PERAN PENTING MOTIVASI BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN

12 October 2024 22:15:35 Dibaca : 50

PENDAHULUAN 

          Motivasi belajar merupakan salah satu faktor krusial yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, motivasi dapat didefinisikan sebagai dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku (Uno, 2011). Motivasi belajar tidak hanya penting untuk mendorong siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, tetapi juga berperan dalam mengembangkan keterampilan belajar sepanjang hayat dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara keseluruhan.

          Paper ini akan membahas peran penting motivasi belajar dalam proses pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam konteks pendidikan Indonesia.

 

 

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Jenis Motivasi Belajar            

         Motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua jenis utama: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri siswa, seperti minat, rasa ingin tahu, dan keinginan untuk menguasai suatu keterampilan. Sementara itu, motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri siswa, seperti penghargaan, hukuman, atau tekanan sosial (Djamarah, 2011).

2. Peran Motivasi Belajar dalam Proses Pembelajaran

a. Meningkatkan Keterlibatan Siswa Siswa yang termotivasi cenderung lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, bertanya, dan mencari informasi tambahan di luar kelas.

b. Meningkatkan Ketekunan Motivasi belajar yang tinggi mendorong siswa untuk tetap fokus dan tekun dalam menghadapi tugas-tugas yang menantang.

c. Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi Siswa yang termotivasi cenderung lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan ide-ide baru.

d. Meningkatkan Prestasi Akademik Berbagai penelitian menunjukkan korelasi positif antara tingkat motivasi belajar dengan prestasi akademik siswa (Hamdu & Agustina, 2011).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

a. Faktor Internal - Minat dan bakat siswa - Kondisi fisik dan mental - Cita-cita dan aspirasi

b. Faktor Eksternal - Lingkungan belajar (sekolah dan rumah) - Metode pembelajaran - Dukungan keluarga dan teman sebaya - Sistem penghargaan dan hukuman  

4. Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar

a. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif Lingkungan fisik yang nyaman dan atmosfer psikologis yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Menggunakan Metode Pembelajaran yang Variatif Penerapan berbagai metode pembelajaran seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, dan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan minat dan keterlibatan siswa.

c. Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif Umpan balik yang spesifik dan membangun dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi siswa untuk terus belajar. d. Menghubungkan Materi Pembelajaran dengan Kehidupan Nyata Mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan relevansi dan motivasi belajar siswa.

e. Membangun Hubungan Positif antara Guru dan Siswa Hubungan yang positif dan suportif antara guru dan siswa dapat menciptakan atmosfer belajar yang menyenangkan dan memotivasi. 

 PENUTUP 

         Motivasi belajar memainkan peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sebagai pendorong utama aktivitas belajar, motivasi tidak hanya mempengaruhi prestasi akademik siswa, tetapi juga kualitas proses pembelajaran secara keseluruhan. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dan menerapkan strategi yang tepat untuk meningkatkannya merupakan langkah krusial dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan bermakna.       

        Dalam konteks pendidikan Indonesia, upaya peningkatan motivasi belajar harus mempertimbangkan keragaman latar belakang sosial-budaya siswa, keterbatasan sumber daya, dan tantangan sistem pendidikan yang ada. Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung dan memotivasi siswa untuk belajar sepanjang hayat.         

        Dengan memahami dan menerapkan konsep motivasi belajar secara efektif, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus meningkat, menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan dan motivasi untuk terus belajar dan berkembang dalam menghadapi tantangan abad ke-21.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamdu, G., & Agustina, L. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), 90-96. Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Uno, H. B. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wlodkowski, R. J., & Jaynes, J. H. (2004). Motivasi Belajar. Jakarta: Cerdas Pustaka.  

       

Sumber Gambar : https://id.pngtree.com/templates/anti-korupsi

          Korupsi adalah suatu tindakan curang yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki wewenang, seperti pejabat publik, pegawai negeri, atau orang yang memiliki posisi penting dalam suatu organisasi.

         Menurut (D. Putri, 2021) Korupsi adalah  istilah yang berasal dari bahasa Latin corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, mencuri,maling, seiring dengan pendapat Nurdjana menyatakan bahwa korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “corruptio”, yang berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat  disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama materiil, mental dan hukum.

         Korupsi memberikan dampak diberbagai sektor seperti di sektor politik, ekonomi, dan sosial. Dampak korupsi di bidang politik misalnya, menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pejabat publik dan menurunnya kualitas pelayanan kepada masyarakat. Melambatanya pertumbuhan ekonomi, menurunnya kualitas barang dan jasa publik, kesenjangan tingkat pendapatan masyarakt, dan kerugian keuangan negara menjadi salah satu dampak korupsi di bidang ekonomi. Mari coba kita lihat di bidang sosial, bidang sosial juga acap kali terkena dampak yang paling signifikan terhadap kasus korupsi. Salah satu contonya adalah terjadinya ketimpangan sosial, dan terjadinya hambatan pembangunan baik berbasis Infrastruktur sarana dan prasarana maupun kualitas sumber daya manusia.

         Pendidikan menjadi kunci utama dari pemberantasan korupsi sejak dini dengan memberikan mereka bekal awal berupa pengetahuan tentang bahaya korupsi bagi mereka dan implikasinya terhadap bangsa negara, bukan hanya sebatas memberikan pengetahuan saja melainkan dengan tindakan dan aksi berupa implementasi nilai-nilai memberantas korupsi harus di tanam dalam diri dan  aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter menjadi kunci keberhasilan fenomena korupsi saat ini. Pendidikan karakter anti korupsi adalah upaya sistematis untuk menanamkan nilai-nilai etika dan moral yang kuat dalam diri peserta didik, dengan tujuan membentuk individu yang berintegritas, jujur, dan bertanggung jawab (Tantangannya, 2024).

          Peran generasi muda sangat penting dalam memberantas koruspsi, mengapa demikian? Karena generasi muda merupakan agen perubahan yang disiapkan untuk memegang tongkat estafet kedepan untuk mewujudkan cita-cita dan harapan bangsa. Tentunya melalui pembentukan karakter memeberikan bekal awal kepada generasi muda untuk diberikan bekal kepada mereka guna memerangi praktik-praktik korupsi dan memberikan pemahaman kepada mereka.

              Menurut (Hasan, 2015) Sebagai bagian integral dari pendidikan anti korupsi, pendidikan karakter atau pendidikan yang berbasis pada pembangunan karakter mahasiswa menjadi wacana yang ramai dibicarakan di dunia pendidikan maupun di kalangan masyarakat umumnya. Karena degradasi moral yang terus menerus yang terjadi pada generasi ini dan nyaris membawa bangsa ini pada kehancuran, sangat dibutuhkan pendidikan untuk menghasilkan manusia Indonesia. Penyalahgunaan narkoba dan peredaran narkoba yang semakin meningkat, tawuran antar pelajar, dan berbagai kejahatan yang telah menghilangkan rasa aman setiap orang adalah bukti nyata dari degradasi moral generasi ini. Budaya korupsi seakan telah mengakar pada kehidupan bangsa ini dari tingkat kampung hingga pejabat tinggi negara.

            Menurut (M. K. Putri, 2023)  Pendidikan karakter akan mendidik siswa untuk menjadi orang yang berani, jujur, dan bertanggung jawab dalam dunia pekerjaan setelah mereka lulus sekolah. Pendidikan anti korupsi adalah salah satu hasil dari pendidikan karakter karena menghasilkan siswa yang unggul dengan menciptakan karakter yang memiliki keadaan mental yang kuat, kekuatan yang tidak mudah terpengaruh dan mudah menyerah, moral yang kuat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, dan keyakinan yang kuat dalam diri mereka sendiri yang mampu membentuk kepribadian yang baik dan benar yang akan melekat pada diri mereka sepanjang hidup mereka.

         Korupsi adalah ancaman serius bagi masa depan bangsa. Untuk membangun Indonesia yang lebih baik, kita perlu mulai dari generasi muda dengan memberikan bekal pendidikan karakter yang kuat. Dengan demikian, mereka dapat menjadi pemimpin masa depan yang berintegritas dan mampu membawa perubahan positif bagi bangsa. Pendidikan karakter menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan korupsi sejak dini. Dengan menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan integritas pada siswa sejak usia dini, kita dapat membentuk generasi muda yang memiliki kesadaran akan bahaya korupsi dan berani menolak segala bentuk tindakan yang tidak jujur. Upaya pencegahan korupsi tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan membutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan karakter menjadi salah satu upaya yang paling efektif dalam mencegah korupsi sejak dini.

 DAFTAR PUSTAKA.

  

 

 

Aku, Kamu, dan Hujan dibulan Desember.

09 October 2024 22:11:47 Dibaca : 23

Apakah kau masih ingat hujan dibulan desember?

Apakah kau masih ingat kedinginan saat itu?

Apakah kau masih ingat betapa kelabunya langit saat itu?

Rintik hujan yang turun saat itu menjadi saksi akan janji yang kita ucapkan.

 

Kekasih malamku  dan kita menari diatas rintik hujan.

Rindu yang mencekam seakan membunuh ku.

Apakah rindu ini akan membunuh kita secar bersamaan?

Dan kehangatanmu akan menjadi salah satu kehangatan yang ditunggu.

 

 

 

 

Ku Tak Tahu.

09 October 2024 22:08:15 Dibaca : 15

Aku tak tahu sampai dibatas mana aku mencintaimu,

Aku tak akan tahu rasa cinta ini akan habis dan terkubur untuk selamanya,

Melupakan semua itu dan berharap itu akan baik baik saja,

Saat ini, aku selalu bertanya dan bertanya,

Sampai sejauh mana rasa untuk memilikimu itu habis,

Sampai semuanya itu habis, sehabis-habisnya.

         Berbicara tentang guru, maka ada sangat enak untuk dibahas, pasalnya guru merupakan akar daripda keberhasilan peserta didik. Guru menjadi bahan bakar untuk melahirkan tunas-tunas bangsa yang unggul dan mampu berdaya saing. Sejatinya guru diartikan sebagai sumber belajar yang paling utama, guru menjadi panutan bagi setiap siswa. tak heran guru harus memiliki perilaku yang baik agar bisa dicontohi oleh peserta didik. Berbicara tentang guru maka tak luput dari peran, tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik.  

        Guru merupakan pendidik yang mendidik peserta didik, dalam proses pembelajaran guru tentunya mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mendidik peserta didik agar memperoleh pengetahuan dan memiliki sikap berbudi pekerti luhur. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 yang berbunyi “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”

       Salah satu tanggung jawab guru sebagai profesi adalah mengajar, dan melatih. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan prinsip hidup dan kehidupan, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan melatih berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilan siswa. Guru merupakan salah satu faktor utama bagi keberhasilan pendidikan (Darmadi, 2015). Karena itu tidak mengherankan jika setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia selalu bermuara pada faktor guru.

         Stigma yang terbangun dikalangan masyarakat, bahwa seorang guru atau pendidik sangat amat dihormarti di lingkungan masyarakat karena peran dan fungsinya yang sangat mulia. Menururt (Darmadi, 2015) Guru seyoginya mempunyai tugas diantaranya

1. Tugas guru sebagai pengajar (Intruksional). Sebagai pengajar (intruksional), guru memiliki tanggung jawab untuk merencanakan program pengajaran, menerapkan program tersebut, dan melakukan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.

2. Tugas guru sebagai seorang pendidik. Sebagai pendidik (edukator), tanggung jawab guru adalah mengarahkan siswa mereka ke tingkat kedewasaan yang berkepribadian sempurna.

3. Tugas guru sebagai pemimpin (Managerial). Sebagai pemimpin, guru bertanggung jawab untuk memimpin dan mengendalikan diri sendiri, siswa, dan masyarakat yang terkait dalam hal pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan keterlibatan dalam program.

         Dari tugas guru diatas dapat menunjukkan bahwa tugas guru mempunyai tiga tugas yaitu sebagai pengajar, sebagai seorang pendidik dan sebagai pemimpin. Guru juga tentunya mempunyai fungsi. Menururt (Munawir et al., 2022) guru mempunyai fungsi diantaranya ;

1. Guru sebagai pendidik. Guru menjadi tauladan bagi peserta didik, oleh karena itu guru disebut sebagai pendidik. Guru mendidik peserta didik baik dari segi pengetabuan, keterampilan, maupun nilai-nilai moral dan sikap.

2. Guru sebagai Manager (Pemimpin). Guru mengapa demikian diakatakan sebagai pemimpin, karena guru selalu yang berdiri didepan dan memimpin jalannya proses pembelajaran. Oleh karena itu guru disebut sebagai pemimpin. Tanpa adaanya guru didalam kelas maka akan berdampak pada proses pembelajaran di dalam kelas yang tidak maksimal. Guru memainkan peran sebagai fungsi mengatur dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Guru Sebagai Administrator. Mengapa Demikian ? Karena guru tentunya mencatat hasil dan perkembangan peserta didik ddidalam kelas.

4. Guru Sebagai Motivator. Guru tentunya mempunyai peran sebagai motivator. yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi dapat didefinisikan sebagai adanya keinginan untuk mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku pada individu yang belajar (Hamdu & Agustina, 2011). Oleh karena itu guru dituntut untuk memberikan motivasi kepada peserta didik agar semangat belajar siswa meningkat.

5. Peran Guru sebagai Dinamisator. Guru dinamisator harus memiliki perspektif dan upaya untuk membangun karakter siswa mereka. Guru harus memiliki cara unik untuk membangun karakter siswa mereka dan menjalin hubungan dinamis dengan seluruh warga sekolah.

6. Peran Guru Sebagai Evaluator. Guru mempunyai fungsi untuk melakukan evaluasi kepada peserta didik, sejauh mana tingkat perkembangan peserta didik. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk membantu proses, kemajuan, dan perkembangan hasil belajar siswa secara konsisten, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang tertentu, dan memberikan informasi kepada orang tua dan wali siswa tentang peringkat atau penentuan kelas kelulusan mereka (Phafiandita et al., 2022).

         Sedangkan menururt (Ramli, 2015) Fungsi guru diantanya ;

1. Guru Korektor, Guru harus memiliki kemampuan untuk membedakan nilai yang buruk dari yang baik. Dalam kehidupan sosial, kedua prinsip yang berbeda ini harus dipahami dengan baik. Sebelum anak masuk sekolah, kedua nilai ini mungkin sudah ada.

2. Guru Sebagai Inspirator, Guru harus memiliki kemampuan untuk memberikan inspirasi yang kuat untuk kemajuan belajar siswa mereka. Masalah utama siswa adalah belajar. Guru harus memberikan inspirasi untuk belajar yang baik. Rekomendasi tidak selalu bersumber dari teori-teori belajar; penaglaman pun dapat digunakan sebagai garis besar bagaimana belajar dengan baik.

3. Informator, Guru harus dapat memberikan bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran dalam kurikulum, serta informasi tentang perkembangan ilmu pengeahuan dan teknologi. Sangat penting bagi guru untuk memberikan informasi yang berkualitas dan berguna. Kesalahan informasi merugikan siswa.

4. Organisator, adalah sisi lain dari tugas yang dibutuhkan guru. Dalam bidang ini, guru harus mengelola kegiatan akademik, membuat tata tertib sekolah, membuat kalender akademik, dan tugas lainnya. Semuanya disusun dengan cara yang memungkinkan anak didik untuk belajar secara efektif dan efisien.

5. Inisiator, Guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan gagasan untuk kemajuan dalam pendidikan pengajaran dalam peran mereka sebagai inisiator.

6. Fasilitator, Anak-anak akan malas belajar karena lingkungan kelas yang tidak menyenangkan, ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, dan fasilitas belajar yang tidak memadai.

7. Pembimbing, Peran ini harus lebih diprioritaskan. Karena tugas guru adalah membimbing anak-anak menjadi orang dewasa. Anak-anak akan menghadapi tantangan dalam perkembangan diri mereka jika mereka tidak menerima bantuan.

8. Demonstrator Dan Mengelola Kelas, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.

          Menurut (Yahyu et al., 2023) guru memiliki berbagai macam perilaku diantaranya ;

1. Guru yang demokratis, suka bekerja sama, dan baik hati. Guru demokratis membuat lingkungan belajar yang inklusif. Ia memberikan ruang bagi setiap siswa untuk menyuarakan pendapat mereka, mengajukan pertanyaan, dan mengembangkan potensi mereka. Demokrasi di kelas tidak hanya tentang memilih guru atau ketua, tetapi juga tentang menghargai perbedaan pendapat dan mengajarkan siswa untuk berpikir kritis. Guru yang adil akan selalu berusaha untuk memahami pendapat siswa dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan.

2. Guru yang sabar, adil( tidak pilih kasih), konsisten. Guru menjadi penuntun yang tak tergantikan dalam perjalanan panjang menuntut ilmu. Seorang guru yang baik tidak hanya mengajar siswa tetapi juga menjadi inspirasi bagi mereka. Tiga pilar penting yang menopang proses pembelajaran adalah kesabaran, keadilan, dan konsistensi, yang merupakan kualitas yang harus dimiliki seorang guru.

          Kesabaran adalah permata yang menghiasi sifat guru. Kesabaran sangat penting untuk menciptakan suasana belajar yang baik karena semua siswa memiliki tingkat kemampuan dan kepribadian yang berbeda. Dengan sabar, guru dapat memberikan penjelasan berulang kali hingga siswa benar-benar memahami apa yang diajarkan. Selain itu, guru harus sabar ketika menghadapi kesalahan siswa karena dengan cara ini mereka dapat memberikan koreksi dan mendorong siswa untuk terus berusa ha memperbaiki diri.

     Keadilan adalah landasan kokoh untuk membangun hubungan yang baik antara pendidik dan murid. Guru yang jujur tidak akan membedakan siswa berdasarkan latar belakang, kemampuan, atau popularitas mereka. Setiap siswa berhak atas kesempatan yang setara untuk berkembang. Pemberian nilai dan penilaian terhadap hasil kerja siswa adalah dua contoh lain dari keadilan. Dengan bertindak jujur, guru akan mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari semua siswa.

3. Bersikap terbuka, suka menolong, dan ramah. Sikap terbuka berarti mau menerima perbedaan pendapat, pandangan, dan latar belakang orang lain. Dengan bersikap terbuka, kita dapat lebih mudah memahami perspektif orang lain dan menghindari konflik yang tidak perlu. Sikap terbuka juga membantu kita belajar hal baru dan berkembang.

4. Humoris, memiliki berbagai macam minat, menguasai bahan pelajaran. Kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh adalah kunci kesuksesan dalam berbagai bidang. Meskipun demikian, kecerdasan semata tidak cukup. Seseorang menjadi komunikator yang efektif jika dia memiliki kemampuan untuk menyampaikan konsep yang kompleks dengan cara yang sederhana dan lucu. Humor tidak hanya dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan, tetapi juga dapat menjadi alat yang berguna untuk membangun ikatan dan menciptakan suasana hati yang positif.

5. Sikap menolong dan menggunakan contoh atau istilah yang baik. Memberikan dukungan moral dan emosional selain bantuan materi adalah bagian dari membantu. Dengan membantu seseorang yang mengalami kesulitan, kita tidak hanya meringankan beban mereka, tetapi juga memberikan harapan dan semangat untuk bangkit. Membantu teman yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas sekolah, memberikan pertolongan pertama kepada orang yang terluka, atau mengunjungi tetangga yang sedang sakit adalah beberapa contoh tindakan menolong yang sederhana.

6. Tidak ada yang lebih disenangi, tidak pilih kasih, dan tidak ada anak emas atau anak tiri. Dalam Konsep ini guru harus objektif, tidak memilih dan memilih mana siswa yang berprestasi dan mana siswa yang bodoh.

7. Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat pada anak.

8. Berusaha agar pekerjaan menarik, dapat membangkitkan keinginankeinginan bekarja sama dengan anak didik

Daftar Pustaka

Darmadi, H. (2015). Tugas, peran, kompetensi, dan tanggung jawab menjadi guru profesional. Jurnal Edukasi, 13(2), 161–174.

Hamdu, G., & Agustina, L. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), 25–33.

Munawir, M., Salsabila, Z. P., & Nisa’, N. R. (2022). Tugas, Fungsi dan Peran Guru Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(1), 8–12. https://doi.org/10.29303/jipp.v7i1.327

Phafiandita, A. N., Permadani, A., Pradani, A. S., & Wahyudi, M. I. (2022). Urgensi Evaluasi Pembelajaran di Kelas. JIRA: Jurnal Inovasi Dan Riset Akademik, 3(2), 111–121. https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.262

Ramli, M. (2015). Hakikat pendidikan dan peserta didik. Tarbiyah Islamiyah, 5(1), 61–85. https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/view/1825

Yahyu, O., Yususf, H., Andrianti, D., Endriani, L., & Taunar, I. (2023). Perilaku Guru yang Menumbuhkan Hubungan Positif Antara Guru dan Siswa. 2(1), 587–591.