Rasa syukur adalah elemen penting dalam kehidupan yang tidak hanya berfungsi sebagai nilai spiritual tetapi juga memiliki manfaat psikologis dan sosial yang signifikan. Menurut Datu (2024), rasa syukur dapat menjadi pendekatan yang inklusif untuk mendukung individu dengan kebutuhan dan keistimewaan yang beragam, menunjukkan bahwa sikap ini melampaui konteks budaya dan demografi. Dengan menumbuhkan rasa syukur, individu dapat lebih menghargai keberagaman dalam kehidupan mereka dan lingkungan sosialnya.

Pandelios dan Wong (2024) mengusulkan Dyadic Process Model of Interpersonal Gratitude, yang menekankan bahwa rasa syukur tidak hanya bersifat personal tetapi juga melibatkan hubungan antarindividu. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti rasa syukur dapat diwujudkan melalui tindakan menghargai kontribusi orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal, yang pada akhirnya memperkuat hubungan sosial dan menciptakan lingkaran empati.

Zhang et al. (2024) menunjukkan bahwa rasa syukur memiliki kaitan langsung dengan kesejahteraan mental. Penelitian mereka membuktikan bahwa rasa syukur harian dapat mengurangi tingkat depresi secara bertahap. Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, dapat dilakukan dengan mencatat hal-hal yang disyukuri setiap hari atau mempraktikkan mindfulness sebagai cara untuk lebih menghargai momen-momen positif. Selain itu, Atanasova et al. (2024) menemukan bahwa intervensi berbasis kekuatan kebahagiaan, yang salah satunya adalah rasa syukur, dapat meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier, terutama bagi individu yang baru memulai perjalanan kariernya. Ini menunjukkan bahwa rasa syukur dapat membantu seseorang menghadapi tantangan hidup dengan lebih percaya diri, misalnya dengan merenungkan keberhasilan kecil yang sudah dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Atanasova, N., van Woerkom, M., Spanouli, A., Botke, J., & van Roekel, E. (2024). The Effects of a Happiness Strengths Intervention on Career Decision-Making Self-Efficacy among Career Starters. The Career Development Quarterly, n/a(n/a). doi:10.1002/cdq.12369.Datu, J. A. D. (n.d.). Is gratitude science inclusive? A scoping review on gratitude in individuals with diverse needs and exceptionalities. Asian Journal of Social Psychology, n/a(n/a). doi:10.1111/ajsp.12668.Pandelios, A., & Wong, Y. J. (2024). Gratitude in Context: Proposing the Dyadic Process Model of Interpersonal Gratitude. Social and Personality Psychology Compass, 18(12), e70024. doi:10.1111/spc3.70024Zhang, L., Hui, B. P. H., Jiang, D., & Kong, F. (n.d.). More Grateful Today, Less Depressive Tomorrow: The Day-to-Day Association Between Gratitude and Depressed Mood. Journal of Personality, n/a(n/a). doi:10.1111/jopy.12997

"Tanpa Tergesa: Cinta dengan Hati-Hati"

26 December 2024 14:24:07 Dibaca : 35

Musik adalah salah satu medium terbaik untuk mengekspresikan emosi terdalam, dan Juicy Luicy berhasil melakukannya dengan sempurna dalam lagu mereka yang berjudul Tanpa Tergesa. Lagu ini tidak hanya menyuguhkan melodi yang indah tetapi juga pesan mendalam tentang cinta yang penuh kehati-hatian. Tanpa Tergesa membuka dengan nada melankolis, mencerminkan rasa hati-hati yang dirasakan seseorang setelah mengalami luka emosional di masa lalu. Liriknya menceritakan tentang seseorang yang meminta ruang dan waktu untuk menyembuhkan diri sebelum memulai hubungan baru. Pesan ini terasa kuat dalam bait:

"Jangan minta jatuh cinta, luka lamaku juga belum reda. Beri dulu aku waktu untuk sembuh sendirinya."

Frasa ini menggarisbawahi pentingnya memberi ruang untuk pemulihan diri setelah terluka, sebuah tema yang relevan dengan banyak orang yang pernah merasakan pahitnya cinta. Juicy Luicy juga menyampaikan bahwa cinta tidak seharusnya terburu-buru. Dalam liriknya, mereka menekankan perlunya menjalani hubungan dengan perlahan agar tidak mengulang kesalahan yang sama:

"Bukan ku tak jatuh cinta, lelah ulang kesalahan yang sama. Kuingin kita jalanin cinta tanpa tergesa."

Lagu ini menonjolkan pentingnya membangun hubungan yang stabil dan didasarkan pada pemahaman serta kesiapan emosional, bukan sekadar dorongan sesaat. Dari segi musikalitas, Tanpa Tergesa menggunakan nada-nada lembut dan aransemen yang minimalis untuk menciptakan suasana yang reflektif. Suara vokalis yang penuh perasaan dipadukan dengan instrumen sederhana membuat pendengar tenggelam dalam setiap kata dan melodi. Video musik Tanpa Tergesa mendukung pesan lagu ini dengan visual yang menggambarkan perjalanan emosional seseorang yang sedang mencoba menyembuhkan diri. Adegan-adegan penuh kesederhanaan, seperti berjalan sendirian atau merenung, menambah kedalaman emosi yang disampaikan.

Di era di mana segalanya sering terasa terburu-buru, lagu ini menjadi pengingat akan pentingnya bersabar dalam cinta. Juicy Luicy mengajarkan bahwa cinta yang baik adalah cinta yang dijalani dengan kesadaran penuh, bukan karena desakan atau ketakutan akan kesepian.

Kesimpulan:

Tanpa Tergesa adalah karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menginspirasi pendengarnya untuk lebih bijak dalam menjalani cinta. Dengan lirik yang puitis, melodi yang menyentuh, dan pesan yang relevan, lagu ini menjadi salah satu karya terbaik Juicy Luicy yang patut didengarkan oleh siapa saja yang ingin merenungkan perjalanan cinta.

CINTA DAN WAKTU

20 December 2024 03:18:56 Dibaca : 36

Cinta dan waktu memiliki hubungan yang kompleks dan sering kali saling memengaruhi dalam pembentukan hubungan antarmanusia. Westerholm (2021) menjelaskan bahwa cinta tidak hanya terbentuk dalam ruang fisik, tetapi juga melalui perjalanan waktu yang memungkinkan individu untuk memahami dan membentuk kedalaman perasaan. Pemikiran ini sejalan dengan pandangan Augustinian tentang waktu, di mana cinta berkembang melalui refleksi diri dan pengalaman. Selain itu, Rokach (2024) menekankan bahwa budaya memengaruhi cara individu memaknai waktu dalam hubungan cinta. Dalam budaya tertentu, cinta sering kali dikaitkan dengan komitmen jangka panjang yang membutuhkan investasi waktu dan energi emosional, sedangkan dalam budaya lain, cinta bisa dimaknai sebagai pengalaman yang lebih spontan dan kurang terikat pada kerangka waktu.

Penelitian Abraham (2002) juga menemukan bahwa persepsi cinta di kalangan anak muda sering kali berubah seiring waktu, mulai dari hubungan yang dianggap sebagai "time pass" hingga hubungan yang lebih serius dan berkomitmen. Hal ini menunjukkan bahwa waktu memainkan peran penting dalam proses kedewasaan emosional dan perkembangan cinta.Dalam situasi ekstrem, cinta bahkan dapat menjadi elemen penyelamat hidup. Taitler (2024) menggambarkan bagaimana cinta romantis dan ikatan keluarga di masa-masa sulit, seperti di Auschwitz, memberikan harapan dan makna yang melampaui batasan waktu. Ini membuktikan bahwa cinta memiliki kekuatan untuk menghadirkan penghiburan meskipun dalam keadaan yang paling berat.

Akhirnya, Purcell dan Reid (2022) menyoroti pentingnya cinta profesional dalam membangun ketahanan dan kesejahteraan anak-anak dan remaja. Dalam konteks ini, waktu menjadi faktor penting untuk menciptakan hubungan yang mendalam dan bermakna, yang pada akhirnya dapat membantu individu berkembang dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, L. (2002). Bhai-behen , true love, time pass: Friendships and sexual partnerships among youth in an Indian metropolis. Culture, Health & Sexuality, 4(3), 337–353. doi:10.1080/13691050110120794

Rokach, A. (2024). Love Culturally: How Does Culture Affect Intimacy, Commitment & Love. The Journal of Psychology, 158(1), 84–114. doi:10.1080/00223980.2023.2244129

Westerholm, M. (2021). Space, time, and the formation of love: the Augustinian self revisited. International Journal of Philosophy and Theology, 82(3), 205–232. doi:10.1080/21692327.2021.1994447

Taitler, R. (2024). Love in the time of Auschwitz: romantic love, family bonds, and the formation of friendships as a lifesaving element. Jewish Culture and History, 25(3), 368–383. doi:10.1080/1462169X.2024.2384227

Martin E. Purcell, J. P., & Reid, J. (2022). Love in a Time of Colic: Mobilizing Professional Love in Relationships with Children and Young People to Promote Their Resilience and Wellbeing. Child & Youth Services, 43(1), 3–27. doi:10.1080/0145935X.2020.1820320

KONSELING PRANIKAH

20 December 2024 03:02:00 Dibaca : 23

Konseling pranikah merupakan langkah penting dalam membangun pondasi hubungan yang sehat bagi pasangan sebelum memasuki kehidupan pernikahan. Berdasarkan model transaksional yang dikembangkan oleh Boyd dan Boyd (1981), konseling pranikah dapat membantu pasangan mengidentifikasi pola komunikasi dan perilaku yang dapat memengaruhi dinamika hubungan mereka di masa depan. Pendekatan ini menekankan pentingnya dialog terbuka dan kesadaran akan kebutuhan emosional masing-masing pasangan. Selain itu, Hornby (1990) mengusulkan model konseling berbasis perkembangan humanistik yang berfokus pada pertumbuhan psikologis dan edukasi pasangan. Model ini memberikan pasangan kesempatan untuk memahami peran mereka dalam mendukung perkembangan pribadi dan hubungan yang saling mendukung. Selanjutnya, penelitian Boyd dan Boyd (1982) menyoroti perlunya menutup "jalan keluar" dalam hubungan, yaitu kecenderungan untuk menghindari konflik atau tanggung jawab. Dengan mendiskusikan potensi tantangan dan strategi penyelesaiannya dalam konseling pranikah, pasangan dapat membangun kepercayaan dan komitmen yang lebih kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, L. W., & Boyd, H. S. (1981). A Transactional Model for Relationship Counseling. Transactional Analysis Journal, 11(2), 142–146. doi:10.1177/036215378101100210

Boyd, L. W., & Boyd, H. S. (1982). Closing Relationship Escape Hatches. Transactional Analysis Journal, 12(1), 58–60. doi:10.1177/036215378201200109

Hornby, G. (1990). A humanistic developmental model of counselling: A psycho-educational approach. Counselling Psychology Quarterly, 3(2), 191–203. doi:10.1080/09515079008254247

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIGITAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAHMoh Riadi Muslim

Ilmu pengetahuan berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan ilmu ini mendukung terciptanya teknologi-teknologi baru yang menandai kemajuan zaman. Selama ini teknologi yang dikembangkan sudah memasuki tahap digital. Termasuk di Indonesia, setiap bidang sudah mulai memanfaatkan teknologi untuk memajukan pekerjaan, termasuk Pendidikan. Teknologi merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan, dan berlangsung dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan itu sendiri juga harus menggunakan teknologi untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat (Lestari dalam Manongga, 2021) yang menyatakan bahwa teknologi digital kini sudah mulai digunakan di dalam lembaga pendidikan sebagai sarana untuk mendukung pembelajaran, baik sebagai alat informasi (yaitu sebagai sarana mengakses informasi) atau sebagai alat pembelajaran (yaitu sebagai sarana penunjang kegiatan belajar dan tugas) (Manongga, 2021).

Di era digital, pemanfaatan teknologi telah menjadi kebutuhan mendesak dalam dunia pendidikan, termasuk dalam layanan bimbingan dan konseling (BK). Menurut Sugiyo (2020), layanan BK berbasis teknologi dapat membantu mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, serta memberikan akses yang lebih fleksibel bagi siswa untuk mendapatkan bantuan. Namun, belum semua sekolah mampu mengintegrasikan teknologi secara efektif dalam layanan BK. Digitalisasi dalam layanan BK diperlukan untuk menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 yang menuntut transformasi di semua sektor, termasuk pendidikan. Handayani (2019) menyebutkan bahwa teknologi tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memperluas cakupan layanan, terutama bagi siswa yang berada di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan fisik.

Pemanfaatan platform seperti Zoom atau Google Meet memungkinkan konseling online dilakukan dengan lebih mudah. Selain itu, aplikasi khusus seperti "e-BK" memberikan fitur perencanaan, penjadwalan, hingga pelaporan konseling secara otomatis (Prihatin, 2021). Media sosial juga dapat digunakan untuk menyebarkan informasi edukatif mengenai pengembangan diri dan kesehatan mental siswa. Untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam program BK, guru BK perlu mendapatkan pelatihan khusus terkait penggunaan aplikasi dan platform digital. Menurut Santoso (2022), program pelatihan ini harus didukung dengan kebijakan sekolah yang proaktif dalam menyediakan infrastruktur teknologi, seperti komputer, internet, dan perangkat lunak. Selain itu, sistem keamanan data perlu diperhatikan agar privasi siswa tetap terjaga.

Kendala utama dalam implementasi teknologi di layanan BK meliputi keterbatasan infrastruktur dan resistensi pengguna. Handayani (2021) mencatat bahwa solusi dapat dilakukan melalui peningkatan kolaborasi dengan pihak luar, seperti penyedia layanan IT atau lembaga pendidikan tinggi. Selain itu, diperlukan program sosialisasi yang efektif untuk meningkatkan penerimaan teknologi di kalangan siswa, guru, dan orang tua. Digitalisasi memungkinkan layanan BK menjadi lebih efisien, baik dalam pelaksanaan maupun pengelolaan data. Menurut Widyasari (2020), teknologi dapat membantu guru BK mengakses data siswa secara real-time, mempermudah evaluasi, dan memberikan solusi lebih cepat terhadap permasalahan siswa. Selain itu, siswa juga dapat lebih mudah mengakses layanan, terutama di luar jam sekolah. Salah satu contoh implementasi adalah penggunaan aplikasi “Simpel BK” di sebuah sekolah menengah di Yogyakarta. Studi oleh Prihatin (2021) menunjukkan bahwa aplikasi ini mampu meningkatkan efisiensi layanan konseling hingga 40% dan membuat siswa lebih nyaman dalam mengakses layanan BK secara online.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, T. (2019). "Pentingnya Digitalisasi dalam Pendidikan." Jurnal Pendidikan Digital.

Manongga, A. (2021). Pentingnya teknologi informasi dalam mendukung proses belajar mengajar di sekolah dasar. Pascasarjana Univearsitas Negeri Gorontalo Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 978-623–98(November), 1–7.

 Widyasari, R. (2020). "Manfaat Teknologi dalam Layanan BK." Jurnal Psikologi dan Pendidikan.

Prihatin, A. (2021). "Efektivitas Penggunaan Aplikasi dalam Layanan BK." Jurnal Konseling Modern.

Santoso, H. (2022). "Strategi Pengintegrasian Teknologi dalam Layanan BK Sekolah." Jurnal Inovasi Pendidikan.

Sugiyo, S. (2020). "Transformasi Digital di Era Revolusi Industri 4.0." Jurnal BK Indonesia.