Berpetualang dengan Angin
Seperti daun yang berguguran di musim semi
Kering dan jatuh dari tangkainya,
Terbawa oleh angin yang berhembus,
Seolah olah anginlah yang menentukan arah tujuannya
Kemana arah mata angin membawanya?
Terbang bebas tak tertentu arah,
Akhirnya daun itu jatuh ke tanah
Menjadi tumpukan dedaunan
Dan tak berarti akhirnya
Menjadi tumpukan dedaunan yang menjadi sampah
Berbicara dengan Bintang yang membisu di Malam Hari
memandang bintang sangatlah enak di malam hari,
dibawah langit yang sejuk dengan gradasi biru tua gelap.
ditambah hamparan butiran bintang kecil di langit,
menambah lengkapnya malam ini, dengan nyanyian jangkrik seakan menemaniku dari kesunyian
yang memekakan telinga.
Sembari memandang bintang yang bertaburan di langit malam ini,
aku memngilustrasikan Kau seperti bintang yang Ku tatap malam ini,
Kamu terlihat indah dari kejauhan dengan pesona terangmu,
akan tetapi banyak sekali yang mengagumimu dan mendambakanmu
sama halnya malam ini, pasti banyak yang menunggu kehadiran bintang di malam ini seperti aku.
aku tak tau siapakah itu, jelas... banyak yang menantimu (Bintang).
Aku, Kamu, dan Hujan dibulan Desember.
Apakah kau masih ingat hujan dibulan desember?
Apakah kau masih ingat kedinginan saat itu?
Apakah kau masih ingat betapa kelabunya langit saat itu?
Rintik hujan yang turun saat itu menjadi saksi akan janji yang kita ucapkan.
Kekasih malamku dan kita menari diatas rintik hujan.
Rindu yang mencekam seakan membunuh ku.
Apakah rindu ini akan membunuh kita secar bersamaan?
Dan kehangatanmu akan menjadi salah satu kehangatan yang ditunggu.
Malam Membawa Pesan.
Dimensi malam gelap
Tak berkutik dan tanpa suara
Sendirian dan terpojok
Menunggu sebuah kepastian
Disuruh maju hanya sebuah pesan
Dupukul mundur oleh sebuah kenyataan
Nyanyian malam tak berirama
Siapa sangka jangkrik berbunyi
Terpojok dalam dimensi gelap
Kabar tak kunjung muncul
Melodi&irama kini tak seiras
Memadu kasih buakan dan fiktif belaka