UNTUK RANI
Di bawah langit senja yang merona,Kutemukan sebuah nama, Rani tercinta.Mata teduhmu seperti lautan biru,Menyimpan rahasia dalam kedalaman rindu.
Langkahmu bagai tarian angin pagi,Membawa harum mimpi-mimpi sejati.Kau adalah melodi di antara sunyi,Seperti bintang, kau bersinar di hati.
Di tiap detik, di tiap hembusan,Kau hadir tanpa jemputan.Hatiku bicara dalam diam yang mesra,Menggenggam rinduku pada tiap detik waktu kita.
Rani, namamu adalah doa,Yang mengisi hari-hari dengan makna.Jika cinta ini seperti pagi,Maka kau adalah matahari yang menyinari.
"DARI ROMANSA KE DENDAM: ANALISIS LIRIK 'KARMA' DARI COKELAT"
Lirik lagu ini menggambarkan kisah seseorang yang mengalami kekecewaan mendalam dan perasaan dikhianati oleh pasangannya, setelah sekian lama menjalani hubungan yang awalnya tampak begitu indah dan sempurna. Pada mulanya, semua terlihat begitu menyenangkan, penuh dengan kebahagiaan dan harapan, seolah-olah tidak ada masalah yang mampu menggoyahkan hubungan mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, kebenaran mulai terungkap, dan orang ini menyadari bahwa pasangannya ternyata tidak berbeda dari orang lain yang pernah melukainya penuh dengan tipu daya dan kebohongan yang sia-sia. Perasaan kecewa yang meluap-luap membawa orang ini pada keputusan untuk mengakhiri hubungan tersebut, dengan mengucapkan selamat tinggal yang penuh dengan kemarahan dan kepedihan. Meskipun hati terasa berat, ia tidak ingin larut dalam kesedihan, melainkan memupuk tekad untuk bangkit dan membuktikan kepada pasangannya bahwa dirinya mampu menjalani hidup lebih baik. Ia berjanji akan kembali suatu hari nanti, jika usia masih panjang, untuk menunjukkan bahwa ia mampu membalas semua rasa sakit dan pengkhianatan yang telah dirasakannya.
Di balik perpisahan yang pahit ini, ada harapan bahwa pasangannya akan merasakan kepahitan yang sama, kesepian yang mendalam, dan penderitaan akibat merasa terbuang sesuatu yang dianggapnya pantas diterima oleh seseorang yang telah menyia-nyiakan perasaan tulus dan cinta sejati. Dengan penuh ketegasan, ia menegaskan bahwa segala upaya pasangannya untuk menutupi kebenaran dan bermain dengan perasaannya hanyalah tindakan sia-sia belaka, dan pada akhirnya, ia dapat menemukan kebahagiaan sejati di luar hubungan yang penuh dengan kebohongan tersebut.
Logika vs Emosi: Membangun Dinamika Organisasi yang Harmonis dalam Situasi Konflik
Perlu kita ketahui dan sadari bersama, bahwa manusia merupakan makhluk emosi, bukan makhluk logika. Terlebih lagi jika dihadapkan oleh sebuah permasalahan, cukup sulit untuk mengharapkan sebagian orang untuk mengedepankan logikanya terlebih dahulu. Setiap saat kita selalu dihadapkan oleh sebuah permasalahan jika bekerja di dalam organisasi. Maka mustahil di dalam sebuah tim/organisasi tidak akan terjadinya “cekcok” atau pertikaian antar anggota. Di sini gue tekankan bahwa “mulutmu harimaumu”, hati-hati menjadi sebuah botol soda yang tutupnya dibuka sesaat setelah lu mengocoknya, meledak
Jika memang lu dan anggota tim lu sedang dalam intensitas emosi yang tinggi, lebih baik untuk taking space (avoid strategy) terlebih dahulu. Tidak apa menghindar sementara untuk mendinginkan kepala kita. Setelah itu mulailah berkomunikasi untuk fokus menyelesaikan permasalahannya, bukan pribadi orangnya. Jangan mengkritik keburukannya di depan rekan lainnya, hal tersebut hanya memperkeruh suasana. Selesaikan dengan gaya diskusi yang tenang dan solutif. Bijaklah dan ambil kendali dengan logika lu. Jika emosi saja bisa mengendalikan diri lu, bagaimana dengan masalah bertubi-tubi yang akan datang di masa depan nanti? cukup berbahaya.
Rani, Sang Pesona yang Tak Tertandinggi
Di lembayung senja yang lembut, di antara desiran angin dan rintik hujan yang jatuh perlahan, ada seorang perempuan bernama Rani. Seindah namanya, ia hadir dengan pesona yang tak tertandinggi, seperti bintang yang bersinar terang di gelapnya langit malam.
Rani, dengan senyumnya yang mengguratkan cahaya di sudut dunia, adalah anugerah yang menyejukkan hati yang gelisah. Matanya seperti danau yang tenang, memantulkan kedalaman tak terukur dari samudra cinta dan kebaikan yang ia bawa. Langkahnya adalah melodi yang menari di antara kelopak bunga, membangunkan pagi dengan kelembutan dan keanggunan yang jarang ada.
Tidak ada yang mampu menandingi keelokan jiwanya, seperti mawar yang mekar tanpa ragu, merona merah di musim semi, membawa harum yang menenangkan, memabukkan, dan menyentuh hingga ke inti keberadaan. Seperti embun pagi yang jatuh di pucuk dedaunan, ia adalah rahasia alam yang tak terucap, keindahan yang tak terlukiskan oleh kata-kata, tak tergantikan oleh apa pun di dunia ini.
Rani, perempuan yang cantik dan tak tertandinggi, adalah lukisan yang hidup, karya seni dari Sang Pencipta yang dirajut dengan sinar matahari dan diwarnai oleh pelangi. Keindahannya bukan hanya tentang rupa, tapi juga tentang jiwa. Dan dalam hatinya, ada dunia yang luas, penuh kasih, penuh harap, yang membuat siapa pun yang mengenalnya merasa beruntung bisa menatap ke dalamnya.
GERAKAN FEMINISME
gerakan feminisme
Secara umum feminisme sering di defenisikan sebagai gerakan wanita yang menuntut persamaan hak antara kaum wanita dan pria. Kata feminisme ini dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosial utopis , Charles Fourier. Teori feminisme di dasari oleh kebutuhan untuk memahami penyebab ketertindasan perempuan dengan tujuan untuk membalikkan tatanan sosial yang didominasi laki-laki. Diakhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, gerakan ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan pada periode ini dikenal juga dengan nama periode kebangkitan feminsime gelombang kedua (BENDAR, 2020).
Sejarah Lahirnya Gerakan Feminisme
Zaman pencerahan atau enlightenment yang terjadi di Eropah pada abad ke 17 yang berperan sebagai tonggak sejarah penting dalam mendeklerasikan kebebasan dan kemajuan serta melepaskan diri dari kungkungan agama. Era ini disebut juga “the age of reason” yang mengkritik politik dan agama status quo. Enlightenment adalah kondisi dimana manusia menjadi subjek dan bebas menentukan jalan hidupnya. Salah satu aspek terpenting didiskusikan di era ini adalah status perempuan yang sebelumnya dianggap sebagai makhluk setengah manusia yang hanya berperan sebagai pelengkap dalam sejarah manusia. Sehingga dari awal sejarah peradaban barat perempuan seringkali dipandang dari sudut negatif. Pada sisi lain bible juga berbicara tentang perempuan kaitannya dengan sejarah Hawa (Eva) sebagai sosok yang merayu Adam untuk berbuat dosa. Lalu literarur barat klasik sangat dipengaruhi oleh kisah dalam bible tersebut yang menimbulkan sikap anti terhadap feminis.
Bagaimana Feminisme Dalam Islam
Feminisme dalam Islam tentu saja tidak menyetujui setiap konsep atau pandangan feminis yang berasal dari Barat, khususnya yang ingin menempatkan laki-laki sebagai lawan perempuan. Disisi lain,feminisme Islam tetap berupaya untuk memperjuangkan hak-hak kesetaraan perempuan dengan laki-laki, yang terabaikan di kalangan tradisional konservatif, yang menganggap perempuan sebagai sub ordinat laki-laki. Feminisme Islam berupaya untuk memperjuangkan apa yang disebut Riffat Hassan “Islam pasca-patriarkhi”, yang tidak lain adalah dalam bahasa Riffat sendiri “Islam Qur’ani” yang sangat memperhatikan pembebasan manusia, baik perempuan maupun laki-laki dari perbudakan tradisionalisme, otoritarianisme (agama, politik, ekonomi atau yang lainnya), tribalisme, rasisme, seksisme, perbudakan atau yang lain-lain yang menghalangi manusia mengaktualisasikan visi Qur’ani, tentang tujuan hidup manusia yang mewujud dalam pernyataan klasik: kepada Allah lah mereka kembali (Suryorini, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
BENDAR, A. (2020). Feminisme Dan Gerakan Sosial. Al-Wardah, 13(1), 25. https://doi.org/10.46339/al-wardah.v13i1.156
Suryorini, A. (2012). Menelaah Feminisme Dalam Islam. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 7(2), 21. https://doi.org/10.21580/sa.v7i2.647