Hukum ll Newton
Dandi Saputra Halidi
442417041
Judul :
HUBUNGAN GAYA DAN PERCEPATAN DALAM KEHIDUPAN
SEHARI HARI
Rumusan masalah
Bagaimana grafik yang menunjukkan hubunan percepatan rata-rata sebagai fungsi dari gaya yang dikerahkan (Fa) ?
Bagaimana grafik yang menunjukkan hubungan percepatan rata-rata sebaga fungsi dari massa balok beroda menggunakan grafik untuk menentukkan antara gaya yang diterapkan, massa, dan percepatan rata-rata balok ?
Bagaimana interpretasi grafik ?
Bagaimana eksperimen dapat membantu memperluas hasil-hasil untuk mengikutkan percepatan sesaat ?
Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui grafik yang menunjukkan hubunan percepatan rata-rata sebagai fungsi dari gaya yang dikerahkan (Fa).
Mahasiswa dapat mengetahui grafik yang menunjukkan hubungan percepatan rata-rata sebaga fungsi dari massa balok beroda menggunakan grafik untuk menentukkan antara gaya yang diterapkan, massa, dan percepatan rata-rata balok.
Mahasiswa dapat menginterpretasi grafik.
Mahasiswa dapat menegtahui eksperimen apa yang dapat membantu memperluas hasil-hasil untuk mengikutkan percepatan sesaat.
Dasar teori
Gaya adalah suatu pengaruh yang dapat mengubah kecepatan suatu benda. Gravitasi merupakan gaya interaksi fundamental yang ada di alam. Newton menemukan pada abad ke-17 bahwa interaksi yang terjadi pada buah apel yang jatuh dari pohonnya dan kmampuan planet mengorbit pada matahari mempunyai sifat yang sama.
Tidak ada suatu kejelasan mengenai hubungan yang mempengaruhi gerakan sebuah objek. Fakta menunjukkan hubungan itu diperoleh 4000 tahun setelah peradaban dan kejeniusan Isaac Newton dalam menyatakan hukum-hukum dasar tersebut. Untungnya, bagi kita hukum-hukum dasar itu merupakan alat penelitian yang sangat berguna. Dalam eksperimen ini akan ditentukan eksperimental hukum ke-2 newton dengan mempelajari kereta pada Valma ramp dibawah pengaruh gaya tetap. Gaya yang tetap ini diperoleh dengan menggantungkan sebuah massa pemberat yang akan digunakan untuk menarik kereta. Dengan mengubah-ubah berat kereta dan mengukur percepatan suatu kereta, akan dapat ditentukan hukum ke-2 newton. Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah atau jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak, gaya tersebut akan memperkecil laju benda itu. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda dengan arah sebuah benda yang bergerak, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya juga) karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan. Hukum II Newton menyatakan “percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.
secara matematis Hukum II Newton dapat ditulis :
a= (∑F)/m
Dengan :
a adalah percepatan satuannya m/s2
m adalah massa benda satuannya kg
∑F adalah gaya total satuannya Newton (N)
Newton berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah atau jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak, gaya tersebut akan memperkecil laju benda itu. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda dengan arah sebuah benda yang bergerak, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya juga).
Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan dapat kita katakana bahwa gaya total menyebabkan percepatan. Bayangkan gaya yang diperlukan untuk mendorong sebuah gerobak yang gesekannya minimal. (jika ada gesekan, bayangkanlah gaya total, yang merupakan gaya yang anda berikan dikurangi gaya gesekan). Sekarang jika anda mendorong dengan pelan tetapi dengan gaya yang konstan selama selang waktu tertentu, anda akan mempercepat gerobak tersebut dari keadaan diam sampai laju tertentu, katakanlah 3 km/jam. Jika anda mendorong dengan gaya dua kali lipat, anda akan mendapatkan bahwa gerobak tersebut mencapai 3 km/jam dalam waktu setengah kali sebelumnya. Berarti, percepatan akan dua kali lipat lebihbesar. Jika anda menggandakan gaya, percepatan akan menjadi dua kali lipat pula. Jika anda melipattigakan gaya, percepatan juga menjadi tiga kali lipat., dan seterusnya. Dengan demikian, percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang diberikan. Tetapi percepatan juga bergantung pada massa benda. Jika anda mendorong gerobak yang kosong dengan gaya yang sama seperti ketika anda mendorong gerobak yang penuh, anda akan menemukan bahwa gerobak yang penuh mempunyai percepatan yang lebih lambat. Makin besar massa makin kecil percepatan, walaupun gayanya sama. Hubungan matematisnya, seperti dikemukakan newton, adalah percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya. Hubungan ini ternyata berlaku secara umum dan dapat dirangkum sebagai berikut: Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.
Hukum pertama Newton menyatakan bahwa jika ada gaya total yang bekerja pada sebuah benda, benda tersebut akan tetap diam , atau jika sedang bergerak, akan tetap bergerak dengan laju konstan dalam garis lurus. Newton berpendapat bahwa kecepatan akan berubah.
Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah. Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, dapat dikatakan bahwa gaya total menyebabkan percepatan.
Hubungan antara percepatan dan gaya dapat kita lihat di kehidupan sehari-hari. Bayangkan gaya yang diperlukan untuk mendorong sebuah gerobak yang gesekannya minimal. Jika anda mendorong gerobak tersebut dengan pelan tetapi dengan gaya yang konstan selama selang waktu tertentu.
Gaya dan massa mempunyai akibat yang berbeda terhadap percepatan. Semakin besar massa benda, semakin kecil percepatannya. Sebagai contoh, jika kita pasangkan sebuah mesin yang sama pada sebuah sedan dan sebuah truk, kita akan memperoleh percepatan yang berbeda antara sedan dan truk itu meskipun mesin yang dipakai sama sehingga gaya yang dihasilkan sama.
Truk yang mempunyai massa lebih besar, memiliki kelembaman yang lebih besar terhadap perubahan kecepatan daripada sedan. Sehingga truk membutuhkan mesin yang lebih kuat untuk menyamai percepatan sedan. Untuk percepatan yang sama, massa yang lebih besar membutuhkan gaya yang lebih besar. Kita katakan percepatan benda berbanding terbalik dengan massa. Maka percepatan suatu benda, bergantung pada gaya total yang bekerja pada benda dan massa benda.
Referensi :
Team teaching. 2017. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Gorontalo : Laboratorium Fisika UNG.
Giancoli, Douglas C.2001. FISIKA Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga
http://27/11/2014.penjelasan-hukum-ii-newton.html.
SILABAN.*ANTER dan SUCIPTO ERWIN 2001.fisika jilid 1 edisi ketiga JAKARTA : ERLANGGA
Variable
Variabel Bebas : Massa
Variabel Terikat : Waktu
Variabel Kontrol : Posisi awal kereta meluncur
Alat dan Bahan
Satu set valma ramp
Photogate timer dan accessoriesnya
Berbagai beban tambahan dengan massa
Pengait dan benang
Prosedur kerja
Menyusun valma ramp seperti pada gambar 3.1 yang ada pada penuntun. Mengusahakan posisi valma ramp mendatar. Memperhatikan terdapat kereta.
Mengangkat dan menimbang kereta tersebut dengan massa tambahan sebesar 40-50 gram. Menghitung massa total kereta beserta massa tambahan dan mencata pada tabel 3.1 sebagai m.
Mengukur lebar efektif plat (kuning) yang ada pada kereta. Plat inilah yang akan ditringer oleh photogate timer, mencatat lebarnya sebagai L pada tabel 3.1.
Menempatkan massa 5-10 gram pada hanger. Menimbang massa totalnya sebagai ma, mencatat dalam tabel 3.1.
Menghubungkan ma yang digantung pada ujung valma ramp menggunakan benang pada ujung kereta (diusahakan horizontal).
Kemudian mengatur photogate ke mode GATE. Lalu menekan tombol RESET.
Melepaskan balok beroda dari ujung kiri. Memberikan gaya tolakan sekecil mungkin jika kereta tidak bergerak.
Mencatat t1 yaitu waktu yang diperlukan oleh plat melewati photogate pertama dan t2 untuk photogate kedua.mengulangi pengukuran ini minimal sebanyak 3 kali. Mengambil rata-rata dari pengukuran t1 dan t2. Mencatat hasilnya sebagai t1 rata-rata dan t¬2 rata-rata dalam tabel 3.1.
Mengatur mode photogate ke mode PULSE. Menekan tombol RESET.
Sekali lagi melepaskan kereta. Mencatat waktu yang ditunjukkan oleh photogate sebagai t3, yakni waktu yang diperlukan oleh plat untuk melewati kedua photogate timer. Mengulangi pengukuran ini minimal sebanyak 3 kali dan mencatat rata-ratanya ke dalam tabel 3.1.
Mengubah ma dengan memindahkan massa tambahan pada kereta ke hanger yang tergantung (usahakan m = ma tetap). Mencatat kembali m dan ma, lalu mengulangi langkah 6-11 untuk variasi m dan ma minimal sebanyak 4 kali.
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan
L =………… satuan
M (satuan) Ma (satuan) t1 (satuan) t1 + t2 (satuan) t3 (satuan)
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan
L = 2,5 cm
M (gr) Ma (gr) t1 (s) t2 (s)
363,5 14,8 0,4162 0,4062
0,4440 0,4383
0,4662 0,4757
353,5 15,8 0,4588 0,4106
0,4629 0,4321
0,4971 0,4509
NST neraca mekanik duduk : 0,1 gr
NST Mistar : 0,1 cm
PENGOLAHAN DATA PF-3
HUKUM II NEWTON
Mencari Nilai (M) dan (Ma) yang berubah-ubah
Untuk Mâ‚
Mâ‚ = 363,5 gr = 0,3635 kg
∆Mâ‚ = ½ nst neraca mekanik duduk
= ½ x 0,1 gr = 0,05 gr = 0,00005 kg
KR = (∆Mâ‚)/(Mâ‚) x 100%
= 0,00005/0,3635 x 100% = 0,013 % = 5 AP
(M₱∆Mâ‚) = ( 3,6350 ±0,0005) 10-1 kg
Untuk M2
M2 = 353,5 gr = 0,3535 kg
∆Mâ‚‚ = ½ nst alat ukur
= ½ x 0,1 gr = 0,05 gr = 0,00005 kg
KR = (∆M₂)/(M₂) x 100%
= 0,00005/0,3535 x 100% = 0,014 % = 5 AP
(Mâ‚‚±âˆ†Mâ‚‚) = ( 3,5350 ±0,0005) 10-1 kg
Untuk Maâ‚
Maâ‚ = 14,8 gr = 0,0148 kg
∆Maâ‚ = ½ nst alat ukur
= ½ x 0,1 gr = 0,05 gr = 0,00005 kg
KR = (∆Maâ‚)/(Maâ‚) x 100%
= 0,00005/0,0148 x 100 % = 0,33 % = 4 AP
(Ma₱∆Maâ‚) = (1,480±0,005) 10-2 kg
Untuk Ma2
Ma2 = 15,8 gr = 0,0158 kg
∆Maâ‚‚ = ½ nst alat ukur
= ½ x 0,1 gr = 0,05 gr = 0,00005 kg
KR = (∆Ma₂)/(Ma₂) x 100%
= 0,00005/0,0158 x 100 % = 0,31 % = 4 AP
(Maâ‚‚±âˆ†Maâ‚‚) = (1,580±0,005) 10-2 kg
Mencari Nilai t (waktu), v (kecepatan), a (percepatan), dan F (gaya)
Menghitung t (waktu)
Untuk data Mâ‚ dan Maâ‚
Untuk t1
t₠(s) t₲ (s)
0,4162 s
0,4440 s
0,4662 s 0,1732 s
0,1971 s
0,2173 s
∑tâ‚ = 1,3264 s ∑t₲ = 0,5876 s
(∑tâ‚)²= 1,75933 s
tâ‚ = (∑tâ‚)/n = 1,3264/3 = 0,44 s
∆tâ‚ = = √((n .Σt^2-(Σ〖t)〗^2)/(n^2 (n-1))) = √((3 . 0,5876-1,75933)/(3² (3-1)))
= √((1,7628-1,75933)/18) = √(0,00347/18)= √0,000192 = 0,013 s
Kr = (∆tâ‚)/(tâ‚) x 100%
= 0,013/0,44 x 100% = 2,95 % 3 A.P
(tâ‚ ± ∆tâ‚ )= (4,40±0,01) 10-1 s.
Untuk t2
t2 (s) t2² (s)
0,4067 s
0,4383 s
0,4757 s 0,1654 s
0,1921 s
0,2262 s
∑t2 = 1,3207 s ∑t2² = 0,5837 s
(∑t2)²= 1,74424 s
tâ‚ = (∑tâ‚)/n = 1,3207/3 = 0,44 s
∆tâ‚ = = √((n .Σt^2-(Σ〖t)〗^2)/(n^2 (n-1))) = √((3 . 0,5837-1,74424)/(3² (3-1)))
= √((1,7511-1,74424)/18) = √(0,00686/18)= √0,00038 = 0,019 s
Kr = (∆tâ‚)/(tâ‚) x 100%
= 0,019/0,44 x 100% = 4,31 % 3 A.P
(tâ‚ ± ∆tâ‚ )= (4,40±0,01) 10-1 s.
Untuk t3
t3 (s) t3² (s)
0,5501 s
0,5659 s
0,5425 s 0,30261 s
0,32024 s
0,29430 s
∑t3 = 1,6585 s ∑t3² = 0,91715 s
(∑t3)²= 2,75062 s
t3 = (∑t₃)/n = 1,6585/3 = 0,55 s
∆t₃ = = √((n .Σt^2-(Σ〖t)〗^2)/(n^2 (n-1))) = √((3 . 0,91715-2,75062)/(3² (3-1)))
= √((2,75145-2,75062)/18) = √0,000046 = 0,006 s
Kr = (∆t₃)/(t₃) x 100%
= 0,006/0,55 x 100% = 1,09 % = 3 AP
(t₃ ± ∆t₃ )= (5,50±0,06) 10-1 s.
Untuk data Mâ‚‚ dan Maâ‚‚
Untuk t1
t₠(s) t₲ (s)
0,4321 s
0,4487 s
0,4300 s 0,18671 s
0,20133 s
0,1849 s
∑tâ‚ = 1,3108 s ∑t₲ = 0,57294 s
(∑tâ‚)²= 1,718196 s
tâ‚ = (∑tâ‚)/n = 1,3108/3 = 0,43 s
∆tâ‚ = √((n .Σt^2-(Σ〖t)〗^2)/(n^2 (n-1))) = √((3 . 0,57294-1,718196)/(3² (3-1)))
= √((1,71882-1,718196)/18) = √0,0000347 = 0,005 s
Kr = (∆tâ‚)/(tâ‚) x 100%
= 0,005/0,43 x 100% = 1,16 % = 3 AP
(tâ‚ ± ∆tâ‚ )= (4,30±0,05) 10-1 s.
Untuk t2
t2 (s) t2² (s)
-0,0716 s
-0,0279 s
0,0757 s 0,005126 s
0,000778 s
0,005730 s
∑t2 = -0,0238 s ∑t2² = 0,0116 s
(∑t2)²= 0,00056 s
t2 = (∑tâ‚‚)/n = (-0,0238)/3 = -0,0079 s
∆tâ‚‚ = √((n .Σt^2-(Σ〖t)〗^2)/(n^2 (n-1))) = √((3 . 0,0116-0,00056)/(3² (3-1)))
= √((0,0348-0,00056)/18) = √0,0019 = 0,04 s
Kr = (∆t₂)/(t₂) x 100%
= 0,04/0,42 x 100% = 9,5 % = 2 AP
(t¬2 ± ∆tâ‚‚ )= (4,2±0,4) 10-1 s.
Untuk data M2 dan Ma2
Untuk t1
t1 (s) t1² (s)
0,4588 s
0,4629 s
0,4971 s 0,2104 s
0,2142 s
0,2471 s
∑t1 = 1,4188 s ∑t1² = 0,6717 s
(∑t1)²= 2,01299 s
tâ‚ = (∑tâ‚)/n = 1,4188/3 = 0,47 s
∆tâ‚ = = √((n .Σt^2-(Σ〖t)〗^2)/(n^2 (n-1))) = √((3 . 0,6717-2,01299)/(3² (3-1)))
= √((2,0151-2,01299)/18) = √(0,00211/18)= √0,00017 = 0,010 s
Kr = (∆tâ‚)/(tâ‚) x 100%
= 0,010/0,47 x 100% = 2,12 % 3 A.P
(tâ‚ ± ∆tâ‚ )= (4,70±0,01) 10-1 s
Untuk t2
t2 (s) t2² (s)
0,4106 s
0,4321 s
0,4509 s 0,1685 s
0,1867 s
0,2033 s
∑t1 = 1,2936 s ∑t1² = 0,5585 s
(∑t1)²= 1,67340 s
tâ‚ = (∑tâ‚)/n = 1,2936/3 = 0,43 s
∆tâ‚ = = √((n .Σt^2-(Σ〖t)〗^2)/(n^2 (n-1))) = √((3 . 0,5585-1,67340)/(3² (3-1)))
= √((1,6755-1,67340)/18) = √(0,0021/18)= √0,00011 = 0,010 s
Kr = (∆tâ‚)/(tâ‚) x 100%
= 0,010/0,43 x 100% = 2,32 % 3 A.P
(tâ‚ ± ∆tâ‚ )= (4,30±0,01) 10-1 s
Menghitung v (kecepatan)
Untuk menghitung V1
Untuk M1 dan Ma1
Menghitung V1
V1 = L/t_1 = 0,025/0,44 = 0,056 m/s
∆Vâ‚=|∆L/L|+|(∆t_1)/t_1 | × V_1
= |0,00005/0,025|+|0,013/0,44| x 0,056 = 0,002 + 0,029 x 0,056
= 0,0017 m/s
KR=〖∆V〗_1/V_1 ×100%
= 0,0017/0,056 x 100% = 3,03 % = 3 AP
( V_1± ∆V_1 ) = (5,60 ± 0,01) 10-2 m/s
Untuk menghitung Vâ‚‚
Vâ‚‚ = L/t_â‚‚ = 0,025/0,44 = 0,056 m/s
∆Vâ‚‚=|∆L/L|+|(∆tâ‚‚)/t_â‚‚ | × V_1
= |0,00005/0,025|+|0,019/0,44| x 0,056 = 0,002 + 0,043 x 0,056
= 0,0025 m/s
KR=〖∆V〗_â‚‚/(Vâ‚‚)×100%
= 0,0025/0,056 x 100% = 4,46 % = 3 AP
( V_â‚‚± ∆V_â‚‚ ) = (5,60 ± 0,02) 10-2 m/s
Untuk M2 dan Ma2
Menghitung V1
V1 = L/t_1 = 0,025/0,47 = 0,053 m/s
∆Vâ‚=|∆L/L|+|(∆t_1)/t_1 | × V_1
= |0,00005/0,025|+|0,010/0,47| x 0,053 = 0,002 + 0,021 x 0,053
= 0,0012 m/s
KR=〖∆V〗_1/V_1 ×100%
= 0,0012/0,053 x 100% = 2,26 % = 3 AP
( V_1± ∆V_1 ) = (5,30 ± 0,01) 10-2 m/s
Untuk menghitung Vâ‚‚
Vâ‚‚ = L/t_â‚‚ = 0,025/0,43 = 0,058 m/s
∆Vâ‚‚=|∆L/L|+|(∆tâ‚‚)/t_â‚‚ | × V_1
= |0,00005/0,025|+|0,010/0,43| x 0,058 = 0,002 + 0,023 x 0,058
= 0,0014 m/s
KR=〖∆V〗_â‚‚/(Vâ‚‚)×100%
= 0,0014/0,058 x 100% = 2,41 % = 3 AP
( V_â‚‚± ∆V_â‚‚ ) = (5,80 ± 0,01) 10-2 m/s
Menghitung a percepatan
Untuk a1
a_1= ((V_2-V_1 ))/t_1 = ((0,056-0,053))/0,44 = 0,003/0,44 = 0,006 m/s
∆a_1= |(∆V_2)/V_2 |+|(∆V_1)/V_1 |+|(∆t_1)/t_1 | ×a_1
= |0,0025/0,056|+|0,0012/0,053|+|0,013/0,44| x 0,006
= 0,044 + 0,022 + 0,029 x 0,006
= 0,095 x 0,006 = 0,00057 m/s.
KR=〖∆a〗_1/a_1 ×100%
= 0,00057/0,006 x 100% = 9,5 % = 3 AP
( a_1± ∆a_1 ) = (6,0±0,5) 10-3 m/s2.
Untuk a2
a_2= ((V_2-V_1 ))/(tâ‚‚) = ((0,058-0,056))/0,43 = 0,002/0,43 = 0,004 m/s
∆a_2= |(∆V_2)/V_2 |+|(∆V_1)/V_1 |+|(∆t_2)/(tâ‚‚)| ×a_2
= |0,0014/0,058|+|0,0017/0,056|+|0,010/0,43| x 0,004
= 0,024 + 0,030 + 0,023 x 0,004
= 0,077 x 0,004 = 0,0003 m/s.
KR=〖∆a〗_2/(aâ‚‚)×100%
= 0,0003/0,004 x 100% = 7,5 % = 2 AP
( a_2± ∆aâ‚‚ ) = (4,0±0,3) 10-3 m/s2.
Menghitung Gaya (F)
Untuk Ma1
Ma1 = 14,8 gr = 0,0148 kg
Fa1 = Ma1 × g = 0,0148 x 9,8 = 0,14504 N
∆〖Fa〗_1= |(∆〖Ma〗_1)/〖Ma〗_1 | × ã€–Fa〗_1
= |0,00005/0,0148| x 0,14504 = 0,00049 N
KR=〖∆Fa〗_1/(Fa_1 )×100%
= 0,00049/0,14504 x 100% = 0,33 % = 4 AP
( 〖Fa〗_1± ∆Fa_1 ) = (1,450± 0,004) 10 N
Untuk Ma2
Ma2 = 15,8 gr = 0,0158 kg
Fa2 = Ma2 × g = 0,0158 x 9,8 = 0,15484 N
∆〖Fa〗_2= |(∆〖Ma〗_2)/(Maâ‚‚)| × ã€–Fa〗_2
= |0,00005/0,0158| x 0,1548 = 0,00049 N
KR=〖∆Fa〗_2/(Fa_2 )×100%
= 0,00049/0,15484 x 100% = 0,31 % = 4 AP
( 〖Fa〗_2± ∆Fa_2 ) = (1,548± 0,004) 10 N
Tabel-tabel Hubungan Hasil Pengamatan
Tabel hubungan antara a dengan Fa
No a (a ± ∆a) m/s2 Fa (Fa ± ∆Fa) N
1.
2. (6,0±0,5) 10-3 m/s2
(4,0±0,3) 10-3 m/s2 (1,450± 0,004) 10 N
(1,548± 0,004) 10 N
Tabel hubungan antara a dengan Ma
No a (a ± ∆a) m/s2 Ma (Ma ± ∆Ma) kg
1.
2. (6,0±0,5) 10-2 m/s2
(4,0±0,3) 10-2 m/s2 (1,480±0,005) 10-2 kg
(1,580±0,005) 10-2 kg
Membuat grafik hubungan antara a dengan Fa
Interpretasi grafik
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara percepatan (a) dengan gaya (F) berbanding terbalik. Karena gaya pada saat bekerja mengalami pengurangan sebaliknya percepatan pada saat bekerja mengalami pertambahan.
Menghitung Kemiringan Grafik
∆Fa=Fa_2-Fa_1
= 0,15484 – 0,14504 = 0,0098 N
∆a= a_2-a_1
= 0,004 – 0,006 = 0,002 m/s2.
∂(∆Fa)=1/2 nst grafik
= ½ x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,00005 m
∂(∆a)=1/2 nst grafik
= ½ x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,00005 m
M = ∆Fa/∆a = 0,098/0,002 = 49 kg
∆M= |∂(∆Fa)/∆Fa|+ |∂(∆a)/∆a| ×M
= |0,00005/0,0098|+ |0,00005/0,002| x 49
= 0,0051 + 0,0025 x 4,9 = 0,14 kg
KR= ∆M/M ×100 %
= 0,14/4,9 x 100% = 2,85 % = 3 AP
( M± ∆M)= (4,90± 0,01)10 kg
Membuat grafik hubungan antara a dengan Ma
Interpretasi grafik
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara percepatan (a) dengan massa benda (Ma) berbanding terbalik. Karena massa dberkurang. sebaliknya percepatannya bertambah.
Menghitung kemiringan grafik
∆Ma=〖Ma〗_(2 )- 〖Ma〗_(1 )
= 0,0158 – 0,0148 = 0.001 kg
∆a=a_(2 )- a_(1 )
= 0,004 – 0,006 = 0,002 m/s2
∂(∆Ma)=1/2 nst grafik
= ½ x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,00005 m
∂(∆a)=1/2 nst grafik
= ½ x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,00005 m
M = ∆Ma/∆a = 0,001/0,002 = 0,5 kg
∆M= |∂(∆Ma)/∆Ma|+ |∂(∆a)/∆a| ×M
= |0,00005/0,001|+ |0,00005/0,002| x 5
= 0,05 + 0,025 x 0,5 = 0,0375 kg
KR= ∆M/M ×100 %
= 0,0375/0,5 x 100% = 7,5 % = 2 AP
( M± ∆M)= (5,0± 0,3). 10 kg
Kesimpulan
Bunyi Hukum II Newton yaitu : Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.
Kemungkinan kesalahan
Kurangnya keterampilan praktikan menggunakan alat.
Kesalahan dalam pencatatan waktu menggunakan photogate timer.
EksperimenKU
Dandi Saputra Halidi
442 417 041
Kimia A
Pengantar Rekayasa dan Desain
Bahan
1. CaCO3 ( dari cangkang telur )
2. Titan Dioksida
3. Propylene Venyl Acrilic
4. Pigmen Color
5. Kaolin
6. Pine Oil
7. Essens buah atau semacamnya.
Alat
1. Mixer
2. Wadah untuk mencampur bahan bahan
3. Pengaduk
4. Mortar
5. Penyaring
Langkah – langkah Pembuatan
1. Bersihkan limbah cangkang telur dan pisahkan selaput putih dari cangkang telur hingga yang diambil benar-benar cangkang telur murni.
2. Cangkang telur tadi kemudian dihaluskan hingga menjadi bubuk.
3. Larutkan bubuk cangkang telur dengan air dan tambahkan Propylene Vinyl Acrylic kemudian aduk sampai larut dengan menggunakan mixer. (larutan a)
4. Titan Dioksida dilarutkan pada larutan a, aduk sampai menjadi senyawa/larut. (larutan b)
5. Kaolin dilarutkan lagi pada larutan b hingga membentuk senyawa lagi. (larutan c)
6. Masukan Pigmen colour kedalam larutan c, aduk hingga benar – benar tercampur rata. Jangan lupa tambahkan esens buah sebagai penambah aroma ruangan. pada tahap ini cat masih dalam keadaan mentah.
7. Pine Oil yang berguna untuk memperkuat warna meski ditambahkan dengan air.
8. Setelah tercampur rata semua bahan, cat siap digunakan.
Catatan:
Untuk warna dan aroma disesuaikan sesuai selera dari konsumen.
KECEPATAN RATA-RATA DAN KECEPATAN SESAAT
LAPORAN PENDAHULUAN
PERCOBAAN FISIKA 2 ( PF 2 ) KECEPATAN RATA-RATA DAN KECEPATAN SESAAT
A. JUDUL
KECEPATAN RATA RATA ANTARA DUA TITIK SEMBARANG
(BAIK ARAH MAUPUN BESARNYA )
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana nilai kecepatan rata-rata melalui eksperimen ?
Bagaimana nilai kecepatan sesaat melalui eksperimen ?
C. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui nilai kecepatan rata-rata melalui eksperimen.
Mahasiswa dapat mengetahui nilai kecepatan sesaat melalui eksperimen.
D. DASAR TEORI
Pada saat bergerak, suatu benda tidak selalu mempunyai nilai kecepatan yang tetap tetapi dapat berubah-ubah. Untuk itu didefinisikan tentang kecepatan. Kecepatan merupakan besaran vektor yang menyatakan laju perubahan posisi (perpindahan) terhadap waktu. Selama benda bergerak mungkin saja kecepatannya berubah, baik besar maupun arahnya. Akan tetapi, kita dapat menyatakan kecepatan benda dalam interval waktu tertentu sebagai kecepatan rata-rata dan kecepatan benda pad a satu titik tertentu selama geraknya sebagai kecepatan sesaat.
Kecepatan didefinisikan sebagai hasil bagi antara perpindahan dan waktu, sehingga kecepatan merupakan besaran vektor. Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perubahan kedudukan atau perpindahan dibagi selang waktu. Sedangkan kecepatan sesaat menunjukkan kecepatan benda pada saat tertentu.
Kecepatan rata-rata suatu obyek perlu untuk diketahui. Jika anda tahu kecepatan kenderaan yang anda tumpangi dari Gorontalo ke Manado misalnya (± 400 km) rata-rata 50 km/jam, maka dengan mudah anda dapat menentukan kapan anda bisa sampai di Manado. Tetapi polisi patroli yang mengikuti kendaraan anda tidak peduli terhadap kecepatan rata-rata anda ke Manado. Mereka ingin tahu seberapa cepat anda mengemudi pada saat radar mereka mengenai mobil anda, sehingga mereka bisa menentukan anda terkena tilang atau tidak. Mereka ingin mengetahui kecepatan sesaat anda. Dalam eksperimen ini anda akan menyelidiki hubungan antara kecepatan rata-rata, dan melihat bagaimana sejumlah data kecepatan rata-rata dapat digunakan untuk menentukan kecepatan sesaat.
Kecepatan sesaat pada waktu t diperoleh dari kecepatan rata-rata dalam selang waktu ∆t disekitar saat t, dimana ∆t →0. Kecepatan sesaat adalah limit rasio ∆x/ ∆t jika ∆t mendekati nol. Limit ini dinamakan turunan x terhadap t. dalam notasi dapat ditulis :
lim┬(∆t→0)â¡ã€–∆x/∆t〗=dx/dy
Kecepatan partikel adalah laju (rute) perubahan posisi terhadap waktu. Letak sebuah partikel dalam suatu kerangka acuan tertentu dinyatakan dengan sebuah vector posisi yang digambarkan dari titik asal kerangka ke partikel tersebut. Vektor pergeseran yang menyatakan perubahan posisi partikel ketika berpindah dari A ke B adalah ∆r(= r2 - r1) dan selang waktu untuk gerak diantara kedua titik ini adalah ∆t(= t2 - t1). Kecepatan rata-rata partikel dalam selang waktu ini didefinisikan sebagai
ῡ= ∆x/∆t=(pergeseran (vektor))/(selangwaktu (skalar))
Tanda garis diatas lambang besaran menyatakan harga rata-rata besaran tersebut.
Besaran ῡ adalah vektor dan diperoleh dengan membagi vektor ∆roleh skalar ∆t. Karena itu pengertian kecepatan mencakup baik besar maupun arah. Arahnya sama dengan arah ∆r dan besarnya | ∆r/∆t |. Besarnya ini dinyatakan dalam satuan jarak dibagi oleh satuan waktu., misalnya meter per-detik atau mil- per jam.
Kecepatan yang didefinisikan dalam persamaan disebut kecepatan rata-rata, karena pengukuran pergeseran dan selang waktu tersebut tidak menceritakan apa-apa tentang gerak diantara A dan B. Lintasannya mungkin lurus atau melengkung, geraknya mungkin teratur atau tak menentu. Kecepatan rata-rata hanya menyangkut pergeseran total dan selang waktu total saja. Sebagai contoh, misalkan seseorang bepergian dengan mobil meninggalkan rumahnya, kemudian setelah selang waktu ∆t tertentu (katakanlah lima jam), ia kembali kerumahnya. Kecepatan rata-rata untuk seluruh perjalanan ini adalah nol, karena pergeseran selama selang waktu ∆t tersebut nol.
Jika kita mengukur juga saat tibanya partikel dibeberapa titik pada lintasan yang sesungguhnya antara A dan B, kit a dapat menggambarkan keadaan geraknya secara lebih terperinci. Jika ternyata kecepatan rata-rata antara dua titik sembarang pada lintasan sama (baik arah maupun besarnya), maka dapat disimpulkan bahwa partikel tersebut bergerak dengan kecepatan konstan, yaitu sepanjang garis lurus (arahnya tetap) dengan laju yang seragam (besarnya tetap).
Misalkan sebuah partikel bergerak sedemikian rupa sehingga kecepatan rata-ratanya yang diukur dalam bebagai selang waktu yang berbeda, ternyata tidak konstan maka dikatakan bahwa partikel tersebut bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah. Karena itu kita harus dapat menentukan kecepatan partikel pada suatu saat sembarang, yang disebut sebagai kecepatan sesaat.
Perubahan kecepatan dapat ditimbulkan oleh perubahan besarnya atau perubahan arahnya, atau kedua-duanya. Unt uk gerak kecepatan rata-rata dalam selang waktu t2 -t1 mungkin berbeda baik besar maupun arahnya dengan kecepatan rata-rata dalam selang yang lain t2’-t1. Hal ini diperlihatkan dengan memilih titik B berturut-turut semakin dekat ketitik A Titik B’ dan B” menunjukkan dua keadaan antara pada saat t2’ dan t2” yang masing-masing dinyatakan oleh vektor posisi r2’ dan r2”. Vektor pergeseran ∆r , ∆r’ dan ∆r” arahnya berbeda dan semakin pendek, demikian pula selang waktunya ∆t (= t2 - t1), ∆t’ (=t2’- t1), dan ∆t” = (t2”- t1) menjadi semakin kecil.
Jika proses ini kita lanjutkan, dengan membuat B semakin dekat ke A, kita peroleh bahwa perbandingan antara pergeseran dengan selang waktu mendekati suatu harga limit tertentu. Meskipun pergeseran dalam proses ini sangatlah kecil, selang waktu pembagiannya pun menjadi sangat kecil juga, sehingga hasil bagi keduanya belum tentu kecil. Demikian pula arahnya, sambil panjangnya mengecil vektor pergeseranmendekati suatu arah limit tertentu, yaitu garis singgung lintasan partikel di A. Harga limit ∆r/∆t ini disebut sebagai kecepatan sesaat dititik A, atau kecepatan partikel pada saat t1.
Jika ∆r adalah pergeseran dalam selang waktu ∆t setelah t, maka kecepatan pada saat t adalah harga limit yang didekati oleh ∆r/∆t jika ∆r dan ∆t keduanya menuju nol. Jadi jika v menyatakan kecepatan sesaat, kita tuliskan
v= lim┬(∆t→0)â¡ã€–∆r/∆t〗
Arahnya dari v adalah arah limit yang didekati oleh ∆r jika B mendekati A atau jika ∆t menuju nol. Seperti telah kita lihat, arah limit ini menyinggung lintasan partikel dititik A.
Dalam notasi kalkulus, harga limit ∆r/∆t jika ∆t menuju nol dituliskan sebagai dx/dt dan disebut sebagai turunan r terhadap t. dengan demikian kita peroleh
v= lim┬(∆t→0)â¡ã€–∆r/∆t〗= dx/dy
Besar kecepatan sesaat v disebut sebagai laju (speet) dan secara sederhana diartikan sebagai harga mutlak dari v, yaitu
v= |v|= |dx⁄dt|
Laju, yang adalah besar suatu vector, jelas berharga positif. Seperti halnya partikel, yaitu konsep fisis yang memanfaatkan konsep matematis tentang titik, demikian pula kecepatan merupakan konsep fisis yang menggunakan konsep matematis tentang diferensiasi. Sesungguhnya kalkulus ditemukan dalam rangka mencari alat matematis yang memadai untuk menangani masalah dasar mekanika.
Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perpindahan yang ditempuh terhadap waktu. Jika suatu benda bergerak sepanjang sumbu-x dan posisinya dinyatakan dengan koordinat-x, secara matematis persamaan kecepatan rata-rata dapat ditulis sebagai berikut
v=∆x/∆t
dengan, v: kecepatan rata-rata (ms-1 )
∆x: x awal – x akhir = perpindahan (m)
∆t : Perubahan waktu (sekon)
Kecepatan sesaat merupakan kecepatan pada suatu waktu tertentu dari lintasanya. Berbeda dengan kelajuan sesaat. Kecepatan sesaat harus disertai dengan arah gerak benda. Kecepatan sesaat dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
v_t=∆x/∆t
dengan : vt = Kecepatan sesaat
∆x= perpindahan
∆t = selang waktu yang sangat kecil (∆t→0)
Referensi :
Buku penuntun.2014.Penuntun Fisika Dasar 1.Gorontalo:UNG
Silaban, Pantur dan Sucipto Erwin.2001.Fisika Jjilid 1 Edisi Ketiga.Jakarta:ERLANGGA
Mazdarwan66.files.wordpress.com|2009|10|kecepatanrata-rata-kecepatan sesaat.pdf.Diakses pada tanggal 26 oktober 2013.
NURZATI.fisika dasar,Jakarta : ERLANGGA
E. VARIABEL-VARIABEL
Variabel Bebas : Jarak antara kedua photogate sebagai D
Variabel Terikat : Waktu
Variabel Kontrol : titik start x0 pada valma ramp
F. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum :
Photogate timer dengan accessory photogate
Valma ramp dengan accessory
Balok pengganjal/keping Aluminium
G. PROSEDUR KERJA
Menyusun peralatan seperti yang tampak pada gambar 2.1 yang berada pada penuntun, membuat salah satu ujung dari Valma ramp lebih tinggi dari yang lain, dan mengganjalnya dengan balok pengganjal ( tebal = 7-8 cm).
Memilih sebuah titik x1 dekat dengan pusat valma ramp. Mengukur posisi titik x1 dengan menggunakan skala metrik yang tertera pada valma rampdan mencatat nilainya.
Memilih salah satu titik start x0 untuk kereta, dengan ujung tertinggi dari valma ramp. Memberi tanda dengan pensil titik ini sehingga kita dapat melepaskan kereta dari tempat yang sama.
Mencatat jarak antara kedua photogate sebagai D pada tabel 2.1
( Catatan : Untuk memperoleh posisi D yang tepat, meletakkan balok Aluminium yang tersedia tepat pada skala yang diinginkan. Setelah itu, menggeser perlahan accessories photogate pada balok tersebut, menghentikan jika lampu photogate menyala untuk pertama kalinya. Hal ini menunjukkan bahwa photogate dan accessoriesnya sudah berada pada D yang diinginkan).
Menggeser tombol saklar photogate timer ke posisi pulse.
Menekan tombol riset.
Menahan kereta supaya tetap berada pada posisi X0, kemudian melepaskannya. Mencatat nilai t1, yaitu waktu yang tampak pada layar setelah kereta melewati kedua photogate.
Mengulangi langkah ke-6 dan ke-7 paling kurang 4 kali, dan mencatat sebagai t2, t3, t4, dan t5.
Mengulangi langkah ke-4 sampai ke-8 untuk nilai D yang dikurangi 6 cm (untuk 5 nilai D yang berbeda).
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan
D (cm) t1 t2 t3 t4 t5 tavg
46
40
34
28 1.1349
0.9790
0.8887
0.6785
1.1358
0.9744
0.8970
0.6656 1.1322
0.9617
0.8902
0.6624 1.1403
0.9741
0.8942
0.6789
(4,600 ± 0,005) 10ˉ1
(4,000 ± 0,005) 10ˉ1
(3,400 ± 0,005) 10ˉ1
(2,800 ± 0,005) 10ˉ1 (4,800 ± 0,096) 10ˉ1
(8,310 ± 0,024) 10ˉ1
(6,910 ± 0,018) 10ˉ1
(5,640 ± 0,012) 10ˉ1 (4,69 ± 0,04) 10ˉ1
(4,813 ± 0,026) 10ˉ1
(4,920 ± 0,027) 10ˉ1
(4,965 ± 0,029) 10ˉ1
Grafikhubunganantaratavgterhadapvavg.
Tavg (s) Vavg (m/s)
5,6 s
6,8 s
7,8 s 5,4 m/s
5,2 m/s
5,1 m/s
Interprestasigrafik
Berdasarkan grafik di atas, semakin besar kecepatan sebuah benda maka selang waktu yang di tempuh akan semakin kecil.
Menghitungkemiringangrafik
M =∆vavg/∆tavg=(v1-v2)/(t1-t2)
=(5,4-5,2)/(5,6-6,8)
=-0,17
∆m/m=√(|(∂(∆vavg))/∆vavg|+|(∂(∆tavg))/∆tavg| )
= √(|(3(0,2))/0,2|+|(3(-1,2))/(-1,2)| )
=√6
=2,44
∆m= ∆m/m×M
=2,44 x (- 0,17)
= -0,41
KR = ∆m/m×100%
= (-0,41)/(-0,17)×100%
= 2,41% (1 AP)
(M ± ∆M) = (- 1,7±- 4,1)
Kesimpulan
Berdasarkan grafik hubungan tavg terhadap vavg dapat simpulkan bahwa semakin besar kecepatan yang diperoleh sebuah benda untuk menempuh jarak tertentu, maka selang waktu yang dibutuhkan semakin kecil.
Kemungkinankesalahan
Keliru dalam menggunakan valma ramp.
Keliru dalam menentukan angka penting.
Pengukuran Dasar
A.JUDUL
“SUHU DAN PENGUKURAN DASAR DALAM ALAT UKUR”
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apasajabagian-bagianalatukur?
2.Bagaimanaalat-alatukur?
3.Bagaimanaketidakpastianhasilpengukuran?
4.Bagaimanahasilpengukuran?
C.TUJUAN
1.Mahasiswadapatmengidentifikasikanbagian-bagianalatukur.
2,Mahasiswadapatmengoprasikanalatukur.
3.Mahasiswadapatmenentukanketidakpastianpengukuran.
4.Mahasiswadapatmengungkapkanhasilpemgukuran.
D.DASAR TEORI
Pengamatan suatu gejala pada umumnya belumlah lengkap jika belum memberikan informasi yang kuantitatif. Proses memperoleh informasi yang sedemikian itu memerlukan pengukuran suatu sifat fisis. Lord Kelvin mengatakan bahwa pengetahuan kita barulah memuaskan jika kita dapat megatakannya dalam bilangan.
Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan. Sedangkan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah ditetapkan sebagai standar pengukuran disebut mengukur.
Untuk melakukan pengukuran suatu besaran Fisika, dibutuhkan alat ukur untuk membantu mendapatkan data hasil pengukuran. Untuk mengukur panjang suatu benda, dapat menggunakan mistar, jangka sorong, atau micrometer ulir (sekrup). Untuk mengukur massa suatu benda dapat menggunakan timbangan atau neraca. Adapun untuk mengukur waktu, dapat menggunakan jam atau stopwatch.
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja,adapun ketidakpastian dalam pengukuran tunggal di tetapkan sama dengan setengah skalater kecil (Δx=1/2x).
Dalam pengukuran tunggal,penentuaN hasil ukurannya tidak ada aturan tertentu (tidak harus1/2 nilai skala terkecil) dan hasil ukurannya di tentukan oleh kopresionalitassi pengukur itu sendiri yang di lakukan secara logis dan rasional berdasarkan instusi dan pemahaman yang kuasainya,didalam fisika terdapat dua jenis pengukuran tunggal seperti di jelaskan di atas masih ada pula pengukuran berulang.
Pengukuran tunggal dan pengukuran berulang hasil ukurnya di tulis kedalam bentuk (x±âˆ†)di mana pada pengukurannya tunggal nilai x merupakan angka pasti sebuah pengukuran dan ∆x merupakan nilai ketidakpastian atau ralat.sedangkan pengukuran nilai x merupakan nilai rata-rata perkiraan terbaik dari setiap pengulangan dari setiap pengulangan pengukuran dan ∆x merupakan nilai ralat yang di peroleh dari nilai sebaran sekitar rata-rata atau standar deviasi.
Pengukuran berulang adalah pengukuran berulang yang di lakukan berulang pada pengukuran berulang nilai x di tentukan dari nilai rata-rata sampel.misalnya besaran suatu fisis yang di ukur N kali padakondisi yang sama dan di peroleh hasil pengukuran x_1,x_2,x_3….x_N maka nilai rata-rata di cari dengan persamaan berikut :X:Σx1/N=(x1,x2,+x5+xN)/N
Ada beberapa sebab mengapa pengukuran di lakukan secara berulang-ulang antara lain:
1.adanya kesulitan eksperimen dalam pengulangan pengukuran
2.Besaran yang di ukur bersifat fluktuatif (berubah-rubah)
3.adanya verian dari medium pada saat eksperimen di lakukan kita dapat menentukan angka pastinya dengan cara mengambil data kemudian di ambil nilai rata-ratanya.sedangkan nilai ketidakpastian dapat di ambil dari nilai deviasinya.
Pengukuran berulang di lakukan untuk besaran yang sulit di ukur hanya satu kali,misalnya kecepatan suatu benda dan sebagainya.contoh kasus pengukuran berulang adalah suhu benda pada detik dengan massa tertentu dalam kasus ini jika di lakukan pengukuran hanya sekali,tentu ketentuannya di pengaruhi oleh suhu ruangan berubah angina dan sebagainya.karena itulah di lakukan pengukuran berulang.pengambilan data pengukuran berulang sangatlah mudah,kita anggap jumah pengukuran adalah N X dan besaran yang di ukur di anggapXn(x_1+x_2+X.N)/n.
Referensi:
YOUNG,FREEDMAN.1999 pengukuran dasar JAKARTA : ERLANGGA.
Http://www.mediabali.net./fisikahypermed.com
PERMANA,LOVAN 2007.suhu temperature.BANDUNG : PENERBIT INTAN PARIWARA
TEGUHSSMITOS dp 1.files.pdf.com
E.VARIABEL KERJA
1.VariabelBebas
2.VariabelTerikat
3.VariabelKontrol
F.ALAT DAN BAHAN
1.Mistar
2.Jangkasorong
3.Mikrometersekrup
4.Sferometer
5.Termometer
6.Stopwatch
7.Neracamekanik
8.Neracapegas
9.Barometerdan Hygrometer
10.Slinder
11.Lensakonvergen (cembung),lensadivergen(cekung) dankacapranparel.
12.kontainer
13.Bandul
14.Balok-balok danmassapemberat
G.PROSEDUR KERJA
1.Tentukanlah nilaiskalaterkecildari (a) Mistar,(b) jangkasorong,(c) micrometer sekrup,(d)sferometer,(e) thermometer.(f) stopwatch,(g) neracapegas,(h) neracamekanik,(i)barometer,(j) hygrometer.
2.mengukurpanjangdanlebarmejapratikumandadenganmenggunakanmistar.
3.mengukur diameter dalam.diameterluar,dankedalamandaqrislinder yang di berikanasistendenganmenggunakanjangkasorong.
4.mengukurtebaldanmassapemberat yang di berikanasistendenganmenggunakan micrometer sekrup.
5.mengukurjari-jarikelungkunganlensa-lensa yang di berikanolehasistendenganmenggunakansferometer.
6.mengukurmassadaribalok-balok/massapemberat yang di berikanasistendenganmenggunakanneracamekanik.
7.mengukurberatdaribalok-balok/massapemberat yang di berikanasistendenganmenggunakanneracapegas.
8.mengukursuhu air yang di berikanasistendenganmenggunakan thermometer.
9.mengukurwaktutiga kali ayananbanduldenganmenggunakan stopwatch sebanyak lima kali.
10.mengukurwaktu yang di butuhkanolehsebuahbenda yang di jatuhkandariketinggiantertentu.
11.mengukursuhuruangan (dalamsatuan Fahrenheit).
Tekanandankelembapanudaradalamlaboratoriumfisika.
Pengolahan Data
MenghitungHasilPengukuranDalamAngkaPenting
MenghitungPanjang Dan LebarMejaPraktikum
Panjang (P)
P = 120 cm = 1,2 m
∆P = ½ nstmistar
= ½ x 0,1 cm= 0,05 cm = 0,0005 m
KR=∆P/P x 100 %
KR = (0,0005 m)/(1,2 m) x 100 % = 0,041 % (5 AP)
(P ± ∆P) = (1,2000 ± 0,0005) m
Lebar (L)
L = 90 cm = 0,9 m
∆L = ½ nstmistar
= ½ x 0,1 cm = 0,05 cm = 0,0005 m
KR=∆L/L x 100 %
KR = (0,0005 m)/(0,9 m) x 100 % = 0,055 % (4 AP)
(L ± ∆L) = (9,000 ± 0,005) x 10-1 m
Menghitung diameter dalam, diameter luar, dankedalamansilinder
Diameter dalam (D1)
D1 = 7,835 cm = 0,07835 m
∆ D1 = ½ nstjangkasorong
= ½ x 0,05 mm = 0,025 mm = 0,000025 m
KR=(∆D_1)/D_1 x 100 %
KR = (0,000025 m)/(0,07835 m) x 100 % = 0,03190 % (5 AP)
(D1 ± ∆D1) = (7,8350 ± 0,0025) x 10-2 m
Diameter luar (D2)
D2 = 7,93 cm = 0,0793 m
∆ D2 = ½ nstjangkasorong
= ½ x 0,05 mm mm= 0,025 = 0,000025 m
KR=(∆D_2)/D_2 x 100 %
KR = (0,000025 m)/(0,0793 m) x 100 % = 0,0315 % (5 AP)
(D2 ± ∆D2) = (7,93000 ± 0,0025) x 10-2 m
Kedalaman (h)
h = 11,16 cm = 0,1116 m
∆h = ½ nstjangka
= ½ x 0,05 m = 0,025 mm = 0,000025 m
KR=∆h/h x 100 %
KR = (0,000025 m)/(0,1116 m) x 100 % = 0,022 % (5 AP)
(h ± ∆h) = (1,1160 ± 0,0002) x 10-1 m
Menghitungtebalmassapemberat
Tebalmassapemberat (d)
d = 4,035 mm = 0,004035 m
∆d = ½ nstmikrometersekrup
= ½ x 0,01 mm = 0,005 mm = 0,000005 m
KR=∆d/d x 100 %
KR = (0,000005 m)/(0,004035 m) x 100 % = 0,123% (4 AP)
(d ± ∆d) = (4,035 ± 0,005) x 10-3 m
Menghitungjari-jarikelengkunganlensa
LensaCembung
h1 = 1,96 mm= 1,96 × ã€–10〗^(-3) m
∆h1 = ½ x 0,01 mm= 0,000005= 5x〖10〗^(-6)m
a = 3 cm= 0,03 m = 3 × ã€–10〗^(-2)m
∆a = ½ x 0,1 cm= 0,0005=5x〖10〗^(-4) m
r=a/√3= 〖3x10〗^(-2)/√3 = 0,02 m
R1 = (r^2+h_1^( 2))/2 = ((0,02)^2+(1,36 x〖10〗^(-3) )^2)/2
=(4 x〖10〗^(-4)+0,018496x〖10〗^(-4))/2
= 1,,96 x 10-6 m
∆R1/R1= √((∆a^2+∆〖h1〗^2)/(a^2+〖h1〗^2 ))= √(((5x〖10〗^(-4) )^2+(5x〖10〗^(-6) )^2)/((〖3x〖10〗^(-2))〗^2+(1,96x〖10〗^(-3) )^2 ))
= √((25x〖10〗^(-8)+0,0025x〖10〗^(-8))/(〖9x10〗^(-4)+0,0384x〖10〗^(-4) ))
= √((25,0025x〖10〗^(-8))/(9,03x〖10〗^(-4) ))
= √(2,76 x〖10〗^(-4) )
= 1,66 x〖10〗^(-2) m
∆R1 = ∆R1/R1x R1 =1,66 x 〖10〗^(-2) x 1,96 x 10-6
= 3,52 x 〖10〗^(-8) m
KR = ∆R1/R1 x 100 % = 1,66 x〖 10〗^(-2)× 100 % = 1,66 % (3 AP)
(R1±âˆ†R1) = ( 1,96± 0,33 ) x〖10〗^(-6) m
LensaCekung
h2 = 1,85 mm = 1,85 x 〖10〗^(-3) m
a = 3 cm = 3x 〖10〗^(-2) m
∆h2= ½ x 0,01 mm= 0,000005 = 5 x 〖10〗^(-6)m
∆a = ½ x 0,1 cm= 0,0005 = 5 x 〖10〗^(-4) m
r = a/√3 = 〖3x10〗^(-2)/√3= 0,02 m
R2= (r^2+h_2^( 2))/(2h_2^ ) = ((0,02)^2+(1,85 x〖10〗^(-4) )^2)/2
=(4x〖10〗^(-4)+0,0185 x〖10〗^(-4))/2
= 1,5 x 〖10〗^(-4)m
(∆R_2)/R_2 =√((∆a^2+∆h_2^( 2))/(a^2+h_2^( 2) ))= √(((5x〖10〗^(-4) )^2+(5x〖10〗^(-6) )^2)/((〖3x〖10〗^(-2))〗^2+(1,85x〖10〗^(-3) )^2 ))
= √((25x〖10〗^(-12)+0,0025x〖10〗^(-12))/(〖9x10〗^(-4)+1,85x〖10〗^(-6) ))
=2,35 x〖10〗^(-4) m
∆R2 = (∆R_2)/R_2 x R_2 = 2,35 x〖10〗^(-4) x 1,5 x 〖10〗^(-4)
= 3,33 〖x10〗^(-6) m
KR = (∆R_2)/R_2 x 100 % = 2,35 x〖10〗^(-4) 100 % = 0,0235 % (5 AP)
(R2±âˆ†R2) = (1,5,000±0,0003) x〖10〗^(-4) m
Menghitung Massa Pemberat
Diukurdenganneracaduduk
m = 278,6 gram = 0,278 kg
∆m = ½ nstneracamekanikduduk
= ½ x 0,1 g = 0,05 g = 0,00005 kg
KR=∆m/m x 100 %
KR = (0,00005 kg)/(0,2786 kg) x 100 % = 0,017 % (5 AP)
(m ± ∆m) = (2,7860 ± 0,0005) x 10-1 kg
DiukurdenganNeracamekanikberdiri
m = 95,2 gram = 0,0952 kg
∆m = ½ nstneracamekanikberdiri
= ½ x 0,01 g = 0,005 g = 0,000005 kg
KR=∆m/m x 100 %
KR = (0,000005 kg)/(0,0952 kg) x 100 % = 0,0052% (5 AP)
(m ± ∆m) = (9,5200 ± 0,0005) x 10-2 kg
MenghitungBerat
Berat (W)
W = 0,5 N
∆W = ½ nstneracapegas
= ½ x 0,1 N = 0,05 N
KR=∆W/W x 100 %
KR = (0,05 N)/(0,5 N) x 100 % = 10 % (2 AP)
(W ± ∆W) = (5,0 ± 0,5)10-1 N
Menghitungsuhu air
Suhu air (T)
T = 26 oC
∆T = ½ nsttermometer
= ½ x 1℃ = 0,5℃
KR=∆T/T x 100 %
KR = (0,5 ℃)/(26℃) x 100 % = 1,92 % (3 AP)
(T ± ∆T) = (2,60 ± 0,05) x 10 m
Menghitungayunanbanduldalam 3 kali ayunan
t (satuan) t2 (satuan)
3,1 s
3,0 s
3,0 s 9,61
9
9
Σt = 9,1 s (Σt2)= 27,61 s
(Σt)2 = 82,81 s
t =(∑t)/n = 9,1/3 = 3,033s
∆t = √((n(∑t^2)- (∑t)^2)/(n^2 (n-1)))= √((3(27.61)-(9,1))/(3^2 ( 3-1)))
= √((72,83-82,81)/(9 (3-1)))
= √(9,98/18)
= √0,5544
= 0,7445 s
KR = (∆t )/t x 100 % =0,7445/3,033 x 100 %
= 24,54 % (2 AP)
(t±âˆ†t)=( 3,0 ± 0,7 ) s
Menghitungwaktu yang dibutuhkanolehbenda yang dijatuhkandariketinggiantertentu
t (satuan) t2 (satuan)
0,4 s
0,5 s
0,4 s
0,5 s
0,4 s 0,16
0,25
0,16
0,25
0,16
Σt = 2,2 s (Σt2)= 0,98 s
(Σt)2 = 4,84 s
t = = (∑t)/n = 2.2/5 = 0,44 s
∆t = √((n(∑t^2)- (∑t)^2)/(n^2 (n-1)))= √((5 ( 0,98)- (2,2))/(5^2 (5-1)))
=√((4,9-2,2)/(25 (5-1)))
= √(2,7/100)
= √0,027
= 0.16 s
KR = (∆t )/t x 100 % =(0,16 )/0,44 x 100 %
= 36,36 % (2 AP)
(t±âˆ†t)= ( 4,4± 0,1 ) x〖 10〗^(-1)s
Menghitungsuhuruangan (T) Tekanan (P) danKelembabanUdara (H)
Suhuruangan (T)
T = 88oF
∆T = ½ nsttermometer
= ½ x 2oF = 1oF
KR=∆T/T x 100 %
KR=1/88 x 100 %= 1,1 % (2 AP)
(T ± ∆T) = (88 ± 1,0) oF
Tekanan (P)
TekananLuar
P = 1002 mbar
∆P = ½ nst barometer
= ½ x 1 mbar = 0,5 mbar
KR=∆P/P x 100 %
KR = (0,5 mbar)/(1002 mbar) x 100 % = 0,05 % (5 AP)
(P ± ∆P) = (1,0020 ± 0,0005) x 103satuan
Tekanandalam
P = 729 mmHg
∆P = ½ nst barometer
= ½ x 1 mmHg = 0,5 mmHg
KR=∆P/P x 100 %
KR = (0,5 mmHg)/(729 mmHg) x 100 % = 0,07 % (4 AP)
(P ± ∆P) = (7,290 ± 0,005) x 102 mmHg
Kelembaban (H)
Skaladalam
H = 50 %
∆H = ½ nst hygrometer
= ½ x 5 % = 2,5 %
KR=∆H/H x 100 %
KR=2,5/50 x 100 % = 5% (2 AP)
(H ± ∆H) = ( 5,0 ± 0,2) x 101 %
SkalaLuar
H = 6℃
∆H = ½ x 2 = 1 ℃
KR = ∆H/H x 100 % = (1 ℃)/(6 ℃)x 100 %= 16,7 % (2 AP)
(H±âˆ†H) = (6,0±0,1) ℃
Menghitungluasmejapraktikum
P= 120 cm = 1,2 m
L = 90 cm = 0,9 m
A = PxL = 1,2 x 0,9 = 1,08
∆P = ½ X 0,1 cm = 0,05 cm = 0,0005 m
∆L = ½ X 0,1 cm = 0,05 cm = 0,0005 m
∆A/A= √((∆P/P )^2+(∆L/L )^2 ) = √(((5X〖10〗^(-4))/1,2 )^2+((5X〖10〗^(-4))/0,9 )^2 )
= √(((25X〖10〗^(-8))/1,44 )^ +((25X〖10〗^(-8))/0,81 )^ )
= √(4,81〖x10〗^(-7) )
= 6,9 x〖10〗^(-4) m
∆A = ∆A/AX A= 6,9x 〖10〗^(-4) x 1,08= 7,4 x〖10〗^(-4 )m
KR= ∆A/A X 100 %= 0,00069 x 100 % = 0,069 % (4 AP)
(A±âˆ†A)=(1,08 ± 0,006 ) x 〖10〗^(-2 )m
Kesimpulan
Berdasarkanhasilpercobaan yang dilakukandenganmenggunakanalatukurbaikpengukuran yang dilakukanberulangataupengukurantunggalpastimenimbulkanketidakpastian. Inidikarenakantidakadapengukuran yang benar-benartepat
Kemungkinankesalahan
Kesalahanpraktikandalammembacaskalaukurpadaalatukur
Kesalahandalammenentukan NST
Demokrasi
Nama : Dandi Saputra Halidi
NIM : 442 417 041
Jurusan : KIMIA
Kelas : Kimia A
Tugas : Pendidikan Pancasila
SEJARAH PERKEMBANGAN DEMOKRASI
Pada permulaan pertumbuhannya demokrasi telah mencangkup beberapa azas dan nilai yang diwariskan kepadanya dari masa lampau, yaitu gagasan mengenai demokrasi yaitu kebudayaan Yunani Kuno dan gagasan mengenai kebebasan beragama yang dihasilkan oleh aliran Reformasi serta perang – perang agama yang menyusulnya.Sistem demokrasi yang terdapat di negara Yunani Kuno ( abad ke-6 sampai abad ke-3 s.M ) merupakan demokrasi langsung yaitu suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan – keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.Untuk mayoritas yang terdiri dari budak belian dan pedagang asing demokrasi tidak berlaku. Dalam negara modern demokrasi tidak lagi bersifat langsung, tetapi bersifat demokrasi berdasrkan perwakilan ( representative democracy ).
Gagasan demokrasi Yunani dapat dikatakan hilang dimuka dunia Barat waktu bangsa Romawi, yang sedikit banyak masih kenal kebudayaan Yunani, dikalahkan oleh suku bangsa Eropa Barat dan benua Eropa memasuki Abad pertengahan dicirikan oleh struktur social yang feudal ( hubungan antara vassal dan lord)yang kehidupan soial serta spiritualnya dikuasai oleh Paus dan pejabat – pejabat agama lainnya yang kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan antara para bangsawan satu sama lain. Dilihat drai sudut pandang demokrasi Abad pertengahan mengahasilkan suatu dokumen yang penting ,yaitu Magna Charta ( Piagam Besar ). Magna Charta merupakan semacam kontak anatara beberapa bangsawan dan Raja Jhon dari Inggris dimana untuk pertama kali seorang raja yang berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak dan privileges dari bawahannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan sebagainya. Biarpun piagam ini lahir dalam suasana feudal dan tidak berlaku untuk rakyat jelata, namun dianggap sebagai tonggak dalam perkembangan gagasan demokrasi.
Sebelum abad pertengahan berakhir dan di Eropa Barat pada permulaan abad ke-16 muncul negara – negara nasional dalam bentuk yang modern, maka Eropa Barat mengalami beberapa perubahan social dan kurtulir yang mempersiapkan jalan untuk memasuki zaman yang lebih modrn dimana akal memerdekakan diri dari pembatasan – pembatasannya. Dua kejadian ini ialah Renaissance ( 1350 -1600 ) yang terutama berpengaruh di Eropa Selatan seprti Itali, dan Reformasi ( 1500 – 1650 ) yang mendapat banyak pengikutnya di Eropa Utara, seperti Jerman, Swiss dan sebagainya.
Renaissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat kepada kesusasteraan dan kebudayaan Yunani Kuno yang selama abad pertengahan telah disisihakan. Aliran ini membekokan perhatian yang tadinya semata – mata diarahkan kepada tulisan- tulisan keagamaan kea rah soal keduniawian dan mengakibakan timbulnya pandangan – pandangan baru. Reformasi serta perang agama yang menyusul akhirnya menyebabkan manusia berhasil melepaskan diri dari penguasaan Gereja, baik dibidang spiritual dalam bentuk agama, maupun dibidang social dan politik. Hasil dari pergumulan ini ialah timbulnya gagasan mengenai perlunya adanya kebebasan beragama serta ada garis pemisah yang tegas antara soal – soal agama dan soal – soal keduniawian khususnya dibidang pemerintahan. Ini dinamakan “ Pemisah antara Gereja dan Negara “.
Kedua aliran fikiran tersebut mempersiapkan orang Eropa Barat untuk dalam masa 1650 – 1800 menyelami masa “aufklarung” ( abad pemikiran ) beserta Rasionalisme suatu aliran yang ingin memerdekakan pikiran manusia dari batas akal semata – mata. Kebebasan berpikir membuka jalan untuk meluaskan gagasan ini dibidang politik. Timbulah gagasan bahwa manusia mempunyai hak – hak pilitik yang tidak boleh diselewengakn oleh raja, yang menurut pola yang sudah lazim pada masa itu mempunyai kekuasaan tak terbatas.
Monarchi – monarchi absolut ini telah muncul dalam masa 1500 – 1700, sesudah berakhirnya abad pertengahan. Raja – raja absolut mengaggap dirinya berhak atas tahtanya berdasarkan konsep “Hak Suci Raja”. Raja – raja yang terkenal di Spanyol ialah Isabella dan Ferdinand ( 1479 – 1215 ). Di Prancis ada Raja Bourbon dan sebagainya. Kecaman – kecaman yang dilontarkan terhadap gagasan absolutism mendapat dukungan kuat dari golongan menengah yang mulai berpengaruh berkat majunya kedudukan ekonomi serta mutu pendidikannya. Pendobrakan terhadap absolut ini didasarkan atas suatu teorirasionalistis yang umumnya dikenal sebagai social contract ( kontrak social ). Salah satu gagasan kontrak social adalah bahwa dunia ini dikuasai oleh hokum yang timbul dari alam yang mengandung prinsip – prinsip keadilan yang universal artinya berlaku untuk semua waktu dan semua manusia, apakah dia raja, bangsawan atau rakyat jelata. Hukum ini dinamakan natural law.
Sebagai akibat dari pergolakan tersebut pada akhir abad ke-19 gagasan tentang demokrasi mendapat wujud yang konkrit sebagai program dan system politik. Demokrasi pada masa ini semata – mata bersifat politis dan mendasarkan dirinya atas azas -azas kemerdekaan individu, kesamaan hak serta hak pilih untuk semua warga negara.
 Demokrasi abad ke 19 ( konstitusionil )
Menurut Carl J. Friedrich adalah gagasan bahwa “pemerintahan mrupakan kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tidak tunduk kepada beberapa pembatasan yang dimaksud untuk memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah”.
Dalam abad ke 19 pada permulaan abad ke 20 gagasan mengenai pembatasan perlu mendapat perumusan yang yuridis. Ahli – ahli hokum Eropa Barat Kontinental seperti Immanuel Kant (1724 - 1804) dan Friedrich Julius Stahl memakai istilah Rechtsstaat, sedangkan ahli Anglo Saxon seperti A.V. Dicey memakai istilah Rule Of Law. Oleh Stahl disebut empat unsur Rechtsstaat dalam arti klasik, yaitu :
1) Hak – hak manusia
2) Pemisah atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak – hak itu .
3) Pemerintah berdasarkan peraturan – peraturan
4) Peradilan administrasi dalam perselisihan
Sedangkan menurut A.V. Dicey dalam introduction to the law of the constitution mencangkup :
1) Supremasi aturan – aturan hokum ; tidak adanya kekuasaan sewenang – wenang ,dalam arti bahwa seorang hanya boleh dihukum kalu melanggar hokum
2) Kedudukan yang sama dalam menghadapi hokum. Dalil ini berlaku bagi orang biasa, maupun untuk pejabat.
3) Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang – undang serta keputusan – keputusan pengadilan.
Negara hanya mempunyai tugas pasif, yakni baru bertindak apabila hak-hak manusia dilanggar atau ketertiban dan keadaan umum terancam. Konsepsi negara hokum tersebut adalah sempit, maka dari itu disebut “Negara Hukum Klasik”.
 Demokrasi abad ke 20
Dalam abad ke 20, terutama sesudah perang duania II telah terjadi perubahan – perubahan social dan ekonomi yang sangat besar.perubahan – perubahan ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain banyaknya kecaman terhadap akses – akses dalam industrialisasi dan system kapitalis; tersebarnya faham sosialisme yang menginginkan pembagian pembagian kekayaan secara merata erta kemenangan dari beberapa partai sosialis di Eropa , seperti di Swedia, Norwegia dan pengaruh ekonomi yang dipelopori ahli ekonomi Inggris John Meynard Keynes ( 1883-1946).
Pada masa ini negara – negara modern mengatur soal – soal pajak, upah minimum, pension, Pendidikan umum, asuransi, mencegah dan mengurangi pengangguran dan kemalaratan serta timbulnya perusahaan – perusahaan raksasa, dan mengatur ekonomi sedemikian rupa sehingga tidak diganggu oleh depresi dan krisis ekonomi.
Sesuai dengan perubahan dan jalan pikiran ini perumusan yuridis mengenai negara hokum klasik seperti yang diajukan oleh A.V. Dicey dan Immanuel Kant dalam abad ke 19 – 20 ,terutama setelah perang dunia ke II. Dikemukakan bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis dibawah Rule Of Law adalah :
1) Perlindungan konstutionil, dalam arti bahwa konstitusi , selain dari menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara proseduril yang memperoleh perlindungan atas hak-hakyang dijamin,
2) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak,
3) Pemilihan umum yang bebas,
4) Kebebasan untuk berserikat
5) Pendidikan kewarganegaraan.
Dalam sejarah demokrasi momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi di Eropa yaitu gerakan pencerahan dan reformasi. Tujuan dari gerakan ini adalah gerakan kritis terhadap kebekuan doktrin gereja. Kemudian lahirlah istilah kontrak social antara yang berkuasa dan yang dikuasai tidak lepas dari dua filsuf Eropa, John Locke dari Inggris dan Monstesquieu dari Prancis. Menurut Locke hak hak politik rakyat menyangkuphak atas hidup, kebebasan dan juga hak kepemilikan, sedangkan menurut Montesqueiu system politik tersebut melalui prinsip trias politica. Trias politica adalah suatu system dimana pemisahan kekuasaan dalam rangka menjadi tiga bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan legislative, kekuasaan eksekutif, kekuasaan yudikatif.
Gagasan demokrasi dari kedua filsuf tersebut pada akhirnya berpengaruh pada kelahiran konsep konstitusi demokrasi Barat. Konstitusi demokrasi yang berdasarkan pada trias politica ini selanjutnya berakibat pada munculnya konsep negarakesejahteraan.konsep negara tersebut pada intinya merupakan suatu konsep pemerintahan yang memprioritaskan kinerja padapeningakatan kesejahteraan warga negara.
Bahmueller (1996) mengemukakan bahwa ada tiga factor yang mempengaruhi penegakan demokrasi konstitusional disuatu negara, yakni :
• Faktor Ekonomi
Tingakat petrumbuhan ekonomi menunjukan factor yang sangat penting dalam pelaksanaan di negara tertentu. Kekayaan bukanlah indicator suatu negara demokratis. Pengalaman sejarah menuunjukan bahwa negara yang kuat ekonominya justru terjadi di negara otoriter dan sebaliknya. Seperti di Afrika, Gambia tahun 1992 dengan perkapita GNP $390 menunjukan sistim pemerintahan dan masyarakat dmokratis. Namun demikian, kesejahteraan masyarakat pada umumnya menjadi factor utama dalam menentukan suatu negara demokratis atau tidak. Dengan kata lain, apabila suatu negara ingin hidup demokratis maka negara tersebut harus dapat melewati dari status miskin dalam pertumbuhan ekonomi. Alasan mengapa factor ekonomi menjadi factor utama bagi status ekonomi suatu negara demokrasi, yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi mampu mencerdaskan masyarakat dan masyarakat yang cerdas merupakan salah satu kriteria dan bahkansuatu syarat masyarakat demokratis.
2. Pertumbuhan ekonomi juga dapat menimbulkan urbanisasi.
• Factor Sosial dan Politik
Dalam hal ini, karakter dan tingkat keretakan social merupakan factor utama. Suatu pemikiran penting yang harus diantisipasi adalah apakah batas – batas antara kelompok-kelompok etnis itu kuat atau lemah ; apakah satu golongan dapat menembusdinding batas itu sehingga satu kelompok dengan kelompok yang lainnya dapat berkomunikasi dan bekerja sama.
• Factor Budaya Kewarganegaraan dan Sejarah
Bahmueller (1996), mengungkapkan hasil temuan Robert Putnam yang mengadakan penelitian do Italia selama lebih dari 20 tahun yang menyimpulkan bahwa daerah – daerah yang memilki tradisi kuat dalam nilai – nilai kewarganegaraanmenunjukan tingkat eketifitas paling tinggi dalam upaya pembangunan demokrasi. Wilayah yang berhasil menerapkan system pemerintahan demokratis ini disebut masyarakat civic (berkewarganegaraan).
Masyarakat civic berhasil menciptakan masyarakat sebagai modal dasar (social capital). Masyarakat sebagai modal disini berbeda dengan modal dalam ekonomi, uang maupun dengan manusia sebagai modal, seperti Pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan. Modal masyarakat dapat meliputi suatu kondisi saling percaya antar sesame, ada norma yang mengatur saling percaya tersebut, ada jaringan social, seperti asosiasi dan masyarakat yangmemadukan norma – norma inidengan sikap paling percaya.