang yang hanya mendekati, menghubungi, atau menjalin komunikasi dengan orang lain ketika sedang bosan, tidak memiliki aktivitas, atau merasa sepi. Perilaku ini cenderung tidak berorientasi pada ketulusan, melainkan sekedar pelampiasan waktu luang.
Dampak Perilaku "Datang Saat Gabut"
- Dampak Positif
- Mengisi waktu luang
- Menambah pengalaman sosial
2. Dampak Negatif
- Timbulnya rasa dimanfaatkan
- Merusak kepercayaan antar individu
- Menurunkan kualitas hubungan sosial
- Menumbuhkan luka batin atau trust issue
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena "datang saat gabut" termasuk dalam perilaku sosial yang tidak sehat dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan teori hubungan sosial yang menyatakan bahwa hubungan yang baik dibangun atas dasar ketulusan, kehadiran, dan komitmen, bukan karena rasa bosan atau gabut semata. Perilaku "datang saat gabut" dapat merusak kualitas hubungan sosial, karena menimbulkan rasa tidak dihargai pada individu yang diperlakukan seperti itu. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menimbulkan permasalahan psikologis bagi korban, seperti trust issue, rendah diri, hingga menarik diri dari lingkungan sosial.