LEBIH BAIK BISNIS KE EROPA DIBANDING KE PAPUA.

10 November 2014 17:34:57 Dibaca : 2021 Kategori : Dunia Baca Dan Fikir

by : Rony Suhartono

 


" Saya setiap kirim barang ke eropa harganya per kg lebih murah dibanding harus kirim barang ke Papua, tidak hanya lewat laut lewat udarapun demikian, sehingga kadang saya agak sedikit malas kalau ingin kirim barang ke Papua/Indonesia Timur ". ( inilah sebagian keluhan yang banyak dialami teman-teman pelaku usaha )

Kalau solusi teman-teman Kemenko Maritim bahwa masalah utama mahalnya kirim barang ke Papua akibat " tidak ada barang yang dapat dibawa balik ke Jawa sehingga muatan kapal/pesawat kosong saat kembali sehingga harga kirim sudah dihitung sekalian harga balik angkutan ".

Kalau melihat ini saya teringat saat dulu main " usaha-usaha palawija dan buah-buahan dari Jawa Timur ke Jakarta, untuk pasokan, dimana setiap mengangkut barang dari Jawa Timur ( Malang ), semangka, melon, apel dll harganya harus dua kali lipat biaya angkut karena saat pulang kembali ke Malang, truk pasti dalam keadaan kosong, sedangkan pungutan ditiap jalan terus jalan (ngemil ongkos petugas) ".

Sebagai pelaku lapangan dalam dunia usaha saya merasakan berat sekali bagi para pengusaha untuk bermain ke arah Indonesia Timur sehingga banyak teman-teman HIPMI bilang, " mending main ke Eropa, sudah bayaran dollar harga murah angkutannya dibanding kirim ke Indonesia Timur, sudah rupiah, banyak pungutan rumit juga urusannya ". Coba anda bayangkan, satu mangkok bakso di Papua bisa berharga Rp. 25.000,- dibanding di Jakarta yang berkisar seharga Rp. 8000,-, betapa mahalnya biaya hidup disana sehingga terkadang kita semua agak pusing juga, bagaimana cara mendorong kebijakan untuk kesejahteraan bagi rakyat Papua secara merata jika hal tersebut selalu terjadi, sedangkan dilain pihak dana OTSUS PAPUA jika dilihat secara kasar terasa besar, namun sejatinya jika dana itu diimplementasikan ke dalam sebuah proyek dilapangan terasa amat kecil. Sehingga Gubernur Papua, beberapa hari yang lalu kita bertemu di Istana negara bercerita, " membangun jembatan saja di Papua, bisa habis 50 Milyard, coba bayangkan kalau uang itu ada di Jawa berapa puluh kilo jalan infrastruktur yang bisa dibuat dengan dana seperti itu, jadi pemerintah pusat jangan hanya melihat seolah-olah dana otsus itu benar-benar besar, tapi bagi Papua itu kecil karena semua barang dikirim dari Jawa dengan harga selangit mahalnya ". ( celoteh sang Gubernur pada kami saat itu ).

Semoga tulisan ini bisa segera memberikan cambuk pada pemerintah sekarang disaat ingin benar-benar melakukan pemerataan pembangunan ekonomi terutama ke wilayah timur, pembangunan tol laut, membagun kesadaran penguatan poros maritim serta memperbaiki berbagai regulasi biaya pengangkutan dan pungutan liar akan memperpendek jurang perbedaan harga antara wilayah " Indonesia Barat dengan Indonesia Timur " , semoga ide kebijakan 3 PINTU IMPORT ( Sabang, Belitung dan Sorong ) dapat menjadikan alternatif tercepat dalam memangkas biaya angkutan barang karena saat kembali ke Jawa semua kapal termuat isi oleh barang-barang import yang akan dijual ke wilayah Jawa sehingga akan terjadi keseimbangan harga barang lokal antara wilayah Inbar & Intim.

Sebagai pelaku usaha saya hanya berfikir sederhana saja, bagaimana barang yang kita miliki mampu berkompetitif dengan barang lainnya malalui kebijakan pemangkasan berbagai punggutan hingga kemudaan untuk pengapalan dengan harga yang bersaing.

Kalau hal ini terjadi ( POROS MARITIM DUNIA MELALUI TOL LAUT ) maka berani kami pastikan " SINGAPURA AKAN KETAR-KETIR ", dimana selama ini, negara itulah yang selalu menikmati berbagai ongkos biaya tinggi dalam perdagangan dunia atau lebih tepat " sebagai negara Calo, dipastikan Singapura akan berhitung ribuan kali dalam menjawab kebijakan pergerakan ekonomi dunia jika benar-benar terjadi proses pergerakan poros maritim dunia diseluruh bagian kawasan terdekat.

Salam...!!
SUMBER