Google Sites Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu dampak positif dari perkembangan TIK adalah munculnya berbagai platform dan aplikasi yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran interaktif. Di antara banyak pilihan yang tersedia, Google Sites muncul sebagai salah satu alternatif yang menarik dan potensial untuk digunakan dalam konteks pendidikan.
Google Sites adalah platform pembuatan situs web yang disediakan oleh Google sebagai bagian dari suite aplikasi Google Workspace (sebelumnya dikenal sebagai G Suite). Platform ini memungkinkan pengguna untuk membuat situs web dengan mudah tanpa memerlukan pengetahuan coding yang mendalam. Kemudahan penggunaan dan integrasi yang mulus dengan layanan Google lainnya menjadikan Google Sites sebagai pilihan yang menarik bagi para pendidik untuk mengembangkan media pembelajaran interaktif.
Dalam era digital saat ini, kebutuhan akan media pembelajaran yang interaktif, mudah diakses, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa semakin meningkat. Penggunaan media pembelajaran interaktif seperti Google Sites dapat membantu meningkatkan engagement siswa, memfasilitasi pembelajaran mandiri, dan mendukung penerapan berbagai model pembelajaran modern seperti blended learning dan flipped classroom (Pratama et al., 2020).
PEMBAHASAN
1. Fitur-fitur Google Sites yang Relevan untuk Pembelajaran
Google Sites menawarkan berbagai fitur yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan media pembelajaran interaktif yang efektif. Beberapa fitur utama yang relevan untuk konteks pendidikan antara lain:
a. Desain Responsif: Google Sites menggunakan desain responsif yang memungkinkan situs dapat diakses dengan baik melalui berbagai perangkat, termasuk smartphone dan tablet. Hal ini sangat penting mengingat banyaknya siswa yang menggunakan perangkat mobile untuk mengakses materi pembelajaran (Susilawati & Supriyatno, 2020).
b. Integrasi dengan Layanan Google Lainnya: Google Sites dapat dengan mudah mengintegrasikan konten dari layanan Google lainnya seperti Google Docs, Google Sheets, Google Slides, Google Forms, dan YouTube. Integrasi ini memungkinkan pendidik untuk menyajikan berbagai jenis konten dalam satu platform (Handayani et al., 2021).
c. Kolaborasi Real-time: Fitur kolaborasi real-time memungkinkan beberapa pengguna untuk bekerja sama dalam membuat dan mengedit konten situs secara bersamaan. Ini sangat berguna untuk proyek kelompok atau pembelajaran kolaboratif (Wicaksono et al., 2019).
d. Pengaturan Privasi dan Berbagi: Google Sites menawarkan opsi pengaturan privasi yang fleksibel, memungkinkan pendidik untuk mengontrol siapa yang dapat melihat atau mengedit situs. Ini penting untuk menjaga keamanan dan privasi dalam konteks pendidikan (Nurrita, 2018).
e. Pengelolaan Halaman dan Navigasi: Fitur ini memungkinkan pendidik untuk mengorganisir konten pembelajaran dengan struktur yang jelas dan mudah dinavigasi oleh siswa (Permatasari et al., 2019).
f. Analitik Situs: Google Sites menyediakan data analitik dasar yang dapat membantu pendidik memahami bagaimana siswa berinteraksi dengan konten pembelajaran (Hapsari & Airlanda, 2018).
2. Manfaat Penggunaan Google Sites dalam Konteks Pendidikan
Penggunaan Google Sites sebagai media pembelajaran interaktif membawa sejumlah manfaat bagi proses pembelajaran:
a. Aksesibilitas: Google Sites dapat diakses kapan saja dan di mana saja melalui internet, memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan preferensi mereka sendiri (Rahardja et al., 2019).
b. Fleksibilitas: Platform ini memungkinkan pendidik untuk dengan mudah memperbarui dan menyesuaikan konten pembelajaran sesuai kebutuhan, menjadikannya alat yang fleksibel untuk berbagai konteks pembelajaran (Wijaya et al., 2020).
c. Interaktivitas: Melalui integrasi berbagai jenis media dan alat interaktif, Google Sites dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa (Nurhayati et al., 2019).
d. Kolaborasi: Fitur kolaborasi memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam proyek kelompok, mendorong pembelajaran kolaboratif dan pengembangan keterampilan kerja tim (Sari & Suswanto, 2020).
e. Pengembangan Keterampilan Digital: Penggunaan Google Sites dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan digital yang penting, termasuk literasi digital dan kemampuan menggunakan teknologi untuk pembelajaran dan pemecahan masalah (Pratama & Arief, 2019).
f. Efisiensi: Bagi pendidik, Google Sites menawarkan cara yang efisien untuk mengelola dan menyajikan materi pembelajaran, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk persiapan dan distribusi materi (Kusuma & Astuti, 2019).
3. Strategi Implementasi Google Sites sebagai Media Pembelajaran Interaktif
Untuk mengoptimalkan penggunaan Google Sites sebagai media pembelajaran interaktif, beberapa strategi dapat diterapkan:
a. Perencanaan yang Matang: Sebelum memulai pembuatan situs, penting untuk merencanakan struktur, konten, dan tujuan pembelajaran dengan baik. Ini meliputi pemetaan materi, penentuan aktivitas pembelajaran, dan perencanaan evaluasi (Setiawan et al., 2019).
b. Desain yang User-Friendly: Merancang situs dengan layout yang bersih, navigasi yang intuitif, dan hierarki informasi yang jelas akan membantu siswa dalam mengakses dan memahami materi pembelajaran (Putri & Muzakki, 2019).
c. Integrasi Multimedia: Memanfaatkan berbagai jenis media seperti teks, gambar, video, dan animasi dapat membantu dalam menyajikan materi secara lebih menarik dan komprehensif (Hartono et al., 2019).
d. Penggunaan Fitur Interaktif: Memanfaatkan fitur-fitur interaktif seperti kuis online, forum diskusi, dan formulir umpan balik dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Rahmawati & Mukminan, 2018).
e. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif: Google Sites dapat digunakan untuk mendukung berbagai model pembelajaran inovatif seperti flipped classroom, project-based learning, atau inquiry-based learning (Wati & Kamila, 2019).
f. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas penggunaan Google Sites dan melakukan perbaikan berdasarkan umpan balik dari siswa dan hasil evaluasi (Apriyanto & Hilmi, 2019).
4. Tantangan dan Solusi dalam Penggunaan Google Sites
Meskipun Google Sites menawarkan banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya sebagai media pembelajaran interaktif:
a. Keterbatasan Akses Internet: Tidak semua siswa memiliki akses internet yang memadai, terutama di daerah terpencil. Solusi untuk hal ini bisa berupa penyediaan fasilitas internet di sekolah atau pengembangan konten yang dapat diakses offline (Utami & Mustadi, 2017).
b. Keterampilan Digital Pendidik: Tidak semua pendidik memiliki keterampilan yang cukup dalam menggunakan teknologi. Pelatihan dan dukungan teknis yang berkelanjutan dapat membantu mengatasi masalah ini (Prasojo et al., 2018).
c. Keamanan Data: Kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data siswa perlu diperhatikan. Penggunaan pengaturan privasi yang tepat dan edukasi tentang keamanan online dapat membantu mengatasi masalah ini (Husain, 2020).
d. Ketergantungan pada Layanan Pihak Ketiga: Penggunaan platform seperti Google Sites berarti bergantung pada layanan pihak ketiga. Penting untuk memiliki rencana cadangan dan backup data reguler untuk mengantisipasi perubahan kebijakan atau gangguan layanan (Budiman, 2021).
e. Adaptasi Siswa: Beberapa siswa mungkin memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran baru. Pendampingan dan panduan yang jelas dapat membantu proses adaptasi ini (Mulyani & Haliza, 2021).
5. Studi Kasus dan Contoh Penggunaan Google Sites dalam Berbagai Mata Pelajaran
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan Google Sites dalam berbagai konteks pembelajaran:
a. Pembelajaran Bahasa: Dalam pembelajaran bahasa Inggris, Google Sites dapat digunakan untuk membuat portofolio digital siswa, menyajikan materi gramatikal interaktif, atau sebagai platform untuk proyek penulisan kolaboratif (Fitria et al., 2020).
b. Pembelajaran Sains: Untuk mata pelajaran sains, Google Sites dapat digunakan untuk membuat laboratorium virtual, menyajikan simulasi eksperimen, atau sebagai platform untuk proyek penelitian siswa (Wati et al., 2020).
c. Pembelajaran Sejarah: Dalam mata pelajaran sejarah, Google Sites dapat dimanfaatkan untuk membuat museum virtual, timeline interaktif, atau sebagai platform untuk proyek dokumentasi sejarah lokal (Hasan & Rahmat, 2019).
d. Pembelajaran Matematika: Google Sites dapat digunakan untuk menyajikan konsep matematika melalui visualisasi interaktif, kalkulator online, atau sebagai platform untuk pemecahan masalah kolaboratif (Putra & Suryani, 2020).
e. Pembelajaran Seni dan Budaya: Dalam konteks seni dan budaya, Google Sites dapat dimanfaatkan untuk membuat galeri seni virtual, mengorganisir festival budaya online, atau sebagai platform untuk proyek seni kolaboratif (Widodo & Wahyudin, 2018).
PENUTUP
Penggunaan Google Sites sebagai media pembelajaran interaktif membuka berbagai peluang untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas proses pembelajaran. Dengan fitur-fitur yang mendukung kolaborasi, interaktivitas, dan aksesibilitas, Google Sites dapat menjadi alat yang powerful bagi para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan engaging.
Namun, penting untuk diingat bahwa teknologi seperti Google Sites hanyalah alat. Keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada bagaimana para pendidik memanfaatkannya dalam konteks pedagogis yang tepat. Perencanaan yang matang, desain yang berpusat pada siswa, dan evaluasi yang berkelanjutan adalah kunci untuk memaksimalkan potensi Google Sites sebagai media pembelajaran interaktif.
Tantangan-tantangan dalam implementasi Google Sites, seperti keterbatasan akses internet dan kebutuhan peningkatan keterampilan digital, perlu diatasi melalui kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem pendidikan. Dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada kebutuhan siswa, penggunaan Google Sites dapat menjadi katalis untuk transformasi positif dalam praktik pembelajaran di era digital.
Ke depannya, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi dampak jangka panjang penggunaan Google Sites terhadap hasil belajar siswa, motivasi belajar, dan pengembangan keterampilan abad ke-21. Selain itu, studi komparatif dengan platform pembelajaran lainnya juga dapat memberikan wawasan berharga untuk pengembangan dan pemanfaatan teknologi pembelajaran yang lebih efektif di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, B., & Hilmi, M. I. (2019). Implementasi Google Sites dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Historis. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia, 2(1), 51-63.
Budiman, H. (2021). Analisis Implementasi Google Sites sebagai Media E-learning pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 5(1), 45-56.
Fitria, T. N., Nurweni, A., & Suka, R. G. (2020). Using Google Sites to Improve Students' Writing Skill in Narrative Text. U-JET: Unila Journal of English Teaching, 9(3), 1-12.
Handayani, S., Harta, R., & Prayitno, B. A. (2021). Pengembangan E-Modul Berbasis Google Sites untuk Pembelajaran Biologi. BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi, 14(1), 57-66.
Hapsari, A. S., & Airlanda, G. S. (2018). Pemanfaatan Google Sites dalam Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 5(2), 108-117.
Hasan, M. I., & Rahmat, A. (2019). Penggunaan Google Sites dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Historical Thinking Skills. Historia: Jurnal Pendidik dan
Pemilihan Media Dalam Proses Pembelajaran.
Abstrak.
Media merupakan alat perantara yang digunakan dalam proses pembelajaran, media tentu sangat penting dalam mendukung pembelajaran. Pemilihan Media Pembelajaran diharapkan agar guru mampu memilih dan memanfaatkan media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam tulisan ini merupakan hasil kesimpulan presentasi kelompok 2 Pada mata kuliah Media Pembelajaran.
Pendahuluan.
Media pembelajaran sangat penting dalam dunia pendidikan karena memainkan peran penting dalam proses transfer pengetahuan antara guru dan siswa. Media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa, meningkatkan motivasi mereka, dan mendukung mereka dalam mencapai tujuan belajar mereka. bersama-sama Dengan perkembangan teknologi, berbagai jenis media pembelajaran juga semakin beragam. cetak, audio, video, dan media interaktif digital.
Pilihan media pembelajaran yang tepat bukan hanya memilih alat bantu pengajaran; itu juga merupakan strategi penting dalam merancang proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Media harus dapat menyampaikan materi dengan cara yang sesuai. mudah dipahami oleh siswa berdasarkan karakteristik dan kebutuhan mereka. Media harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Namun, dalam kenyataannya, berbagai masalah seringkali muncul saat memilih media pembelajaran. Faktor-faktor seperti akses teknologi, kemampuan siswa untuk mengakses media, dan relevansinya dengan materi yang diajarkan. tidak memahami standar pemilihan media yang tepat dapat berdampak pada seberapa efektif seseorang belajar dan bahkan dapat menghambat seseorang untuk mencapai hasil yang diinginkan. yang terbaik.
A. Media Jadi Dan Media Rancang.
Media Jadi adalah media yang digunakan dalam pembelajaran dalam bentuk Jadi, dan langsung kita gunakan. Ada beberapa kelebihan menggunakan media jadi yaitu lebih menghemat waktu dan mudah di cari. Beberapa contoh media jadi diantaranya :
- Buku Pelajaran, Buku pelajaran merupakan media yang sangat dekat bagi kita. Bahkan guru sering menggunakan Buku dalam kelas sebagai pegangan didalam kelas.
-
LKS/LKPD
-
Film pendek
- Film dokumenter
B. Media Rancang.
Media Rancang yaitu media yang belum langsung digunakan, melainkan harus perlu dirancang terlebih dahulu sebelum digunakan. Kelebihan dari media Rancang diantaranya adalah lebih khusus digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu mdia rancang yang bisa kita gunakan dalam proses pembelajaran diantaranya :
- Poster,
- Model Tiga Dimensi
- Power Point
- Dan Flipcart
C. Cara Memilih Media Pembelajaran.
Cara Memilih Media dalm Proses Pembelajaran Diantaranya :
1. Mudah Di dapat
2. Melakukan analisis kebutuhan dan nalisis kondisi siswa
3. mudah didapat dan dibuat
4. Melakukan Evaluasi Media
SISTEM PEMBELAJARAN INKUIRI
Latar Belakang
Strategi pembelajaran Inkuiri Inkuiri sesuai dengan pendekatan konstruktivis dalam pendidikan. Teori ini menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman langsung dan refleksi. Dengan mendorong siswa untuk mengemukakan pertanyaan, menginvestigasi, dan membangun pemahaman mereka sendiri, inkuiri mencerminkan asas-asas konstruktivisme. Inkuiri menempatkan siswa dalam peran yang aktif sebagai penyelidik. Ini berbeda dari metode pembelajaran tradisional yang lebih bersifat pasif, di mana siswa hanya menerima informasi dari guru. Melalui inkuiri, siswa memiliki tanggung jawab langsung dalam proses pembelajaran mereka.
Strategi inkuiri bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan ilmiah siswa. Dengan menanamkan semangat penelitian dan eksplorasi, siswa dapat mengasah kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, membuat keputusan informasional, dan mengidentifikasi pola. Inkuiri mendekatkan siswa pada pengalaman yang mirip dengan praktik ilmiah di dunia nyata. Siswa dapat merasakan bagaimana ilmuwan bekerja, mengajukan pertanyaan, dan mencari jawaban dengan mengikuti langkah-langkah metodologis. Hal ini memberikan konteks nyata pada pembelajaran dan memperkuat aplikasi konsep.
Melalui inkuiri, siswa diberdayakan untuk mengelola dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri. Ini dapat meningkatkan kemandirian siswa dan memberikan motivasi intrinsik, karena mereka merasa memiliki kendali atas proses pembelajaran mereka. Dalam era pendidikan abad ke-21, di mana keterampilan seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan komunikasi sangat dihargai, inkuiri menjadi alat yang efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan ini. Inkuiri menciptakan lingkungan di mana siswa dapat mengasah keterampilan tersebut secara alami.
Inkuiri dapat diadaptasi untuk memenuhi berbagai gaya pembelajaran siswa. Siswa yang lebih suka belajar melalui tangan-tangan mereka dapat mengeksplorasi konsep melalui eksperimen, sementara siswa yang lebih suka belajar melalui pembacaan dapat melakukan penelitian dan membaca lebih lanjut. Pendidikan modern perlu mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global. Inkuiri membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, keterampilan yang sangat diperlukan dalam menghadapi masalah kompleks di tingkat global.
Pembelajaran ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan, Dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran nah sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk pelajar. SPI dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif aliran ini pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan.Selanjutnya aliran belajar kognitif melahirkan berbagai teori belajar seperti teori belajar gestalt teori Medan dan teori belajar konstruktivistik. Hakikatnya bukan peristiwa behavioral yang dapat diamati tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri. Teori belajar lain yang mendasari SPI adalah teori belajar konstruktivistik teori belajar ini dikembangkan oleh piaget. Nah iya mengemukakan bahwa pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa sejak kecil nah menurut piaget setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya.
Konsep Dasar SPI (Strategi Pembelajaran Inkuiri)
strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran ini dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuan rasa ingin tahu merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui Indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan Indra Indra lainnya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala :
- Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
- Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan Tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
- Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
- Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
- Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
- Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Prinsip-Prinsip Penggunaan SPI.
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak terdapat 4 faktor prinsip-prinsip penggunaan SPI diantaranya :
Maturation atau bisa disebut kematangan yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis pertumbuhan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh, pembentukan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak. Menurut sigelman dan sahffer (1995) otak terdiri dari 100 miliar miliar sel saraf neuron dan setiap sel saraf itu rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi atau hubungan dengan sel-sel saraf lainnya.
Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Gerakan-gerakan fisik pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide proses belajar yang murni tanpa adanya pengalaman-pengalaman aksi atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman.
Social Experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain tetapi menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturan sendiri. ada dua aspek pengalaman sosial diantaranya, pertama, pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kedua melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi egosentrisnya.
Equilibratition adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.
Terdapat beberapa jenis prinsip yang harus diperhatikan oleh guru diantaranya :
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
2. Prinsip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi baik interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3. prinsip bertanya Peran guru harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya siswa untuk menjawab setiap Pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar adalah proses berpikir atau disebut learning how to think yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak titik pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang cenderung memanfaatkan otak kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh otak kanan.
5. Prinsip keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan titik anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Langkah-Langkah Pelaksanaan SPI
Dalam Proses Pembelajaran dengan mengunakan SPI mengunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif, pada langkah ini guru mengondisikan siswa agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPI guru merangasan dan mengajak siswa untuk berpikir dalam memecahkan masalah Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
Ø Menjelasakan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh Siswa
Ø Menjelasakan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelasakan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
Ø Menjelasakan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu proses persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang di sajikan adalah proses yang menanti siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin di kaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya dalam mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah yaitu:
Ø Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.
Ø Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, artinya guru mendorong siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya suda ada.
Ø Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa artinya sebelum masalah itu di kaji lebih dalam melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
3. Merumuskan hipotesis Hipotensi adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai mana jawaban sementara hipotesis perlu di uji kebenarannya, kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu lahir. Oleh karena itu untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu caranya dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotensi) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu masalah yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotensi yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya oleh sebab itu tugas guru dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial.
Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (natural science). Namun demikian, para ahli ilmu pendidikan ilmu sosial mengadopsi strategi inkuiri yang kemudian dinamakan inkuiri sosial. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang dikemukakanoleh Robert A. Wilkins (1990:85) yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus-menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir.
Sedangkan menurut Bruce Joyce, inkuiri merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial ( social family ) subkelompok konsep masyarakat (concept of society) subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang hidup dan dapat mempertinggi anggota kualitas hidup
masyarakat.
Selanjutnya ada tiga karakteristik pengembagan strategi inkuiri sosial, pertama. Adanya aspek sosial (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas, kedua. Adanya rumusan hipotensis sebagai faktor untuk inkuiri. Ketiga, pengguna fakta sebagai pengujian hipotesis.
Kesulitan-Kesulitan Implementasi SPI
SPI merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap Naru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu strategi baru, dan penerapannya terdapat beberapa kesulitan.
Pertama SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar.
Kedua, sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir
Ketiga, berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang di- anggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembe- lajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active earning atau yang kita kenal dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif.
Keunggulan dan Kelemahan SPI
Keunggulan
SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkem- bangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar ada- lah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemaHarn, di antaranya:
a. Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan Waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampu- an siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit di- implementasikan oleh setiap guru.
Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses komunikasi.
Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses Komunikasi.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan adalah komponen - komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non-verbal atau visual. Media Pendidikan sebagai salah-satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, inteligensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan.
Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti perbedaan adat-istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai- nilai panutan; dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar.
Kegunaan Media Pendidikan Dalam Proses Pembelajaran.
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
- Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
- Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
- objek yang terlalu besar-bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model;
- objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;
- gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography;
- kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
- objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan
- konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
- menimbulkan kegairahan belajar;
- memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
- memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
- memberikan perangsang yang sama;
- mempersamakan pengalaman;
- menimbulkan persepsi yang sama.
MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
Pentingnya Media Pembelajaran Dalam Proses Pembelajaran.
A. Pendahuluan.
Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan tehnologi kini semakin maju. banyak teknologi yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. perkembangan teknologi yang kita nikmati saat ini adalah hasil perkembangan pemikiran manusia lewat pengetahuan. Lewat pengetahuanlah manusia mampu mengembangkan teknologi yang kita nikmati saat ini. Berbicara tentang perkembangan teknologi, tentunya teknologi mempengaruhi beberapa aspek dalam kehidupan. salah satu contohnya dalam dunia pendidikan. Pendidikan tentunya harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan berkembang. Menciptakan mutu dan kualitas pendidikan yang baik maka harus sejalan dengan perkembangan teknologi dengan menyesuaikan proses pembelajaran di dalam kelas. Proses pembelajaran di dalam kelas tentunya akan menarik jika menggunakan alat bantu berupa media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam hal ini guru. media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada audiens atau peserta didik, pesan yang dimaksudkan adalah berupa materi pelajaran.
Materi pelajaran akan terasa menyenangkan jika menggunakan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran itu sendiri mempunyai manfaat dan tujuan sebagai sumber belajar interaktif kepada peserta didik. Sebagai contoh guru PPKn ingin menjelaskan bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka guru tidak harus mengajak siswa keluar ruangan kelas untuk melihat di luar ruangan bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Maka guru hanya menyediakan media pembelajaran berupa video atau film yang menampilkan bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari dengan didukung dengan proyektor untuk menampilkan video secara jelas. Guru dituntut untuk kreatif dalam menciptakan model pembelajaran dalam kelas dan menggunakan media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran, agar proses pembelajaran tidak terasa membosankan bagi peserta didik. Namun beberapa masalah ditemukan terdapat beberapa sekolah yang tidak mempunyai sarana dan prasarana pendukung. Padahal, media sangat penting untuk perkembangan pendidikan dan dalam proses pembelajaran. Ini menunjukan betapa pentingnya media pembelajaran bagi pendidik dan bagi peserta didik. Tanpa Disadari, media sangat membantu aspek pendidikan, Media pembelajaran juga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan tentu ini akan meningkatkan hasil dan prestasi siswa. Dalam pembahasan kali ini terdapat beberapa pembahasan diantaranya ; Media Pendidikan, Perkembangan Media Pendidikan, Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses Komunikasi Dan Kegunaan Media Dalam Proses Belajar Mengajar
B. Pembahasan.
Proses belajar terjadi secara kompleks dimulai kita dari lahir sampai kita ke liang lahat. Tanda seseorang telah belajar ditandai dengan perubahan mulai dari pengetahuan (Kongnitif), keterampilan (Psikomotorik), nilai dan sikap (Afektif). Tidak semua dalam proses perubahan tingkah laku merupakan bagian Proses pembelajaran seagai contoh seseorang yang pendiam pergi ramai-ramai bersama teman-teman disuatu Bar, keluar dari Bar seseorang dan teman-temannya tertawa-tawa, dan berteriak-berteriak tidak jelas. nah, ini menunjukan bukan bagian dari proses pembelajaran.
B.1 Pengertian Media.
Pengertian Media secara Harfiah berasal dari kata Medium berarti perantara, atau pengantar Briggs (1970) berpendapat bahwa, media adalah segalaa alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, diantaranya buku, film, kaset, film bingkai. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
B.2 Perkembangan Media Pendidikan.
Pada mulanya media dianggap sebagai alat bantu mengajar guru. Alat bantu yang digunakan saat itu yaitu media visual misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lainnya yang dapat memberikan pengalaman kongret, motivasi belajar dan mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Edger Dale mengadakan klasifikasi tingkat yang paling kongkret ke arah yang paling abstrak. Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual. Baru pada tahun 1960 sampai dengan 1965 siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pendidik adalah mengubah tingkah laku siswa. Sistem mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan. Pada tahun 1965 Sistem mulai menempatkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Sudah layaknya media tidak lagi hanya kita pandang sebagai alat bantu belakanbg namun sebagai alat bantu, media dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara lebih teliti.
C. Kesimpulan.
Bahwa media sangat berperan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Media pembelajaran tentunya mempunyai banyak manfaat diantaranya meningkatkan motivasi belajar siswa dan perkembangan siswa. Tinggal bagaimana cara guru memanfaatkan media untuk membantu guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pengembangan media pembelajaran sangat diperlukan oleh guru itu sendiri, ini akan berdampak pada perkembangan siswa itu sendiri.