Tentang Keindahan dan Hasrat Memiliki
Jika kau mencintai pantai karena debur ombak dan senja yang memerah di cakrawala, maka jangan tergoda untuk membangun rumah dan menetap di sana. Jika kau jatuh hati pada gagahnya gunung, hijaunya lereng, dan bisu kabut pagi yang menyelimuti, maka jangan buru-buru mendirikan pondok untuk tinggal selamanya. Jika hatimu terpikat oleh tempat-tempat yang menakjubkan, maka berhati-hatilah untuk tidak mengikat dirimu terlalu lama di sana.
Mengapa? Karena manusia, pada hakikatnya, mudah bosan. Apa yang dahulu memesona, lambat laun akan terasa biasa. Yang kau kira cinta, mungkin hanya hasrat untuk memiliki. Dan hasrat, ketika telah mencapai puncaknya, seringkali meninggalkan kehampaan. Keindahan yang dulunya memukau akan tampak pudar jika kau terlalu lama menatapnya tanpa jeda.
Itulah mengapa awal cerita tak pernah sama dengan akhirnya. Itulah sebabnya orang berkata, “Kau yang sekarang, tak seperti dulu.”
Ketika kau ingin memiliki keindahan sepenuhnya, kau juga membuka celah bagi kebosanan merayap masuk. Dan saat keindahan tak lagi menggugah, ia akan dibuang, diabaikan, bahkan dilupakan—seperti barang bekas, seperti sampah.
Maka belajarlah mencintai tanpa memiliki. Kagumilah keindahan tanpa perlu menggenggam erat-erat. Sebab semakin kau genggam, semakin cepat ia lenyap.
Tidak ada yang abadi di dunia ini. Dan mungkin, justru karena itulah, sesuatu menjadi indah.
Bukan soal Mencintai
Pada dasarnya, jika kau menyukai laut
Tidak harus mengarungi lautan hanya untuk membuktikan bahwa kau menyukai laut
Cinta bukan soal memiliki tapi keikhlasan
Jika kau menyukai bunga mawar, maka
Pandangi lah ia dengan hati yang teduh
Tanpa harus memetiknya.
Memetiknya hanya akan membuatnya layu dan mati
Biarlah dia tumbuh dan bermekar dengan keindahan yang khas
Risalah pada malam hari ini mengajariku banyak arti
Mari berdamai dengan keadaan
Tidak ada yang menginginkan ini terjadi
Ketika Pena Tak Lagi Menuliskan Tentangmu?
Aku pernah menulis betapa indahnya alam ini
aku juga pernah mengukir aksara dengan penaku
bahkan tanpa melihat secarik kertas pun aku bisa menuliskan aksaraku.
bait utama yang mulai aku goreskan adalah tentang mu
menuliskan tentangmu yang membawa kedamaian,
akhirnya aku mematahkan penaku dan tinta habis sebelum tulisanku selesai
maka izinkanlah aku menuliskan dan mengukir keindahannmu melalui doa yang aku panjatkan
untuk menggantikan bahwa aku tidak akan menulis lagi semua tentangmu
maka abdilah dirimu dalam hati dan Doa ku
meski begitu aku sudah berhenti untuk menulis kembali..
Kesedihan dan Keikhlasan atas Kehilangan
Seberapa keras kau menangis malam ini,Ia tak akan datang kepadamu dan menenangkanmu,Seperti malam-malam yang sudah kau dan dia lewati,Karena apa...?Ia telah hilang dan pergi menjauh untuk selamanya,Hanya meninggalkan sebuah kerinduanyang akan membunuhmu.
Keikhlasan akan menuntunmu agar kau tidak berharap lagi kepadanya.Bangkitlah dan ikhlaskan ia yang telah tiada,Menerima kebenaran adalah pelajaran bagimu.
Malam...
Malam yang sunyi,
Penuh elegi dengan pacaran purnama candara
Malam dengan serayanya
Malam ini penuh dengan Enigma
Terharu dalam Fatamorgana.