KATEGORI : Artikel

PENGARUH BULLYING TERHADAP PENURUNAN MOTIVASI BELAJAR

08 January 2025 16:05:58 Dibaca : 24

PENGARUH BULLYING TERHADAP PENURUNAN MOTIVASI BELAJAR

oleh 

Safrin lamusrin 

safrinlamusrin11@gmail.com 

         Gambaran saat ini menunjukkan bahwa bullying menjadi masalah yang hampir terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah. Berbagai media sering kali melaporkan maraknya kasus bullying di sekolah yang dilakukan oleh siswa terhadap sesama siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa bullying merupakan tindakan yang harus dihilangkan dari lingkungan sekolah.

         Sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu, di mana siswa seharusnya dapat menyerap pengetahuan tanpa gangguan atau hambatan sekecil apa pun. Lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif dapat memberikan dampak positif pada hasil belajar siswa dan meningkatkan semangat belajar mereka. Lingkungan yang nyaman tersebut tercipta melalui hubungan yang baik antara guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa lainnya.

           Secara sederhana, bullying adalah perilaku agresif dan intimidatif yang dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti, mengintimidasi, atau merendahkan orang lain, baik secara fisik, verbal, maupun emosional. Bullying dapat terjadi di berbagai lingkungan, seperti sekolah, tempat kerja, atau komunitas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mustikaningrum (2017), bullying merupakan tindakan negatif yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang dan berulang, dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain, sehingga korbannya terus-menerus merasa cemas dan terintimidasi.

        Bullying terdiri dari beberapa jenis, termasuk bullying verbal dan non-verbal Bullying Verbal ialah Tindakan merundung yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata, seperti ejekan, hinaan, ancaman, gosip, atau penyebaran rumor. Contoh bullying verbal termasuk mengucapkan hal-hal negatif tentang penampilan fisik korban atau mengancam akan melakukan kekerasan.

         Sedangkan Bullying Non-verbal adalah Tindakan merundung yang dilakukan tanpa menggunakan kata-kata, melainkan melalui tindakan atau ekspresi. Contoh bullying non-verbal termasuk membuat gerakan tubuh yang menghina, mengabaikan atau menghindari kontak mata secara sengaja, merusak barang milik korban, atau mendorong dan menendang korban.

         Mengutip sumber dari Detik.com yang merujuk pada laporan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang dikeluarkan pada 1 Januari 2024, tercatat bahwa sepanjang tahun 2023 terdapat 30 kasus perundungan di satuan pendidikan. Jumlah ini meningkat sembilan kasus dibandingkan tahun sebelumnya, menandakan bahwa aturan yang ada belum terealisasi dengan optimal. Dari 30 kasus tersebut, setengahnya terjadi di jenjang SMP, 30 persen di jenjang SD, 10 persen di jenjang SMA, dan 10 persen di jenjang SMK. Jenjang SMP menjadi jenjang yang paling banyak terjadi perundungan, baik yang dilakukan oleh siswa kepada teman sebaya maupun oleh pendidik.

        Peningkatan kasus bullying di satuan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, menunjukkan bahwa bullying memiliki implikasi serius bagi siswa yang menjadi korban. Dampak dari bullying sangat serius, termasuk depresi, kecemasan, kurang percaya diri, isolasi sosial, trauma, bahkan keinginan untuk bunuh diri.

        Sebagai tempat untuk menyerap ilmu pengetahuan, sekolah memegang peran penting dalam menciptakan iklim yang nyaman dan bebas dari bullying. Guru dan kepala sekolah memiliki tanggung jawab besar dalam melawan perundungan. Bullying dapat menurunkan motivasi belajar siswa, yang merupakan dorongan atau semangat untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi adalah “bahan bakar” yang membuat kita bergerak dan berusaha lebih keras.

         Penelitian yang dilakukan oleh Fatkhurokhman (2022) menunjukkan bahwa bullying dapat menyebabkan penurunan motivasi belajar. Dari hasil statistik dengan menggunakan norma klasifikasi standar deviasi, diketahui bahwa terdapat tingkat bullying dalam kategori sedang dengan persentase 73,1%, dan tingkat motivasi belajar dalam kategori sedang dengan persentase 73,17%. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara bullying dan motivasi belajar siswa kelas VII di MTSN 5 Ponorogo.

         Bullying di satuan pendidikan harus dihilangkan, dan semua pihak harus turut serta, mulai dari orang tua, guru, wali kelas, hingga kepala sekolah, memainkan peran yang kompleks. Dengan demikian, kasus bullying di sekolah dapat dicegah, sehingga tidak berdampak negatif pada semangat belajar peserta didik. Bullying dapat mengganggu psikologi anak, dan banyak korban bullying yang telah mengalami dampak negatif di satuan pendidikan. Sekolah merupakan unsur penting dalam pendidikan, dan lingkungan sekolah harus nyaman untuk belajar. Jika terdapat kasus bullying dan ada korbannya, hal ini akan berdampak buruk pada siswa yang terlibat.

 

 

 

 

 

 

 

 

         Semester demi semester telah berlalu: Semester 1, 3, 5, dan 7 telah selesai, dan kini kita bersiap melangkah ke semester 2, 4, 6, dan 8. Di akhir setiap semester, kita dihadapkan dengan hasil nilai sebagai refleksi dari usaha dan perjuangan kita selama ini. Nilai-nilai ini menjadi tanda bahwa kita berhasil naik ke level berikutnya dalam perjalanan akademik kita.

         Nilai yang diberikan oleh dosen pun bervariasi, mulai dari A, A-, hingga E. Namun, nilai E tentu menjadi hal yang paling menakutkan, karena itu adalah nilai terendah yang menandakan kegagalan. Secara umum, nilai adalah hasil dari proses belajar yang menunjukkan seberapa besar kita memahami materi dan mencapainya. Tetapi nilai juga bisa memotivasi kita untuk terus berusaha dan memperbaiki diri di semester berikutnya.

         Namun, muncul pertanyaan besar: apakah nilai E akan menjadi cambuk motivasi untuk memperbaiki diri, atau justru akan mematahkan semangat mahasiswa untuk terus berjuang? Berdasarkan pengamatan penulis, tidak jarang mahasiswa yang mendapat nilai E merasa patah hati, merasa gagal, dan cenderung menyerah. Bahkan, banyak yang merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki nilai tersebut. Fenomena ini memang cukup sering terjadi, namun kita harus ingat bahwa nilai buruk bukanlah akhir dari segalanya.

         Pada sisi lain, mahasiswa yang mendapatkan nilai baik, seperti B+ atau A, cenderung lebih bersyukur dan menghargai pencapaian tersebut. Mereka menyadari bahwa segala usaha dan perjuangan mereka telah membuahkan hasil, meskipun mungkin tidak sempurna. Dalam hal ini, bersyukur menjadi kunci utama. Bersyukur bukan hanya tentang menghargai pencapaian, tetapi juga menghargai setiap kesempatan dan pelajaran yang datang, baik itu kesenangan maupun kesulitan.

         Penting untuk memiliki sikap sabar dan menerima hasil dengan lapang dada. Bersyukur atas segala hal yang telah diberikan adalah cara kita untuk terus maju. Setiap langkah, baik itu sukses ataupun kegagalan, adalah bagian dari perjalanan yang harus dijalani dengan penuh kesabaran dan rasa terima kasih.      

         Untuk memperbaiki kualitas belajar dan hasil nilai, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, hadir tepat waktu di setiap perkuliahan dan jangan pernah terlambat. Kedua, aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas, karena keaktifan ini tidak hanya membantu kita memahami materi, tetapi juga menunjukkan komitmen kita untuk belajar. Ketiga, pastikan untuk mengerjakan tugas tepat waktu. Jangan menunda-nunda pekerjaan, karena setiap tugas adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang.         Jika Anda merasa kesulitan atau belum terbiasa dengan beberapa kebiasaan baru, coba lakukan sedikit demi sedikit. Perubahan yang konsisten jauh lebih berarti daripada perubahan yang terburu-buru. Ingatlah bahwa keberhasilan tidak datang dengan cepat, tetapi dengan usaha yang terus-menerus dan penuh dedikasi.

         Terakhir, selalu ingat bahwa kita tidak hanya belajar untuk diri sendiri, tetapi juga untuk memenuhi harapan orang tua dan orang-orang terdekat yang mendukung kita. Mereka menaruh harapan besar pada kita, dan kita memiliki tanggung jawab untuk menjalani perjalanan akademik ini dengan ikhlas dan penuh semangat. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini adalah untuk meraih cita-cita yang lebih besar di masa depan.

 

FENOMENA TREND PENGGUNAAN MAKE-UP BERLEBIHAN DI KALANGAN SISWI SMA

safrin Lamusrin¹, Nirma Bioto², Ahmad Karim³

Pendidikan adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan karakter individu melalui proses interaksi dengan lingkungan, guru, dan peserta didik. Berbicara tentang potensi diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik dan memberikan kontribusi kepada masyarakat adalah tujuan utama pendidikan, oleh karena itu pendidikan bermain peran sangat penting. 

 

Selain itu pendidikan memiliki tujuan yang lebih spesifik diantaranya; meningkatkan kesadaran dan kecerdasan, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, membentuk karakter dan moral menyiapkan generasi masa depan, dan masih banyak lagi tujuan pendidikan. Pendidikan terdiri dari dua jenis, yaitu pendidikan Formal dan pendidikan non formal.

 

Pendidikan formal adalah Pendidikan yang diselenggarakan secara terstruktur dan sistematis oleh lembaga pendidikan yang diakui oleh pemerintah seperti misalnya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas. (SMA). Sedangkan Pendidikan Non formal merupakan Pendidikan yang tidak terstruktur secara formal, tetapi tetap memiliki tujuan dan kurikulum.

 

Berbicara tentang pendidikan, maka tidak luput kita membahas tentang Sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang menyediakan lingkungan belajar sistematis dan terstruktur untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan karakter siswa. Dengan memiliki tujuan yaitu ; meningkatkan pengetahuan siswa, keterampilan mengembangkan hidup dan sosial, dan membentuk karakter serta moral.

 

Akan tetapi, fenomena yang terjadi saat ini banyak pelajar yang sudah tidak memaknai mengapa mereka harus sekolah dan apa inti yang akan didapat setelah sekolah, trend-trend yang semakin meluas hampir masuk di kalangan pelajar. ikuti trend terbaru menjadi hal yang unik dan di coba oleh semua pelajar, hingga pada akhirnya mengikuti trend terbaru jika belum di coba di rasa belum keren.

 

Salah satu fenomena yang trend saat ini adalah penggunaan Make-up di sekolah yang dilakukan oleh hampir segelintir pelajar siswi baik di tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun sekolah menengah atas. Tren ini hampir tidak bisa dihindari, penggunaan Make-up berlebihan seolah-olah akan melupakan bahwa mereka datang ke sekolah untuk mencari ilmu dan menyerap semua pengetahuan yang ada di sekolah.

 

Nyatanya berbanding terbalik sekarang ini di sekolah hanya menampilkan dan mempertontonkan wajah yang sudah di Make-up sedemikian rupa, padahal mereka lupa akan tujuan awal masuk sekolah. Dan ini berdasarkan fakta, hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretha Theodora dan Marpaung1 Supsiloani menunjukkan bahwa adanya penggunaan Make-up di lingkungan sekolah.

 

Dalam penelitian menunjukkan faktor penyebab siswi menggunakan Make-up ke sekolah disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah adanya dorongan yang kuat dalam diri tanpa pengaruh dari luar yang menjadi faktor penyebab mereka menggunakan Make-up Faktor penyebab menggunakan Make-up ke sekolah adanya untuk menutupi kekurangan pada wajahnya dan untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri.

 

Sedangkan faktor eksternal adalah adanya pengaruh dari luar yang menjadi faktor penyebab mereka menggunakan Make-Up yaitu media sosial, keluarga dan teman sebaya. Selanjutnya pada penelitian yang sama menunjukkan bahwa Guru setiap harinya menemukan siswa yang menggunakan bahkan membawa produk Make-up ke sekolah. Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengatasi siswi yang menggunakan Make-up ke sekolah yaitu memberikan teguran secara lisan maupun tertulis dan melakukan razia di tiap kelas.

 

Make-up adalah seni menghias dan mempercantik wajah dengan menggunakan berbagai produk kosmetik untuk meningkatkan penampilan dan kepercayaan diri. Tujuan make-up tentu saja untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri, meningkatkan ekspresi wajah, dan mengubah penampilan. Akan tetapi penggunaan yang secara berlebihan jelas dalam di lingkungan sekolah jelas merupakan tindakan yang salah apalagi sampai membawanya di sekolah.

 

Untuk itu gunakanlah Make-up atau rias wajah yang mungkin, tidak terlalu berlebihan. Sekolah juga memainkan peran dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah yang dikutip dari website Gema Surya Fm. Upaya yang dilakukan oleh guru adalah melakukan razia Make-up yang dilakukan oleh Pengurus OSIS dan memberikan teguran hingga sampai pada pemberian sanksi.

 

Tidak ada larangan menggunakan Make-up di sekolah, hanya saja penggunaan Make-up harus dikendalikan, sebagai pelajar tolak ukur dari pelajar adalah bagaimana bisa menyerap ilmu pengetahuan dan berprestasi di sekolah, masalah Make-up di sekolah jelas berkaitan dengan karakter pendidikan. Sekolah sebagai ajang untuk menyerap ilmu pengetahuan dan bukan ajang untuk Fashion.

 

Referensi Rujukan 

Marpaung T. Margaretha., Supsiloani (2024) FENOMENA PENGGUNAAN MAKE UP DI LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora. Jil. 1. No. 9. Hlm.16-22

 

FM. Surya., G, (2023). Soal Larangan Siswa Make-up Berlebihan, SMPN 1 Ponorogo Sudah Lama Masuk ke Tatib Sekolah. Diakses Online : Sabtu, 4 Januari 2024, waktu 11.48 WITA. Tautan : https://gemasuryafm.com/2023/12/11/soal-larangan-siswa-make-up-berlebihan-smpn-1-ponorogo-sudah-lama-masukkan-ke-tatib-sekolah/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Maraknya Kenakalan Remaja Di Malam Tahun Baru.

01 January 2025 18:27:36 Dibaca : 24

         Malam tahun baru, momen yang seharusnya penuh dengan suka cita dan perayaan, sering kali diwarnai oleh meningkatnya kenakalan remaja. Fenomena ini menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pihak berwenang, mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Kenakalan remaja menjelang malam tahun baru tidak hanya mengganggu ketertiban umum, tetapi juga menimbulkan kerugian materi dan ancaman keselamatan. Faktor-faktor seperti pergaulan bebas, pengaruh teman sebaya, penyalahgunaan narkoba, dan kurangnya pengawasan orang tua sering kali menjadi pemicu utama. Artikel ini akan membahas berbagai jenis kenakalan remaja yang umum terjadi menjelang malam tahun baru serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

          Beberapa jenis-jenis kenakalan remaja diantaranya : 

Menjelang malam tahun baru, sering kali terjadi peningkatan dalam berbagai jenis kenakalan remaja. Berikut adalah beberapa jenis kenakalan remaja yang umum terjadi:

1. Pesta Minuman Keras, Remaja sering kali mengadakan pesta minuman keras untuk merayakan malam tahun baru. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan perilaku agresif dan tindakan yang tidak bertanggung jawab.

2. Balap liar, Balap liar di jalanan menjadi salah satu bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi menjelang malam tahun baru. Aktivitas ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang fatal.

3. Vandalisme, Vandalisme, seperti merusak fasilitas umum, mencoret-coret tembok, dan merusak properti, sering kali meningkat menjelang malam tahun baru. Tindakan ini merugikan masyarakat dan lingkungan sekitar.

4. Penyalahgunaan Narkoba, Beberapa remaja mungkin terlibat dalam penyalahgunaan narkoba sebagai bentuk perayaan malam tahun baru. Penyalahgunaan narkoba dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental remaja.

5. Tawuran, Tawuran antar kelompok remaja sering kali terjadi menjelang malam tahun baru. Konflik ini bisa dipicu oleh berbagai alasan, termasuk persaingan antar kelompok atau pengaruh alkohol dan narkoba.

6. Pergaulan Bebas, Pergaulan bebas, termasuk perilaku seksual yang tidak aman, juga meningkat menjelang malam tahun baru. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan sosial.

7. Kebisingan dan Gangguan Ketertiban, Remaja sering kali membuat kebisingan yang mengganggu ketertiban umum, seperti menyalakan petasan atau kembang api secara berlebihan, serta mengadakan pesta yang berisik.

         Berikut beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan : 

Upaya Pencegahan

        Pencegahan kenakalan remaja memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk orang tua, sekolah, dan masyarakat. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pengawasan Orang Tua, Orang tua harus lebih peduli dan mengawasi aktivitas anak-anak mereka secara ketat.

2. Pendidikan Nilai dan Karakter, Sekolah harus mengembangkan kurikulum yang mencakup pendidikan nilai dan karakter untuk membentuk generasi muda yang lebih baik.

3. Program Mentoring dan Konseling, Program mentoring dan konseling dapat membantu remaja yang berpotensi terlibat dalam kenakalan untuk mengubah arah hidup mereka.

4. Pengawasan dan Patroli, Pihak berwenang seperti Polres Lombok Tengah telah melaksanakan patroli rutin untuk mengantisipasi kenakalan remaja, terutama menjelang tahun baru.

         Dengan upaya yang tepat dan kolaborasi yang baik, diharapkan tingkat kenakalan remaja dapat dikurangi dan generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang lebih baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

PATUNG SARONDE, SIMBOL BUDAYA GORONTALO

15 December 2024 10:17:55 Dibaca : 159

 

PATUNG SARONDE, SIMBOL BUDAYA GORONTALO

         Di tengah gemerlap lampu kota, berdiri kokoh sebuah patung yang menjadi ikon kebanggaan masyarakat Gorontalo. Patung Saronde, begitulah ia dikenal, menggambarkan sepasang penari yang tengah larut dalam irama tarian tradisional Gorontalo. Siluet mereka yang menawan seolah membeku dalam waktu, mengabadikan keindahan gerakan tarian yang penuh makna.

         Patung ini didirikan sebagai simbol identitas dan warisan budaya Gorontalo. Setiap lekuk tubuh patung, setiap lipatan kain yang terurai, dan setiap ekspresi wajah yang terpancar, menggambarkan keanggunan dan kekuatan tarian Saronde. Patung Saronde bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga menjadi representasi semangat dan jiwa masyarakat Gorontalo.

        Berdiri megah di atas bundaran yang luas, patung ini menjadi pusat perhatian bagi siapa saja yang melintas. Cahaya lampu sorot yang menerpa patung di malam hari semakin menambah keindahannya. Patung Saronde seolah menjadi penjaga kota, menyambut setiap pengunjung yang datang dan pergi.

         Patung Saronde tidak hanya menjadi objek wisata yang menarik, tetapi juga memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi. Tarian Saronde sendiri memiliki sejarah panjang dan makna yang mendalam bagi masyarakat Gorontalo. Melalui patung ini, generasi muda dapat belajar tentang warisan budaya leluhur dan menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas daerahnya.