KATEGORI : Biodata Pribadi

Dilema Cinta : Antara Kebahagiaan dan Kepedihan

21 February 2025 20:36:44 Dibaca : 23

Sulit bagiku untuk mendefinisikan apa itu cinta. Apakah cinta itu saling mengasihi? Apakah cinta itu sebuah rasa dalam hati? Ataukah cinta itu soal dua insan yang saling memberikan kasih sayang satu sama lain? Bagi setiap orang, makna cinta bisa berbeda, dan setiap pengalaman cinta bisa membawa nuansa yang unik.

 

Bagiku sendiri, cinta adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan, sulit untuk mencari jawaban yang tepat. Jika cinta menghadirkan kebahagiaan kepada mereka yang merasakannya, mengapa cinta juga bisa menjadi bumerang yang memberikan rasa pahit? Jika cinta saling memberikan kasih dan sayang kepada pemiliknya, mengapa cinta kadang membuat seseorang merasakan kebencian yang mendalam?

 

Bagi aku, cinta adalah sesuatu yang pasif. Kadang cinta timbul ke permukaan, terkadang tenggelam ke dasar. Cinta adalah sebuah rasa yang diekspresikan melalui kata-kata, tindakan, keinginan untuk memiliki, dan rasa ingin mengasihi. Namun, mengapa kadang kala seseorang enggan untuk mengungkapkannya atau bahkan enggan untuk memilikinya, meskipun ada cinta yang ingin diekspresikan?

 

Jawabanku adalah, mencintai bukan selalu soal memiliki atau mengungkapkan. Sama seperti filosofi yang sering kita dengar, jika kau jatuh cinta pada sebuah bunga, biarkanlah bunga itu tumbuh dan bermekar. Jika kau memetiknya, maka bunga itu akan mati dan kau tidak akan melihatnya bermekar kembali, memperlihatkan keindahannya. Mencintai dari kejauhan adalah cinta yang sangat berat, dan tidak semua orang mampu melakukannya.

 

Cinta juga seringkali penuh dengan dilema. Dalam satu sisi, cinta bisa membuatmu merasa seperti orang paling bahagia di dunia. Kehadirannya memberikan warna dan makna dalam hidupmu. Namun, di sisi lain, cinta juga bisa membawa kesedihan dan rasa sakit yang mendalam. Ketika cinta tidak terbalas atau harus dilepaskan, luka yang ditinggalkan sulit untuk sembuh.

 

Meskipun demikian, cinta tetap menjadi salah satu aspek paling mendasar dalam kehidupan manusia. Cinta mengajarkan kita tentang pengorbanan, pengertian, dan kesabaran. Cinta juga mengajarkan kita tentang keindahan dalam memberi dan menerima, tanpa mengharapkan imbalan. Meskipun sulit untuk didefinisikan, cinta adalah energi yang menggerakkan hati dan jiwa kita, membuat hidup ini menjadi lebih berarti.

Arini terbaring lemah di ranjang rumah sakit, ditemani oleh Bima, sang pujaan hati yang selalu setia di sisinya. Jarum jam menunjukkan pukul 00.05, dan keheningan malam terasa begitu kental di ruangan itu. Suara mesin medis yang monoton dan lampu redup menambah suasana pilu.

 

Arini membuka matanya perlahan, mengumpulkan kekuatan untuk memulai percakapan yang akan memecahkan kesunyian. Dengan suara lemah, dia berkata, "Bima, aku ingin bertanya kepadamu."

Bima menatap wajah Arini dengan serius, mengeratkan genggaman tangannya di tangan Arini. "Apa itu, Arini?" tanyanya lembut.

"Menurutmu, apakah cinta itu bisa abadi?" Arini berbicara dengan suara yang nyaris berbisik, namun tetap terdengar penuh harap.

         Bima menghela nafas panjang, memikirkan jawaban yang tepat. "Huuuft, tentu saja kenapa tidak?" ujar Bima meyakinkan, mencoba menenangkan hati Arini yang gelisah.

         Arini menatap mata Bima dengan tatapan penuh kesedihan. "Lantas bagaimana denganku yang tinggal menghitung hari? Akankah cinta kita akan abadi selamanya?" tanyanya dengan nada gemetar, air mata mulai mengalir di pipinya.

         Bima mengelus kepala Arini dengan lembut, mencoba memberikan kenyamanan yang dibutuhkan. "Heh... Ngomong apa sih kamu? Udah-udah, kan ada aku di sini," katanya sambil tersenyum lembut, meskipun hatinya sendiri terasa berat.

         Arini menggeleng pelan. "Jika cinta tidak bisa abadi, maka lekaslah engkau mencari penggantiku. Aku akan pergi untuk selamanya dan tak akan kembali lagi," ucapnya tegas sambil menangis kecil, memecah keheningan malam.

         Bima menatap Arini dengan mata berkaca-kaca. "Cinta akan tetap abadi bagi yang meyakininya, aku meyakininya bahwa cintaku kepadamu akan abadi untuk selamanya. Walaupun ada sosok yang menggantikanmu, sosok itu mungkin merupakan jelmaan darimu. Jika tidak, maka tidak dengan siapapun itu," jawab Bima dengan tegas, penuh keyakinan.

         Arini tersenyum lemah, merasa sedikit lega mendengar kata-kata Bima. Malam itu menjadi saksi bisu dari cinta yang begitu tulus dan abadi di tengah keterbatasan waktu. Meski Arini tahu bahwa harinya di dunia ini terbatas, dia merasa tenang karena cinta Bima akan selalu ada di hatinya.

 

apakah cerpen ini akan berlanjut...? 

Bagaimana menurut Kalian..? 

SEMESTER BARU TANTANGAN BARU

15 January 2025 16:05:29 Dibaca : 18

Libur semester telah berlalu, dan kini saatnya kembali ke rutinitas akademik. Tanggal 20 Januari 2025 menandai awal perkuliahan semester 6, sebuah milestone penting bagi kami, mahasiswa angkatan 2022. Semester ini membawa tantangan baru, karena kami harus menentukan judul proposal penelitian untuk skripsi yang akan menjadi syarat penting menuju gelar Sarjana Pendidikan. Saya masih teringat saat melihat kakak senior angkatan 2021 menjalani semester 6 dan mendengarkan cerita mereka. Kini, kami telah berada di posisi yang sama. Saya berharap semester ini akan berjalan lancar, dan kami diberkahi kesehatan, umur panjang, serta kesabaran dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik

 

 

Awal Yang Baru Di Tahun 2024

01 January 2025 10:11:18 Dibaca : 17

 

         1 Januari 2025, adalah awal yang baru untuk membuka lembaran baru, menggoreskan kisah-kisah segar, dan belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Lembaran-lebaran sebelumnya penuh dengan berbagai cerita—baik suka, duka, bahagia, hingga dilema yang tiada ujungnya. Tahun 2024 telah membawa banyak pelajaran yang mendalam, dan ada harapan besar bahwa kejadian-kejadian pahit di tahun lalu bisa menjadi pembelajaran yang berharga.

        Setahun berjalan bukanlah hal yang mudah. Kesabaran dan ketabahan adalah kunci untuk menjalani hidup dengan tujuan yang lebih baik. Fokus pada satu titik untuk mencapai kesuksesan adalah visi yang diperlukan dalam perjalanan ini. Memperbaiki kesalahan di tahun sebelumnya dan tetap semangat dalam menempuh studi adalah prioritas, apalagi mengingat penulis sudah akan memasuki semester 6. Ketulusan dan kesiapan harus dipupuk sejak dini.

         Akhirnya, penulis menitipkan pesan: "Berlayarlah sejauh mungkin dengan satu titik fokus hingga mencapai tujuan yang ingin dicapai, karena kesuksesan harus kita rakit sejak dini."

Ketidakadilan dalam Penegakan Hukum: Kasus Harvey Moeis

31 December 2024 16:19:07 Dibaca : 41

 

         Penulis merasa sangat kecewa dengan putusan pengadilan yang hanya menjatuhkan hukuman 6,5 tahun penjara kepada Harvey Moeis, yang didakwa melakukan korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) sebesar Rp 300 triliun. Jumlah yang sangat fantastis, bukan? Padahal, berdasarkan kutipan dari laman Republik, putusan hakim tersebut dianggap menyentak rasa keadilan di masyarakat. "Tak logis, menyentak rasa keadilan. Harvey Moeis didakwa melakukan korupsi dan TPPU Rp 300T. Oleh jaksa hanya dituntut 12 tahun penjara dengan denda Rp 1 miliar dan uang pengganti hanya Rp 210 miliar. Vonis hakim hanya 6,5 tahun plus denda dan pengganti dengan total Rp 212 miliar," tulis Mahfud MD melalui unggahan di akun X pada hari Kamis.

Realita Yang Tidak Adil : 

         Pada kenyataannya, hukuman ini jelas tidak adil bagi seseorang yang telah merugikan negara dengan jumlah yang begitu besar. Apabila kita melihat kasus-kasus lain yang menunjukkan ketidaksesuaian hukuman, terdapat beberapa contoh yang bisa dijadikan perbandingan:

         Nenek Asiani didakwa oleh Jaksa mencuri tujuh batang kayu jati milik Perhutani Situbondo. Nenek yang tinggal di Desa Jatibedeng, Situbondo ini dinyatakan melanggar Pasal 12d juncto Pasal 83 ayat 1d Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Nenek Asiani akhirnya divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Situbondo pada Rabu, 23 April, dan dijatuhi hukuman penjara satu tahun dengan masa percobaan 15 bulan serta denda sebesar Rp 500 juta. (Informasi dikutip dari CNN Indonesia).

Kasus-Kasus Lainnya. 

Berikut adalah beberapa kasus yang mengindikasikan ketidakadilan dalam penegakan hukum di Indonesia:

1. [Kasus Nenek Minah: Pembuka Fenomena Penerapan Restorative Justice] https://www.hukumonline.com/berita/a/kasus-nenek-minah--pembuka-fenomena-penerapan-restorative-justice-lt64ad8fa40c796/

2. [Kasus Kanjuruhan: Bukti Buruknya Hukum dan Penegakan Keadilan] https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/kasus-kanjuruhan-adalah-bukti-buruknya-hukum-dan-penegakan-keadilan-/7022813.html

3. [Kasus-Kasus Ketidakadilan di Indonesia] https://nasional.kompas.com/read/2022/03/24/01300001/kasus-kasus-ketidakadilan-di-indonesia?page=all

         Sebagai negara hukum, tentu kita harus mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Saat rakyat kecil yang berbuat salah, hukumannya seringkali sangat berat dan tidak masuk akal. Namun, ketika elite yang bermasalah, hukumannya justru ringan dan tidak masuk akal. Misalnya, pencuri sandal dihukum satu tahun penjara, sedangkan pencuri uang dalam jumlah besar hanya satu bulan penjara. Harapan penulis adalah agar penegakan hukum sesuai dengan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, dan bukan sekadar menjadi dongeng di malam hari.

         Semoga artikel ini dapat menggambarkan ketidakadilan yang dirasakan masyarakat dan pentingnya penegakan hukum yang adil dan sesuai dengan konstitusi. Jika ada yang ingin ditambahkan atau diperbaiki, silakan beri tahu saya.