PENGHARGAAN DIRI DALAM HUBUNGAN: ANALISIS LAGU 'HARGAI AKU' ARMADA DAN RELEVANSINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Mohamad Riadi Muslim
Lagu "Hargai Aku" karya Armada mengangkat tema tentang pentingnya penghargaan dalam sebuah hubungan. Lirik-liriknya mengungkapkan perasaan kecewa dan frustrasi seseorang yang merasa tidak dihargai oleh pasangannya. Dalam lagu ini, vokalis mengekspresikan permintaan sederhana namun mendalam untuk diperlakukan dengan respek dan penghormatan yang layak. Melalui penggunaan kata-kata yang penuh emosi, lagu ini menyuarakan kepedihan hati yang terabaikan serta harapan untuk mendapatkan pengakuan dan pengertian. Musiknya yang melodius berpadu dengan lirik emosional, menciptakan suasana yang menyentuh dan menggugah perasaan pendengarnya.
Lagu tersebut dapat dikaitkan dengan bimbingan dan konseling, terutama dalam aspek penghargaan terhadap diri sendiri dan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam konteks bimbingan dan konseling, tema lagu ini menggambarkan kebutuhan klien untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain, yang sering kali menjadi permasalahan dalam dinamika hubungan. Bimbingan dan konseling dapat membantu individu dalam memahami pentingnya harga diri dan bagaimana menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan, termasuk mengajarkan keterampilan komunikasi yang efektif untuk mengungkapkan perasaan dan harapan. Melalui konseling, seseorang dapat diajak merefleksikan apakah mereka menerima perlakuan yang sesuai dengan nilai-nilai mereka dan bagaimana cara mengatasi situasi ketika merasa tidak dihargai, seperti yang diungkapkan dalam lirik lagu ini. Proses ini bertujuan untuk membantu individu membangun relasi yang lebih sehat dan bermartabat, sesuai dengan kebutuhan emosional dan psikologis mereka.
Hubungan Mahasiswa dan Dosen: Analisis Hambatan dan Manfaat dalam Pengembangan Akademik dan Profesional
Mohamad Riadi Muslim
Mahasiswa adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu mahasiswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya, mahasiswa tidak bisa hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, oleh karena itu mahsiswa juga disebut sebagai makhluk sosial. Dalam berinteraksi dengan orang lain tidak jarang muncul perbedaan pendapat yang memicu konflik antar individu. Selain itu, kebutuhan-kebutuhan akan bertambah seiring dengan perkembangan seorang individu (Hulukati & Djibran, 2018). Pengeritan mahasiswa menurut Knopfemacher (Kurniawati & Baroroh, 2016) adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual
Namun diera sekarang banyak mahasiswa yang cenderung menjaga jarak dengan dosen kareana bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari rasa canggung atau malu yang dialami oleh mahasiswa dalam berinteraksi dengan otoritas akademik, hingga ketakutan akan dianggap tidak kompeten atau dinilai secara negatif apabila terlalu sering berkomunikasi dengan dosen. Selain itu, perbedaan usia dan gaya komunikasi antara mahasiswa dan dosen sering kali menjadi penghalang dalam menciptakan hubungan yang lebih akrab, di mana mahasiswa merasa bahwa dosen berada pada posisi yang jauh lebih tinggi sehingga sulit untuk didekati. Kurangnya inisiatif dari mahasiswa untuk menjalin hubungan yang lebih personal dengan dosen ini juga sering kali diperparah oleh kesibukan dosen sendiri yang terkadang terlihat terlalu sibuk atau sulit diakses, sehingga mahasiswa enggan untuk mengganggu atau merasa tidak pantas untuk meminta waktu. Akibatnya, mahasiswa mungkin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan bimbingan akademik yang lebih mendalam, arahan yang lebih spesifik dalam mengerjakan tugas atau penelitian, serta dukungan emosional yang sebenarnya sangat penting untuk membantu mereka menghadapi tantangan selama masa studi di perguruan tinggi.
Manfaat dekat dengan dosen menurut saya adalah mahasiswa dapat lebih mudah memperoleh bimbingan akademik yang tepat, seperti arahan dalam pengerjaan tugas, penelitian, atau bahkan proyek akhir. Selain itu, dosen juga dapat memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan saat mahasiswa mengalami kesulitan, baik dalam hal akademis maupun masalah pribadi. Tidak hanya itu, kedekatan ini juga membuka peluang bagi mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai riset dan proyek yang sedang dijalankan oleh dosen, sehingga menambah pengalaman dan memperkaya portofolio. Hubungan baik dengan dosen juga sangat bermanfaat dalam hal pengembangan karir, karena dosen dapat memberikan surat rekomendasi yang lebih personal dan meyakinkan untuk melanjutkan studi atau mencari pekerjaan.
Selain manfaat akademik, dosen juga bisa menjadi mentor yang membantu mahasiswa mengembangkan karakter dan sikap profesional yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Melalui dosen, mahasiswa juga bisa memperluas jaringan mereka dengan mengenal lebih banyak orang yang berpengaruh di bidang studi mereka. Oleh karena itu, menjaga hubungan yang baik dan profesional dengan dosen merupakan langkah strategis untuk memaksimalkan pengalaman selama kuliah.
Daftar Pustaka
Hulukati, W., & Djibran, M. R. (2018). Analisis Tugas Perkembangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling Teori Dan Praktik), 2(1), 73. https://doi.org/10.26740/bikotetik.v2n1.p73-80
Kurniawati, J., & Baroroh, S. (2016). Literasi Media Digital Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Jurnal Komunikator, 8(2), 51–66. https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrjbwLmv_NiIYcJ9B1XNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zAzEEdnRpZANEMTEyNV8xBHNlYwNzcg--/RV=2/RE=1660170343/RO=10/RU=https%3A%2F%2Fjournal.umy.ac.id%2Findex.php%2Fjkm%2Farticle%2Fview%2F2069/RK=2/RS=81QU2oK5sxo7ghZTIsrFj4EtGCI-
KONSEP DASAR TEORI HOLLAND SERTA BEBERAPA KARAKTERISTIK
Konsep Dasar Teori Holland
Pertama kali diusulkan pada tahun 1959, teori Holland dikonseptualisasikan sebagai teori sifat dan faktor dan "tetap dalam tradisi psikologi diferensial". Awalnya diusulkan sebagai teori pilihan kejuruan, teori Holland's baru-baru ini berjudul "teori kepribadian kejuruan dan lingkungan kerja" untuk mencerminkan penyempurnaan teoritis. Secara signifikan, karya Holland telah mempengaruhi perkembangan persediaan minat, penilaian karir, klasifikasi informasi pekerjaan, dan konseling karir. (Amalianita & Putri, 2019)
Penerapan teori pilihan karir Holland melibatkan penilaian individu dalam hal dua atau tiga tipe kepribadian yang menonjol dan kemudian mencocokkan tipe masing-masing dengan aspek lingkungan dari karir potensial. Teori ini memprediksi bahwa semakin tinggi derajat kesesuaian antara karakteristik individu dan pekerjaan, semakin baik potensi untuk hasil positif terkait karir, termasuk kepuasan, kegigihan, dan prestasi.(Amalianita & Putri, 2019)
Teori pilihan karir John Holland (RIASEC) menyatakan bahwa dalam memilih karir, orang lebih suka pekerjaan di mana mereka bisa berada di sekitar orang lain yang seperti mereka. Mereka mencari lingkungan yang akan memungkinkan mereka menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka, dan mengekspresikan sikap dan nilai-nilai mereka, sambil mengambil masalah dan peran yang menyenangkan. Perilaku ditentukanoleh interaksi antara kepribadian dan lingkungan. (Amalianita & Putri, 2019)
Menurut Holland beberapa karakteristik teori pilihan karir John Holland (Amalianita & Putri, 2019) adalah:
- Setiap orang adalah satu dari enam tipe kepribadian: Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional. Beberapa menyebut ini sebagai Kode Holland atau RIASEC.
- Orang-orang dari tipe kepribadian yang sama yang bekerja bersama menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan tipenya. Misalnya, ketika orang Artistik bersama dalam suatu pekerjaan, mereka menciptakan lingkungan kerja yang menghargai pemikiran dan perilaku kreatif - lingkungan Artistik.
- Orang mencari lingkungan di mana mereka dapat menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan mengekspresikan nilai dan sikap mereka. Misalnya, tipe Investigative mencari lingkungan Investigative Jenis artistik mencari lingkungan Artistik, dan sebagainya.
- Orang yang memilih untuk bekerja di lingkungan yang mirip dengan tipe kepribadiannya lebih mungkin berhasil dan puas. Misalnya, orang Artistik lebih mungkin berhasil dan puas jika mereka memilih pekerjaan yang memiliki lingkungan Artistik, seperti memilih untuk menjadi guru tari di sekolah menari - lingkungan "didominasi" oleh orang-orang tipe Artistik di mana kemampuan kreatif dan ekspresi sangat dihargai. (Amalianita & Putri, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Amalianita, B., & Putri, Y. E. (2019). Perspektif Holland Theory serta Aplikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Karir. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 4(2), 63–70. https://doi.org/10.29210/3003490000
Jalaluddin Rumi tentang cinta
- Cinta adalah jembatan antara dirimu dan segala sesuatu.
- Dalam cinta, tidak ada yang namanya kepemilikan hanya ada pemberian.
- Cinta tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata ia hanya dapat dirasakan dengan hati.
- Cinta adalah obat yang menyembuhkan semua luka tidak ada yang lebih kuat dari kekuatan cinta.
- Cinta yang tulus adalah cinta yang tidak meminta apa-apa ia hanya memberi tanpa batas.
- Ketika kamu mencintai, kamu menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini saling terhubung.
- Cinta adalah kekuatan yang menggerakkan segala sesuatu, dan tanpa cinta, kita akan kehilangan arah.
LINGKUP EVALUASI BIMBINGAN & KONSELING
Evaluasi ProgramGibson & Mitchell(Putri, 2019). Menyatakan bahwa jantung hati bimbingan dan konseling adalah program konseling. Gronlund & Linn (Putri, 2019). Mengungkapkan bahwa evaluasi adalah “the systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives”. Artinya suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan penafsiran data atau informasi untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan pelajaran yang diterima oleh peserta didik. Gibson & Mitchel evaluasi juga merupakan suatu proses untuk menilai efektifitas program atau aktifitas. Menurut Cronbach dan Stufflebeam evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Penilaian yang diberikan terletak pada kondisi suatu program tertentu dengan menggunakan standar dan kriteria evaluasi program yang ada didalam kerangka kerja program BK komprehensif (Putri, 2019).
Aspek-Aspek yang Dievaluasi (Lingkup Evaluasi)
Evaluasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling, dilakukan dalam bentuk evaluasi program, evaluasi proses dan evaluasi hasil. dengan kata lain, secara garis besar aspek-aspek yang dievaluasi dalam evaluasi bimbingan dan konseling meliputi: aspek program, aspek proses layanan dan aspek hasil layanan. evaluasi program dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan program yang telah disusun, evaluasi proses untuk sejauh mana keefektifan proses layanan bimbingan dan konseling, sedangkan evaluasi hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang keefektifan hasil-hasil layanan bimbingan dan konseling.
Menurut Nurihsan (2005) aspek-aspek yang dinilai, baik pada proses maupun hasil kegiatan bimbingan dan konseling adalah:
1. kesesuaian antara program dan pelaksanaan,
2. keterlaksanaan program,
3. hambatan-hambatan yang ditemui,
4. dampak layanan bimbingan dan konseling terhadap kegiatan belajar mengajar,
5. respon siswa personil sekolah orang tua dan masyarakat terhadap layanan bimbingan dan konseling,
6. perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling pencapaian tugas-tugas perkembangan hasil belajar dan keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan atau pun pada kehidupannya di masyarakat.
Menurut Suherman (2009), secara operasional, aspek-aspek program bimbingan dan konseling yang harus dievaluasi adalah sebagai berikut:
1. Tujuan dan keberhasilan yang diharapkan
penentuan Tujuan merupakan bidang manajemen yang sangat penting, karena itu tujuan program bimbingan dan konseling hendaknya jelas, singkat, operasional dan terukur. beberapa aspek tujuan yang hendaknya diperhatikan antara lain;
a. tujuan umum program bimbingan konseling di sekolah,
b. tujuan khusus program bimbingan dan konseling dari setiap materi dan jenis kegiatan yang dilakukan seperti:
1) tujuan layanan pengumpulan data,
2) tujuan layanan informasi,
3) tujuan layanan penelitian dan tindak lanjut,
4) tujuan layanan konseling,
5) tujuan layanan penempatan,
6) tujuan layanan penelitian dan tindak lanjut.
1. Program bimbingan dan konseling
aspek-aspek yang harus dinilai dalam program bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Dasar atau acuan penyusunan program seperti produk hukum dalam bentuk undang-undang peraturan pemerintah keputusan dan kebijakan baik berasal dari pemerintah maupun sekolah seperti visi dan misi pendidikannya,
b. proses penyusunan program Bagaimana proses bimbingan dan konseling itu diwujudkan apakah melalui penelaahan kebutuhan dan kondisi sekolah dengan melibatkan tim pengembang atau hasil pekerjaan perseorangan,
c. kurikulum layanan:
1) layanan dasar,
2) perencanaan individual,
3) layanan responsive,
4) dukungan sistem.
d. Pengorganisasian yang berkaitan dengan:
1) personil menyangkut tugas dan tanggung jawab serta alur komunikasi tata kinerja di antara staf sekolah dan bimbingan,
2) fasilitas berkaitan dengan ruangan dan alat-alat pengumpulan dan penyimpanan data,
3) biaya berkaitan dengan anggaran dan sumber biayanya,
4) waktu berkaitan dengan waktu perencanaan dan Pelaksanaan serta pertanggungjawabannya,
3. Proses layanan bimbingan
aspek yang dievaluasi dalam proses bimbingan dan konseling lebih ditekankan pada interaksi antara unsur-unsur yang telah ditetapkan dalam program, serta Bagaimana pelaksanaannya diantara komponen-komponen atau unsur-unsur tersebut. dengan kata lain evaluasi proses adalah menelaah kesesuaian antara peran yang diberikan atau Diharapkan dengan kinerja yang ditunjukkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam rencana Program.
4. Hasil yang dicapai
evaluasi terhadap hasil menekankan pada pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang telah dilakukan, evaluasi terhadap hasil diarahkan pada pencapaian tujuan program baik jangka pendek mau pun jangka Panjang.
Ruang Lingkup Pelaksanaan Evaluasi Program BKPada lingkup evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah mencakup empat komponen, yaitu: (1) Komponen peserta didik/konseli (input), (2) Komponen program, (3) Komponen proses pelaksanaan bimbingan dan konseling, dan (4) Komponen hasil pelaksanaan program (output) (Prayoga et al., 2020).
Komponen Peserta didik/konseli (raw-input)Bagi guru BK di madrasah pemahaman terhadap kondisi peserta didik/konseli yang menjadi tanggung jawabnya penting dan perlu. Pemahaman mengenai (raw input) peserta didik/konseli perlu dilakukan sedini mungkin, dengan pemahaman terhadap raw input dapat dipakai mempertimbangkan hasil pelaksanaan program BK bila dibandingkan dengan produk yang dicapai. Evaluasi raw-input dimulai dari pelayanan himpunan data pada saat peserta didik/konseli diterima di sekolah bersangkutan. (Prayoga et al., 2020)
Komponen Program Evaluasi program BK di sekolah harus mengacu pada keterlaksanaan program BK yang disusun, disesuaikan dengan pola dasar pedoman operasional pelayanan BK. Kegiatan operasional dari masing-masing pelayanan hendaknya disusun dalam suatu sistematika, diantaranya:
a. Tujuan Khusus pelayanan bimbingan dan konseling
b. Kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling
c. Lingkup pelayanan bimbingan dan konseling
d. Rincian kegiatan dan jadwal kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
e. Hubungan antara kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dengan kegiatan luar sekolah
f. Metode dan teknik layanan bimbingan dan konseling
g. Sarana pelayanan bimbingan dan konseling
h. Evaluasi dan penelitian pelayanan bimbingan dan konseling
Komponen Proses Pelaksanaan BK Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program pelayanan BK di madrasah, dituntut proses pelaksanaan bimbingan dan konseling yang mengarah pada tujuan yang diharapkan. Komponen proses pelaksanaan BK yang terlibat yang perlu dievaluasi, meliputi:
a. Organisasi dan administrasi program pelayanan BK
b. Petugas pelaksanaan atau personel (tenaga profesional) dan bukan profesional.
c. Fasilitas dan perlengkapan
1. Fasilitas teknis seperti; tes, inventori, format-format dan sebagainya
2. Fasilitas fisik seperti; ruang kerja guru BK, ruang konseling, ruang tunggu, ruang pertemuan, ruang adminisrasi, ruang penyimpanan instrumen, ruang penyimpanan data. Perlengkapan seperti; meja, kursi, filling kabinet, files, lemari dan sebagainya.
d. Anggaran biaya Anggaran biaya yang perlu dipersiapkan adalah untuk pos-pos seperti; honorarium pelaksana, pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik dan perlengkapan, biaya operasional (perjalanan, kunjungan rumah, penilaian dan penelitian)
Komponen hasil pelaksanaan program (output)Untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dari pelaksanaan bimbingan dan konseling di madrasah harus dilihat dalam diri peserta didik/konseli yang memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Aspek-aspek yang bisa dilihat terutama:
a. Pandangan para lulusan tentang program pendidikan yang telah ditempuhnya,
b. Kualitas prestasi bagi para lulusan,
c. Pekerjaan, jabatan atau karier yang dijalaninya,
d. Proporsi lulusan yang bekerja dan belum bekerja
Evaluasi Program Bimbingan dan KonselingMenurut W.S Winkel (Putri, 2019) evaluasi program bimbingan adalah usaha menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan. Kemudian Azizah (Putri, 2019) mengungkapkan bahwa penilaian program bimbingan konseling merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya Don C Locke (Putri, 2019) meninjau evaluasi program BK lebih sempit yaitu pengumpulan informasi tentang kualitas dan membantu menentukan keputusan tentang program konseling yang akan dilakukan.Hasil evaluasi akan memberikan manfaat dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling selanjutnya. Diniaty (Putri, 2019) beberapa hal yang diperoleh dari hasil evaluasi diantaranya:
a. Untuk mengetahui apakah program bimbingan sesuai dengan kebutuhan yang ada?
b. Apakah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan program, dan mendukung pencapaian tujuan program itu?
c. Bagaimana hasil yang diperoleh telah mencapai kriteria keberhasilan sesuai dengan tujuan dari program itu?
d. Dapatkah diketemukan bahan balikan bagi pengembangan program berikutnya?
DAFTAR PUSTAKA
Dalmia, D., & Alam, F. A. (2021). Evaluasi Program Model Context dan Input dalam Bimbingan Konseling. Jurnal Bimbingan Konseling Dan Psikologi, 1(2), 111–124. https://jurnal.stkipmb.ac.id/index.php/jubikops/article/view/158
Prayoga, B., Susanti, A., Kristiani, R., Fuadia, N. N., & Kulsum, S. (2020). Modul Pembelajaran Bimbingan dan Konseling: Evaluasi, Pelaporan, dan Tindak Lanjut Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. In Modul Bimbingan dan Konseling. /citations?view_op=view_citation&continue=/scholar%3Fhl%3Dpt-BR%26as_sdt%3D0,5%26scilib%3D1&citilm=1&citation_for_view=wS0xi2wAAAAJ:2osOgNQ5qMEC&hl=pt-BR&oi=p
Putri, A. E. (2019). Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling: Sebuah Studi Pustaka. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 4(2), 39. https://doi.org/10.26737/jbki.v4i2.890
Nurihsan, Juntika. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung. PT. Refika Aditama.
Suherman, Umam. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung. Rizki Press.