ARSIP BULANAN : November 2014

LEBIH BAIK BISNIS KE EROPA DIBANDING KE PAPUA.

10 November 2014 17:34:57 Dibaca : 2018

by : Rony Suhartono

 


" Saya setiap kirim barang ke eropa harganya per kg lebih murah dibanding harus kirim barang ke Papua, tidak hanya lewat laut lewat udarapun demikian, sehingga kadang saya agak sedikit malas kalau ingin kirim barang ke Papua/Indonesia Timur ". ( inilah sebagian keluhan yang banyak dialami teman-teman pelaku usaha )

Kalau solusi teman-teman Kemenko Maritim bahwa masalah utama mahalnya kirim barang ke Papua akibat " tidak ada barang yang dapat dibawa balik ke Jawa sehingga muatan kapal/pesawat kosong saat kembali sehingga harga kirim sudah dihitung sekalian harga balik angkutan ".

Kalau melihat ini saya teringat saat dulu main " usaha-usaha palawija dan buah-buahan dari Jawa Timur ke Jakarta, untuk pasokan, dimana setiap mengangkut barang dari Jawa Timur ( Malang ), semangka, melon, apel dll harganya harus dua kali lipat biaya angkut karena saat pulang kembali ke Malang, truk pasti dalam keadaan kosong, sedangkan pungutan ditiap jalan terus jalan (ngemil ongkos petugas) ".

Sebagai pelaku lapangan dalam dunia usaha saya merasakan berat sekali bagi para pengusaha untuk bermain ke arah Indonesia Timur sehingga banyak teman-teman HIPMI bilang, " mending main ke Eropa, sudah bayaran dollar harga murah angkutannya dibanding kirim ke Indonesia Timur, sudah rupiah, banyak pungutan rumit juga urusannya ". Coba anda bayangkan, satu mangkok bakso di Papua bisa berharga Rp. 25.000,- dibanding di Jakarta yang berkisar seharga Rp. 8000,-, betapa mahalnya biaya hidup disana sehingga terkadang kita semua agak pusing juga, bagaimana cara mendorong kebijakan untuk kesejahteraan bagi rakyat Papua secara merata jika hal tersebut selalu terjadi, sedangkan dilain pihak dana OTSUS PAPUA jika dilihat secara kasar terasa besar, namun sejatinya jika dana itu diimplementasikan ke dalam sebuah proyek dilapangan terasa amat kecil. Sehingga Gubernur Papua, beberapa hari yang lalu kita bertemu di Istana negara bercerita, " membangun jembatan saja di Papua, bisa habis 50 Milyard, coba bayangkan kalau uang itu ada di Jawa berapa puluh kilo jalan infrastruktur yang bisa dibuat dengan dana seperti itu, jadi pemerintah pusat jangan hanya melihat seolah-olah dana otsus itu benar-benar besar, tapi bagi Papua itu kecil karena semua barang dikirim dari Jawa dengan harga selangit mahalnya ". ( celoteh sang Gubernur pada kami saat itu ).

Semoga tulisan ini bisa segera memberikan cambuk pada pemerintah sekarang disaat ingin benar-benar melakukan pemerataan pembangunan ekonomi terutama ke wilayah timur, pembangunan tol laut, membagun kesadaran penguatan poros maritim serta memperbaiki berbagai regulasi biaya pengangkutan dan pungutan liar akan memperpendek jurang perbedaan harga antara wilayah " Indonesia Barat dengan Indonesia Timur " , semoga ide kebijakan 3 PINTU IMPORT ( Sabang, Belitung dan Sorong ) dapat menjadikan alternatif tercepat dalam memangkas biaya angkutan barang karena saat kembali ke Jawa semua kapal termuat isi oleh barang-barang import yang akan dijual ke wilayah Jawa sehingga akan terjadi keseimbangan harga barang lokal antara wilayah Inbar & Intim.

Sebagai pelaku usaha saya hanya berfikir sederhana saja, bagaimana barang yang kita miliki mampu berkompetitif dengan barang lainnya malalui kebijakan pemangkasan berbagai punggutan hingga kemudaan untuk pengapalan dengan harga yang bersaing.

Kalau hal ini terjadi ( POROS MARITIM DUNIA MELALUI TOL LAUT ) maka berani kami pastikan " SINGAPURA AKAN KETAR-KETIR ", dimana selama ini, negara itulah yang selalu menikmati berbagai ongkos biaya tinggi dalam perdagangan dunia atau lebih tepat " sebagai negara Calo, dipastikan Singapura akan berhitung ribuan kali dalam menjawab kebijakan pergerakan ekonomi dunia jika benar-benar terjadi proses pergerakan poros maritim dunia diseluruh bagian kawasan terdekat.

Salam...!!
SUMBER

BELAJAR INVESTASI

08 November 2014 16:56:29 Dibaca : 1501

Lima Prinsip Dasar Akuntansi

08 November 2014 14:05:35 Dibaca : 934

Berikut lima prinsip dasar akuntansi yang dapat dijadikan pedoman bagi pengusaha dalam pembuatan laporan keuangan, agar laporan keuangan disusun berdasarkan prosedur da prinsip akuntansi.

Prinsip dasar akuntansi mendasari akuntansi dan seluruh laporan keuangan. Prinsip akuntansi dijabarkan dari tujuan laporan keuangan, postutat akuntansi, dan konsep teoritis akuntansi, serta sebagai dasar pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan.

Ada lima prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi. Yakni:

1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisi. Hal ini seringkali disebut prinsip biaya historis. Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva. utang, modal, dan biaya.

Yang dimaksud dengan-harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetuiui oleh kedua belah pihak vang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi dalam transaksi di antara kedua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh transaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal atau transaksi lainnya. Biaya memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya, yaitu dapat diandalkan.

2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Prinsip Pengakuan Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur besamya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas.
Istilah pendapatan dalam prinsip ini merupakan istilah yang luas, di mana di dalam pendapatan termasuk pendapatan sewa, laba penjualan aktiva dan lain-lain. Batasan umum yang biasanya digunakan adalah semua perubahan dalam jumlah bersih aktiva selain yang berasal dari pernilik perusahaan.

Biasanya pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau jasa. Yaitu saat ada kepastian mengenai besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang diterima. Tetapi ketentuan umum ini tidak selalu dapat diterapkan, sehingga timbul beberapa ketentuan lain untuk mengakui pendapatan. Pengecualian-pengecualian itu adalah pengakuan pendapatan saat produksi selesai, selama masa produksi dan pada saat kas diterima.

3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Yang dimaksud prinsip mempertemukan biaya adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut Prinsip ini berguna untuk menentukan besamya penghasilan bersih setiap periode. Karena biaya itu harus dipertemukan dengan pendapatannya, maka pembebanan biaya sangat tergantung pada saat pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda, maka pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.

Penerapan prinsip ini. juga menghadapi beberapa kesulitan. Misalnya, dalam hal biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatan, maka sulit untuk mempertemukan biaya dengan pendapatannya. Contoh, biaya administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan perusahaan. Kesulitan seperti ini diatasi dengan membebankan biaya-biaya tersebut ke periode terjadinya.

Biasanya biaya-biaya seperti itu disebut period costs. Sebabnya, biaya produksi seperti biaya baban baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung, mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatan, sehingga dapat dengan mudah dipertemukan.
Kesulitan yang lain seperti dalam hal biaya yang mempunvai manfaat untuk beberapa periode. Biaya-biaya seperti ini ditunda pembebanannya karena mernpunyai fungsi menimbulkan pendapatan. Masalahnya adalah alokasi setiap periodenya. Dasar alokasi yang digunakan dalam metode-metode depresiasi dan amortisasi hampir semuanya berdasarkan taksiran-taksiran yang tidak jelas hubungannya dengan pendapatan.

Salah satu akibat dari prinsip ini adalah digunakannya dasar waktu (accrual basis) dalam pembebanan biaya. Dalam prakteknya digunakan jurnal-jurnal penyesuaian setiap akhir periode untuk mempertemukan biaya dengan pendapatan.

4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun. Sehingga bila terdapat perbedaan antara suatu pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat penggunaan metode yang berbeda.

Konsistensi tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode, jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan metode yang dipakai. Tetapi jika ada penggantian metode, maka akibat (selisih) yang cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan perlakuan terhadap perubahan metode atau prinsip tersebut.

5. Prisip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Yang dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Karena infomasi yang disajikan itu merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi dalam satu periode dan juga saldo-saldo dari rekening-rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan semua informasi-informasi yang ke dalam laporan keuangan.
Biasanya keterangan tambahan atas informasi dalam laporan keuangan dibuat dalam bentuk:

• Catatan kaki/footnote.

• Dalam laporan keuangan, biasanya dituliskan dalam kurung di bawah elemen yang bersangkutan, atau dengan memakai rekening-rekening tertentu.

• Berbagai lampiran.
Keterangan tambahan dengan menggunakan catatan kaki biasanya karena tidak diinginkan untuk mengganggu laporan keuangan yang dibuat. Catatan kaki ini digunakan untuk menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

• Prinsip akuntansi yang digunakan.

• Perubahan-perubahan, seperti perubahan dalam prinsip akuntansi, taksiran-taksiran, kesatuan usaha, dan juga kalau ada koreksi-koreksi kesalahan. Catatan kaki ini juga menunjukkan perlakuan terhadap perubahan-perubahan tersebut, apakah dengan cara kumulatif, retroaktif, dan lain-lain.

• Adanya kemungkinan timbulnya rugi atau laba bersyarat.

• Informasi tentang modal perusahaan, seperti jumlah lembar saham dan lain-lain.

• Kontrak-kontrak pembelian, kontrak-kontrak penting lainnya, adanya option atau warrant untuk saham dan lain-lain. Keterangan tambahan yang dibuat sebagai lampiran laporan keuangan biasanya digunakan untuk menunjukkan perhitungan-perhitungan detail yang mendukung suatu jumlah tertentu, atau menunjukkan informasi-informasi keuangan berdasarkan indeks harga (price level adjustment).Berdasarkan dari penjelasan tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa prinsip akuntansi dapat dijadikan pedoman bagi pengusaha dalam pembuatan laporan keuangan. Hal ini untuk menjadikan laporan keuangan yang dihasilkan atas dasar prosedur akuntansi dan disesuaikan dengan peraturan dari prinsip akuntansi yang ada.
Sumber

Untold History of Pangeran Diponegoro (15)

05 November 2014 11:50:14 Dibaca : 1967

Bab 8

Kantor Residen Surakarta, 19 Juli 1825

DENGAN WAJAH YANG SANGAT SERIUS, Residen Surakarta Mac Gillavry terlihat marah-marah sendiri di kantornya. Sekretarisnya hanya berdiam diri mendengar atasannya mengomel tak menentu. Sebabnya, tak lain dan tak bukan, karena surat peringatan akan bahaya Diponegoro yang ditulisnya-yang ditujukan bagi Residen Yogyakarta Smissaert-mendapat tanggapan yang dingin. Bahkan Smissaert menganggap Mac Gillavry terlalu berlebihan dan sedikit paranoid menghadapi Pangeran Diponegoro dan pasukannya.

“Keparat Residen Yogyakarta itu! Sudah saya bantu tapi dia tidak perduli! Dasar orang tak tahu berterimakasih! Kalau Yogya kacau, kita juga yang nanti kena getahnya. Maunya apa Smissaert itu! Pesta dan pesta! Perempuan dan whisky melulu! Dia terlalu menyepelekan Diponegoro…”

“Anthonie!” jerit Gillavry. Suaranya mengguntur menyakitkan gendang telinga.

Sekretaris Residen Surakarta yang sedari tadi berdiri di dekat pintu yang tertutup dengan agak takut menjawab, “Ya, Tuan.”

“Saya akan menulis surat lagi yang isinya lebih kurang sama. Tapi kali ini langsung ditujukan untuk Chevallier!”

“Asisten Sekretaris Residen Yogya itu, Tuan?”

“Ya, siapa lagi jika bukan dia! Cepat kau siapkan kertas dan pena. Saya akan diktekan!”

Anthonie van Huyn segera mengambil alat tulis dan menarik beberapa lembar kertas kosong. “Siap, Tuan.”

Mac Gillavry duduk di atas kursinya yang memiliki sandaran tinggi. Dengan mengangkat kedua kakinya ke atas meja kecil di samping kursi dia mulai mendiktekan suratnya yang kali ini ditujukan langsung bagi bawahan Smissaert. Dia akan potong kompas, sekaligus merendahkan rekannya itu.

“Amice,” ujarnya, “… De demang der desa Grojogan (de voornamste van boven bedoelde hoofden) is op last van den Pangeran Dipanegara met 100 man zjin gevolg naar Yogya vertrokken. Eenigen mijner spionnen zijn terug. Zij brengen de tijding, dat het plan bestaat om eerst Patjitan een te vallen en met die bevolking Yogya te vermeesteren. Zorg intusschen maar, dat hij, noch Dipanegara er iets van merken, dat wij hen bespionneeren”

Mac Gillavry mengambil nafas. Kemudian dia mulai mendiktekan kembali kelanjutan suratnya:

“…Een bijwijf van den demang heeft zich uitgelaten, dat hij naar Yogya was om nadere orders te ontvangen, meldt mij per extra-post wanner hij weer van Yogya vertrekt en laat dan door een knappen vent, slechts in de verte, nagaan of hij ook een anderen koerst neemt. Op de pasars alhier loopt het gerucht, dat er op Yogya prang (Oorlog) zak jineb eb dat het kleine volk reeds al zijn goederen geborgen heeft; dat de Rijksbestierder van Yogya de Merapi heeft beklommen om een gelofte te doen voor dien prang enz., deze merae nugae (loutere beuzeipraat) allen tot Uwe informatie. Vaarwel, H.C. Gillavry…”[1]

“Ya selesai. Coba aku baca dulu.”

Anthoine menyerahkan surat yang barusan ditulisnya. Mac Gillavry melihatnya dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Senyumnya kini sudah mulai mengembang.

“Hmm… bagus. Ya, seperti ini. Tulisanmu lama-lama bagus juga, Anthoine…,” ujarnya sambil melirik sekretarisnya itu.

“Terima kasih, Tuan,” jawab Anthoine tersipu-sipu. Selama delapan bulan bekerja dengan Gilavry, baru kali ini dia menerima pujian dari si gendut dengan kumis melintang itu.

“Sekarang tolong kamu kirimkan surat itu langsung kepada Chevallier. Secepatnya!” ujar Gillavry kembali berdiri dan menenggak segelas gula asam lagi, minuman tradisonal kesukaannya.

Anthoine menerima surat itu kembali, melipatnya dan memasukkannya ke dalam amplop yang kemudian disegel dengan lilin panas yang dicap simbol kerajaan Belanda. Lalu dia bergegas keluar ruangan menemui petugas jaga dan menyuruhnya untuk segera memanggil kurir khusus ke Yogyakarta. Tak lama kemudian, kurir yang dipanggil pun menghadap Anthoine dengan sikap badan yang terbungkuk-bungkuk.

“Serahkan surat ini kepada Residen Yogyakarta Smissaert sekarang juga.”

“Inggih, Tuan,” ujar kurir itu sambil berkali-kali membungkukkan badannya. Dia kemudian bergegas menuju kudanya yang ditambatkan di sayap kanan gedung karesidenan Surakarta. Dengan beberapa kali gebrakan kaki pada badan kuda, dia pun melesat meninggalkan Surakarta melewati jalan utama menuju Vredeburg Castle yang berada di utara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bersambung

Radiasi HP

03 November 2014 16:39:42 Dibaca : 1005

TOLONG SEBARKAN !
Hari ini seorang Wanita Paru baya di Kota Surabaya pipi dan telinganya semua memar dan teluka akibat karena menerima panggilan saat ponselnya masih pengisian. Waktu itu ponselnya bergetar hebat tiba-tiba penselnya meledak dan kemudian Telinga, tangan dan pipinya terbakar. Jadi, tolong jangan menjawab panggilan atau memanggil saat pengisian ponsel Anda. Bila baterai ponsel rendah cas dulu dan jangan melakukan panggilan atau menjawab panggilan masuk, karena radiasi sa'at pengisian baterai naik hingga menjadi 1000 kali lebih kuat. Hal ini dapat terjadi pada setiap merek ponsel di luar sana. Tolong sebarkan info ini kepada teman2 yang lain, supaya kita lebih waspada...!!!!

Jangan Sampai Anak/Keluarga kita menjadi korban selanjutnya