"SECANGKIR KOPI DAN RASA YANG TERSIMPAN (CERITA PENDEK)

01 August 2024 01:44:10 Dibaca : 170

Assalammualaikum Bapak Eduart, Semoga Bapak selalu dalam keadaan sehat dan dilindungi Allah SWT. Amin. Di hari yang cerah ini, saya ingin menceritakan kisah tentang seorang mahasiswi yang kecantikannya bagaikan bulan Januari. Nama gadis ini adalah Rani, dan dia bagaikan matahari yang selalu menerangi hari-hari kami. Rani sering mengucapkan “mang eak” dan memiliki cita-cita tinggi untuk menjadi wanita karir yang sukses. Hanya doa yang bisa saya panjatkan untuknya. Sebagai anak tunggal Abi dan Umi, wajar jika dia mendapatkan segala kasih sayang dan perhatian. Senyumnya yang manis seperti gulali, membuat saya merindukan saat-saat di mana saya bisa duduk bersamanya sambil menikmati secangkir kopi pahit di pagi hari.

Pada bulan Agustus, saya pertama kali bertemu dengannya di kelas yang sama. Kecantikannya tampak lebih menawan dalam keheningan. Melihatnya untuk pertama kali, saya bertanya-tanya dalam hati, apakah ia akan merasa takut? Mengingat dosen kami yang terkenal sangat ketat. Tugas saya hanya bisa mengamati dari jauh. Seminggu berlalu, dan kedekatan kami mulai terjalin. Ternyata, dia tidak seperti yang saya bayangkan; di balik diamnya, terdapat keinginan untuk menyendiri, bukan untuk menjauhkan diri dari orang lain. Namun, berbeda dengan saya yang mulai merasakan sesuatu lebih dari sekadar ketertarikan.

Saat libur semester tiba, kami menghabiskan malam-malam dengan berbincang di WhatsApp. Setiap ketikan pesan menjadi harapan, sebuah jembatan menuju rasa yang tersimpan di dalam hati. Pada suatu malam yang tenang, setelah berbagi cerita dan impian, saya memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan saya. Rani terkejut, namun tanggapannya hangat. Dia mengaku juga merasakan hal yang sama.

Hari-hari berlalu, dan kedekatan kami semakin mendalam. Rani semakin terbuka, dan kami saling mendukung dalam mengejar cita-cita. Walau rintangan masih menanti, kami yakin bahwa bersama, kami dapat menghadapi semuanya. Dengan dukungan dan cinta yang kami miliki, kami percaya bahwa masa depan yang lebih baik sedang menunggu kami di ujung perjalanan.

 

 

UNGKAPKAN MASALAHMU ADA AKU DISAMPINGMU

01 August 2024 01:21:41 Dibaca : 21

Masalah adalah suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian, kesulitan, atau hambatan dalam mencapai tujuan atau menyelesaikan suatu tugas, yang memerlukan analisis mendalam dan pendekatan sistematis untuk menemukan solusi atau memperbaiki keadaan tersebut agar dapat kembali ke kondisi yang diinginkan atau optimal. Secara lebih spesifik, masalah dapat diartikan sebagai pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menciptakan kebutuhan untuk mencari solusi atau alternatif jawaban, yang bisa lebih dari satu Ketika seseorang menyadari bahwa realitas yang dihadapi tidak sesuai dengan harapan, maka saat itulah masalah dianggap ada.

Ketika seseorang menghadapi masalah besar dan tidak memiliki teman untuk diajak berbicara, perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan bisa memperburuk beban emosional yang mereka tanggung, membuat segala kesulitan terasa lebih menekan dan mengisolasi, seolah mereka harus memikul seluruh beban hidup sendirian tanpa ada yang bisa memberikan dukungan atau perspektif yang membantu.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Irwin & Austin (2013) dan Tabaac, Perrin, & Rabinovitch (2016), mereka menemukan bahwa dukungan sosial dari teman dapat membantu mengurangi risiko bunuh diri seseorang. Artinya, ketika seseorang memiliki teman-teman yang peduli dan siap mendengarkan ketika dia merasa sedih atau tertekan, maka kemungkinan untuk melakukan tindakan bunuh diri bisa berkurang.Sebagai contoh, bayangkan jika seseorang merasa sangat tertekan dan sedih, tetapi tidak punya siapa-siapa untuk diajak berbicara. Maka, perasaan itu bisa semakin memburuk dan membuatnya merasa putus asa. Namun, jika dia memiliki teman yang siap mendengarkan dan memberikan dukungan, maka dia bisa merasa lebih lega dan terbantu dalam mengatasi masalahnya.Dukungan sosial dari teman bisa menjadi salah satu faktor yang membantu kita untuk tetap kuat dan positif dalam menghadapi kehidupan sehari-hari (Salsabhilla, A., & Panjaitan, R. U. 2019).

Adapun konselor yang memiliki peran sangat penting. Mereka memberikan bantuan kepada klien dalam hubungan yang terapeutik, yang bertujuan untuk membantu klien meningkatkan kepercayaan diri, penyesuaian diri, atau mengubah perilaku agar klien bisa merasa lebih bahagia.Contohnya, jika seseorang merasa tidak percaya diri dan sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, konselor akan membantu mereka untuk menemukan cara agar bisa merasa lebih percaya diri dan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain Dengan demikian, konselor berperan sebagai pendamping dan pembimbing bagi klien dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan (Daulay, N. 2019).

Kesimpulannya, masalah adalah kondisi yang menimbulkan ketidakpastian dan kesulitan dalam mencapai tujuan, yang memerlukan analisis dan pendekatan sistematis untuk menemukan solusi. Ketika seseorang menghadapi masalah tanpa dukungan sosial, perasaan kesepian dan keterasingan dapat memperburuk beban emosional. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dari teman dapat mengurangi risiko bunuh diri dan membantu seseorang merasa lebih kuat dalam menghadapi kesulitan. Dan adapun konselor yang memainkan peran penting dalam memberikan dukungan terapeutik, membantu klien meningkatkan kepercayaan diri, penyesuaian diri, dan mencapai tujuan pribadi mereka ataupun masalah yang dialami klien.

 

Daftar Pustaka

Daulay, N. (2019). Peran psikolog dan konselor. Al-Mursyid: Jurnal Ikatan Alumni Bimbingan Dan Konseling Islam (IKABKI), 1(1).

Salsabhilla, A., & Panjaitan, R. U. (2019). Dukungan sosial dan hubungannya dengan ide bunuh diri pada mahasiswa rantau. Jurnal keperawatan jiwa, 7(1), 107.

MENGAPA PERLU CINTA DALAM KEHIDUPAN?

26 July 2024 00:06:04 Dibaca : 29

Tim Penulis: Mohamad Riadi Muslim

                        Mohamad Fikri Baid

Cinta adalah perasaan kasih sayang yang mendalam dan penuh pengorbanan terhadap seseorang atau sesuatu yang dianggap istimewa. Ini meliputi perhatian, perasaan ingin melindungi, dan keinginan untuk berbagi kebahagiaan serta kesedihan bersama. Cinta juga sering kali menginspirasi tindakan yang positif dan pengorbanan untuk kebaikan orang yang dicintai. Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa cinta dapat diartikan secara berbeda oleh setiap individu. Ada yang menganggap cinta sebagai sesuatu yang menunjukkan keagungan, seperti singa atau pedang. Ada pula yang melihatnya sebagai bencana yang menunjukkan kepedulian. Dan ada yang menganggap cinta seperti khamar yang memabukkan, menunjukkan kecintaan yang sangat dalam. Meskipun ada perbedaan dalam pandangan ini, semua pengertian tersebut pada akhirnya bersatu dalam satu konsep cinta yang lebih kompleks.(Loka, M. P., & Yulianti, E. R. 2019).

Lalu seberapa penting dalam kehidupan kita. Cinta adalah sebuah kebutuhan emosional dan sosial yang fundamental dalam kehidupan manusia. Kehadirannya memberikan makna dan tujuan yang mendalam dalam hubungan antarindividu, baik dalam konteks romantis, keluarga, persahabatan, maupun komunitas secara luas. Pertama-tama, cinta memungkinkan kita untuk merasa diterima dan dihargai. Ini tidak hanya meningkatkan rasa percaya diri dan kebahagiaan personal, tetapi juga memperkuat ikatan antara individu-individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Selain itu, cinta berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Melalui cinta, seseorang belajar untuk memberikan dan menerima kasih sayang, pengertian, dan dukungan secara mendalam. Ini membantu membangun keterampilan interpersonal yang kuat, mengajarkan toleransi, kesabaran, dan kemampuan untuk menanggapi perasaan orang lain dengan empati. Cinta juga memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang merasakan cinta dan memiliki dukungan sosial yang kuat cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah, tekanan darah yang lebih stabil, dan sistem kekebalan tubuh yang lebih baik. Hubungan yang penuh cinta juga dikaitkan dengan peningkatan kualitas tidur, mood yang lebih baik, dan tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi secara keseluruhan. Di samping itu, cinta memberikan inspirasi dan motivasi untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar. Ketika seseorang merasa dicintai dan dicintai dengan tulus, mereka merasa didorong untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri, baik dalam karier, pengembangan diri, maupun pencapaian pribadi lainnya. Cinta memotivasi kita untuk mengatasi rintangan dan mengatasi tantangan dengan keyakinan bahwa ada seseorang atau beberapa orang yang selalu ada untuk mendukung dan memotivasi.Dengan demikian, cinta bukan hanya sebuah emosi atau perasaan, tetapi juga fondasi dari hubungan yang sehat dan membangun kebahagiaan yang berkelanjutan dalam kehidupan manusia. Kehadirannya memperkaya pengalaman hidup kita, memberikan arti yang mendalam, dan menginspirasi kita untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih baik. (Jailani, M. S. 2013).

Kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah bahwa cinta merupakan perasaan kasih sayang yang mendalam dan penuh pengorbanan terhadap sesuatu atau seseorang yang dianggap istimewa. Konsep ini meliputi perhatian, keinginan untuk melindungi, serta keinginan untuk berbagi kebahagiaan dan kesedihan bersama. Cinta juga menginspirasi tindakan positif dan pengorbanan demi kebaikan orang yang dicintai. Dalam perspektif yang lebih luas, cinta adalah kebutuhan emosional dan sosial yang fundamental dalam kehidupan manusia, memberikan makna dan tujuan yang mendalam dalam hubungan antarindividu, baik dalam konteks romantis, keluarga, persahabatan, maupun komunitas secara umum. Cinta tidak hanya memperkuat ikatan personal, tetapi juga mendukung pertumbuhan pribadi, membangun keterampilan interpersonal, dan memiliki dampak positif signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental. Selain itu, cinta memberikan inspirasi dan motivasi untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Jailani, M. S. (2013). Kasih sayang dan kelembutan dalam pendidikan. Al-Fikrah: Jurnal Kependidikan Islam IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 4, 56476

Loka, M. P., & Yulianti, E. R. (2019). Konsep Cinta (Studi Banding Pemikiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Erich Fromm). Syifa Al-Qulub, 3(2), 72-84.

Konselor adalah seorang profesional yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam membantu individu mengatasi masalah pribadi, sosial, emosional, atau akademis mereka. Mereka berfokus pada memberikan dukungan psikologis, bimbingan, dan pendampingan untuk membantu klien mencapai potensi mereka yang optimal, mengidentifikasi solusi untuk masalah, dan mengembangkan keterampilan coping yang efektif. Konselor bekerja dengan berbagai pendekatan terapi dan teknik evaluasi untuk memahami dan merespons kebutuhan unik setiap individu, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional klien mereka secara menyeluruh.

Menurut Baruth dan Robinson, peran konselor adalah apa yang diharapkan dari posisi yang dijalani oleh seorang konselor dan bagaimana orang lain melihat posisi tersebut. Jadi, ketika seseorang menjadi konselor, orang lain akan memiliki harapan tertentu terhadap mereka. Sementara itu, peran konselor adalah peran yang melekat pada seseorang yang berfungsi sebagai konselor. Artinya, ketika seseorang menjadi konselor, mereka secara otomatis memiliki tanggung jawab untuk memenuhi peran tersebut.

Selain itu, Kartadinata menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses membantu individu agar bisa membuat pilihan dan keputusan sendiri, serta bertanggung jawab atas keputusan tersebut, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Jadi, ketika seseorang mendapat bimbingan, mereka dibantu untuk bisa mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab atas pilihan yang mereka buat. Sebagai contoh, bayangkan seseorang yang sedang bingung memilih jurusan kuliah. Dengan bantuan seorang konselor, individu tersebut dapat mengeksplorasi minat dan kemampuannya untuk akhirnya memilih jurusan yang sesuai. Dengan demikian, bimbingan membantu individu agar bisa membuat keputusan yang tepat untuk masa depan mereka. (Ulfah, U., & Arifudin, O. 2019).

Strategi konseling untuk peningkatan prestasi akademik melibatkan pendekatan holistik yang berpusat pada memahami setiap siswa secara individual, mengidentifikasi tantangan mereka dalam belajar, dan merancang solusi yang sesuai. Konselor akan bekerja sama dengan siswa untuk mengembangkan tujuan akademik yang realistis dan terukur, serta menyusun rencana tindakan yang konkret untuk mencapainya. Selain itu, konselor juga akan memberikan dukungan emosional dan motivasional kepada siswa, membantu mereka mengatasi kecemasan atau rasa tidak percaya diri yang mungkin menghambat pencapaian akademik mereka. Dalam proses ini, penting bagi konselor untuk berkolaborasi dengan orang tua dan guru untuk memastikan adanya dukungan yang konsisten di lingkungan belajar siswa. Melalui pendekatan ini, strategi konseling tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan hasil akademik, tetapi juga untuk membangun kepercayaan diri dan kemandirian siswa dalam mengelola pendidikan mereka sendiri. 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ulfah, U., & Arifudin, O. (2019). Peran Konselor Dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik. Jurnal Tahsinia, 1(1), 92-100.

PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA BESERTA PANDANGAN AHLI

24 July 2024 10:30:06 Dibaca : 25

Istilah cognitive berasal dari kata cogniton dalam terjemahan bahasa inggris yang berarti pengertian dan memiliki makna yang sejalan dengan kata knowing yang berarti mengetahui M. Uyun & Idi Warsah dalam (Simanjuntak & Siregar, 2022). Secara umum, kata kognitif dimaknai sebagai potensi intelektual yang dimulai dari tahap pengenalan informasi, kemudian ketahap pemahaman, dari pemahaman dapat mengembangkannya, menganalisis, hingga dapat menciptakan, dan terakhir mengevaluasinya. Hunt dalam (Simanjuntak & Siregar, 2022), berpangan bahwa kemampuan kognitif merupakan kecakapan seseorang dalam memproses informasi yang diperoleh melalui indra Molli & Nini dalam (Simanjuntak & Siregar, 2022). Dilihat dari sudut pandang psikologi, kognitif membahas tentang persepsi individu terhadap informasi, pemahaman, alur pikiran dan proses pemecahan masalah Maria Elena dalam (Simanjuntak & Siregar, 2022). Dalam artian bagaimana cara individu dapat memperoleh dan memproses sebuah informasi dengan menyimpan dan mengolahnya di otak untuk kemudian di wujudkan dalam sebuah perilaku atau tindakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kognitif adalah proses aktivitas berpikir yang melibatkan kemampuan individu dalam mengelola informasi yang didapatnya.

Vygotsky mengemukakan bahwa kemampuan kognitif untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, dan melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Artinya bahwa dengan memiliki kemampuan kognitif anak menggunakan alat berpikirnya untuk mengamati, menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa guna memecahkan masalah seefektif dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan. (Wardani et al., 2023)

Teori Vygotsky, atau lebih dikenal sebagai teori perkembangan sosial-kognitif, berfokus pada bagaimana interaksi sosial dan budaya mempengaruhi perkembangan kognitif seseorang. Berikut adalah beberapa indikator utama dari teori Vygotsky:

  1. Pembelajaran Sosial (social learning) Vyotsky berpandangan, peserta didik dapat belajar dari interaksi yang dilakukannya dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten atau cakap. Interaksi sosial tersebut dapat memancing terbentuknya ide baru dan memperluas perkembangan intelektual peserta didik.
  2. Zona Perkembangan ZPD Konsep ZPD (zone of proximal development) biasa dikenal sebagai zona perkembangan yaitu orang terdekat peserta didik (guru, teman sebaya, dan orang tua) yang diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memecahkan masalah. Maksudnya disini, peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan sendiri tugasnya akan dapat terselesaikan dengan bimbingan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sejawatnya.
  3.  Scaffolding (Perancahan) Scaffholding merupakan proses memberikan bantuan berupa petunjuk kepada peserta didik di awal tahap pembelajaran yang diharapkan peserta didik dapat belajar secara mandiri kedepannya.(Simanjuntak & Siregar, 2022)

Sedangkan menurut Brunner mengusung teori discovery learning yaitu dalam kegiatan belajar akan berjalan dengan maksimal dan kreatif jika peserta didik dapat menemukan sendiri suatu aturan atau memproses sendiri informasi yang diterimanya. Menurut Brunner perkembangan kognitif peserta didik sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan terkhusus bahasa yang digunakan dalam kehiduannya. Perkembangan bahasa disini memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan kognitif. Menurut Brunner, terdapat 3 tahapan perekembangan kognitif yang terjadi pada individu yaitu: 

  1. Tahap Enaktif Pada tahap enaktif, individu belajar untuk memahami lingkungan disekitarnya melalui kegiatan-kegiatan atau respon terhadap suatu objek. Dalam artian memahami dunia sekitarnya dengan menggunakan kemampuan motoriknya. Seperti melalui sentuhan, pegangan dan gigitan.
  2. Tahap Ikonik Pada tahap ikonik, individu memahami dunia sekitarnya menggunakan visualisasi melalui penggunaan model dan gambar gambar.
  3. Tahap Simbolik Pada tahap simbolik, individu mampu memiliki gagasan atau pemikiran abstrak, yaitu dengan memahami simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan lain sebagainya.

Sehingga dapat disimpulkan dari pemaparan teori Brunner bahwa, perkembangan kognitif peserta didik dapat didukung dengan menciptakan situasi agar peserta didik dapat belajar secara mandiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan struktur konsep, teori, atau pemahaman yang telah dipelajarinya. (Simanjuntak & Siregar, 2022)

  

DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak, K., & Siregar, R. S. (2022). Perkembangan Kognitif Peserta Didik dan Implementasi dalam Kegiatan Pembelajaran. Jurnal Riyadhah: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 111–124.

Wardani, I. R. W., Putri Zuani, M. I., & Kholis, N. (2023). Teori Belajar Perkembangan Kognitiv Lev Vygotsky dan Implikasinya dalam Pembelajaran. DIMAR: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 332–346. https://doi.org/10.58577/dimar.v4i2.92

 

 

 

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll