Bimbingan dan Konseling: Definisi, Ilmu, dan Perkembangannya di Indonesia
Definisi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah suatu proses membantu seseorang dalam menentukan pilihan yang penting yang mempengaruhi kehidupannya Gladding, (Habsy, 2017). Bimbingan dapat dilihat dalam bentuk kegiatan membantu siswa membuat keputusan tentang pendidikan yang akan diambilnya atau kejuruan yang diharapkannya. Makna Konseling menurut the American Counseling Association (ACA) Gladding (Habsy, 2017) konseling adalah penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental, perkembangan psikologis atau manusia, melalui intervensi kognitif, afektif, perilaku, atau sistemik, dan strategi yang mencanangkan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, atau perkembangan karir, dan juga patologi. Definisi ini dikemukakan untuk mencoba dan memenuhi kebutuhan berbagai tipe dan gaya konseling yang dipraktekkan oleh anggota ACA. Unsur-unsur definisi tersebut sangat penting untuk difahami.
Menurut Prayitno (Kamaluddin, 2011), bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan dan Konseling Sebagai Ilmu
Bimbingan dan Konseling merupakan suatu ilmu berusaha memfasiltasi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Menurut Hepner, Wampold, & Kivlinghan (Habsy, 2017) suatu profesi yang bertujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perubahan positif pada individu harus didasarkan pada pengetahuan yang ada pada sebuah realitas di luar keyakinan pribadi penyandang profesi dan prasangka. Oleh karena itu, sejumlah metode ilmiah dikembangkan untuk membuat pengetahuan tersebut. Ilmu memainkan peran penting dalam pengembangan pengetahuan sebagai dasar bagi profesi Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan dan Konseling sebagai ilmu menerima kontribusi yang besar, baik dari filsafat maupun dari ilmu sosial dasar lainnya. Yang dimaksud dengan ilmu sosial dasar itu meliputi: sosiologi, antropologi, psikologi, dan psikologi sosial. Kontribusi serta peranan filsafat dalam pengembangan dan pemikiran ilmu Bimbingan dan Konseling merupakan rujukan dasar bagi ilmu Bimbingan dan Konseling, yaitu sebagai sumber tolok ukur dalam memilih unsur-unsur dari ilmu sosial dasar dalam upaya memecahkan masalah Bimbingan dan Konseling.
Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Perkembangan BK di Indonesia mulai tumbuh dan dikenal layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah, fokus layanan lebih ditekankan pada penanganan permasalahan siswa, terutama menyangkut perilaku disiplin sekolah. Bimbingan dan Konseling dilakukan secara sporadik, oleh guru tanpa latar belakang BK. Upaya mempersiapkan dan memenuhi tenaga profesional di bidang Bimbingan dan Konseling dilakukan dengan: (1) Membuka jurusan Bimbingan dan Penyuluhan pada tahun 1964 di Universitas Negeri Malang dan Universitas Pendidikan Indonesia, (2) Penyiapan tenaga ahli dan profesional dalam bidang BK Lembaga Pendidikan Post Doktoral IKIP pada tahun 70-an, program ini menyiapkan para calon Magister dan Doktoral Bimbingan dan Konseling, (3) Pada tahun 1995, Sertifikasi tes bagi konselor telah diawali pada tahun 1995 di Universitas Negeri Malang, dan (4) Pada tahun 1999/2000, mulai dirintis Pendidikan Profesi Konselor di Universitas Negeri Padang.
Sejalan dengan perkembangan Bimbingan dan Konseling pengakuan legal atas eksistensi konselor di Indonesia ditetapkannya UU no 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (6) dinyatakan bahwa konselor sebagai salah satu kualifikasi pendidik. Perubahan pada tahun 2014 dibarengi dengan munculnya Permendikbud nomor 111 tahun 2014 memberikan penegasan pada profesi Guru BK adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal S1 bimbingan dan konseling dan memiliki kompetensi di bidang bimbingan dan konseling, Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi S1 Bimbingan dan Konseling yang telah lulus Pendidikan Profesi Konselor dengan gelar (Kons). Program Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor (PPGBK/K) menghasilkan tenaga pendidik profesional dalam bidang Bimbingan dan Konseling/ Konselor. Kurikulum Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling sama dengan kurikulum pendidikan profesi konselor, dengan demikian lulusan program PPGBK/K menghasilkan pendidik profesional dalam bidang bimbingan dan konseling yang disebut konselor atau guru bimbingan dan konseling yang dianugerahi gelar Gr.Kons (Permendikbud tahun 2014 nomor 111: 3).
DAFTAR PUSTAKA
Habsy, B. A. (2017). Filosofi Ilmu Bimbingan Dan Konseling Indonesia. Jurnal Pendidikan (Teori Dan Praktik), 2(1), 1. https://doi.org/10.26740/jp.v2n1.p1-11
Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan dan Konseling Sekolah. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 17(4), 447–454. https://doi.org/10.24832/jpnk.v17i4.40
PUISI JEJAK YANG TERTINGGAL
PUISI JEJAK YANG TERTINGGAL
Ada hujan yang jatuh malam ini, Seperti kenangan yang tak ingin pergi. Cici duduk, merangkul sunyi, Di sudut ruang, tempat rindu bersemi.
Koko di kejauhan, menyesap kopi, Di kafe yang dulu jadi saksi, Percakapan manis, tawa tak henti, Kini hanya sunyi yang mengganti.
Tiga tahun, waktu yang tak sebentar, Mengukir cerita, menanam sadar. Namun cinta kadang tak mampu menakar, Jarak hati yang makin memudar.
Mereka berdua terpisah bukan karena benci, Hanya karena hidup membawa pergi. Pertengkaran kecil yang tak lagi sembunyi, Kini menjadi jurang yang tak terlewati.
Cici bertanya, "Mengapa begini?" Sementara Koko terdiam, terjebak sepi. Di antara rintik hujan yang tak bertepi, Ada sisa cinta yang tak tersentuh lagi.
Waktu mungkin akan menghapus luka, Namun jejak kenangan akan tetap ada. Di setiap langkah yang mereka bawa, Ada perasaan yang tak sepenuhnya reda.
Malam ini, hujan tetap setia, Mengiringi kisah yang tinggal cerita. Dan di hati mereka, meski tak bersama, Cinta itu masih, meski tak berbicara.
Jejak yang Tertinggal (CERPEN)
Malam itu, hujan turun deras di luar jendela kamar. Cici duduk di sudut tempat tidurnya, memeluk bantal erat-erat. Pikirannya melayang pada kenangan-kenangan yang pernah ia lalui bersama Koko, mantan kekasih yang baru saja mengakhiri hubungan mereka beberapa hari yang lalu. Mereka berdua sudah bersama selama tiga tahun. Semua kenangan itu, dari tawa hingga air mata, seperti film yang berputar dalam pikirannya. Cici masih bisa merasakan hangatnya genggaman tangan Koko, cara dia tersenyum saat mereka saling bertukar pandang, dan bagaimana suara tawanya mengisi hari-harinya. Tapi sekarang, semuanya hanya bayangan masa lalu. "Kenapa semuanya jadi seperti ini?" gumam Cici, menatap foto mereka berdua yang masih terpajang di meja sebelah tempat tidur. Dalam foto itu, mereka terlihat bahagia, berlibur di pantai, dengan matahari terbenam di belakang mereka. Seolah-olah tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Namun kenyataannya, sesuatu telah berubah di antara mereka. Perbedaan kecil yang dulu dianggap sepele kini menjadi jurang yang memisahkan hati mereka. Koko mulai sibuk dengan pekerjaannya, dan Cici merasa terabaikan. Pertengkaran kecil yang tadinya bisa mereka selesaikan dengan tawa, perlahan menjadi besar dan tak terhindarkan. "Aku masih sayang sama dia," bisik Cici pada dirinya sendiri, meskipun ia tahu dalam hatinya bahwa cinta saja kadang tidak cukup untuk mempertahankan hubungan.
Di sisi lain kota, Koko duduk sendirian di sebuah kafe yang biasa mereka kunjungi. Tangannya memegang cangkir kopi, tapi pikirannya melayang pada sosok Cici. Ia tahu bahwa perpisahan itu adalah keputusan yang sulit, tapi dia merasa itu adalah yang terbaik untuk mereka berdua. Ada rasa bersalah yang tak bisa ia singkirkan, meskipun ia yakin itu adalah hal yang benar. "Apakah dia baik-baik saja?" pikir Koko, mengaduk kopinya dengan perasaan tak menentu. Ia mengingat momen-momen manis mereka, dari obrolan panjang hingga perjalanan spontan ke tempat-tempat yang selalu membuat Cici tertawa. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka berdua semakin jarang tertawa bersama. Ketika Cici meminta waktu untuk berbicara, Koko tahu arah pembicaraan itu. Keduanya tahu bahwa hubungan mereka sudah tidak lagi seperti dulu. Dan meskipun sulit, mereka sepakat untuk berpisah. Namun, perpisahan itu tidak serta merta menghapus perasaan yang mereka miliki. Masih ada cinta di sana, meskipun terbungkus dalam kepedihan. Cici menatap langit-langit, berharap semua perasaan ini bisa segera hilang. Tapi ia juga tahu bahwa melupakan seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya tidak akan semudah itu. "Aku butuh waktu," pikirnya, sambil menarik napas dalam-dalam.
Di luar, hujan masih turun. Hujan yang sama yang dulu sering mereka nikmati bersama, kini menjadi saksi perpisahan mereka. Hujan yang menutupi air mata Cici dan Koko, meski mereka berada di tempat yang berbeda. Waktu akan menyembuhkan luka mereka, meskipun jejak kenangan itu akan selalu ada. Dan mungkin suatu hari nanti, mereka akan kembali tersenyum saat mengingat semua ini, meski kini, yang tersisa hanya rasa kehilangan.
Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
Observasi Partisipatif
Observasi partisipatif adalah metode penelitian di mana peneliti secara aktif terlibat dalam situasi yang sedang diteliti, sambil mengamati perilaku, interaksi, dan proses yang terjadi di dalamnya. Dalam pendekatan ini, peneliti tidak hanya menjadi pengamat pasif, tetapi juga berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari dari subjek penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai konteks sosial dan budaya yang diamati. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data yang kaya dan detail tentang dinamika yang terjadi di lapangan.
Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam ialah temu muka berulang antara peneliti dan subyek penelitian, dalam rangka memahami pandangan subyek penelitian mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagaimana diungkapkan dalam bahasanya sendiri (Taylor dan Bogdan Agusta, I. 2003). Wawancara mendalam adalah percakapan dua arah dalam suasana kesetaraan, akrab dan informal. Teknik ini sesuai pada situasi: 1. aspek yang menjadi perhatian penelitian sudah jelas dan dirumuskan dengan tepat. 2. ajang dan orang-orang yang menjadi subyek penelitian tidak terjangkau, misalnya menyangkut peristiwa masa lalu. 3. peneliti menghadapi kendala waktu, sehingga tidak mungkin melakukan pengamatan berpartisipasi penuh. 4. penelitian tergantung pada ajang atau orang-orang dalam skala luas/besar. 5. peneliti ingin menjelaskan pengalaman subyek manusia: riwayat hidup memungkinkan peneliti mengenal subyek penelitian secara akrab, melihat dunia lewat mata mereka dan masuk lewat pengalaman mereka. Wawancara mendalam bersifat luwes, terbuka, tidak terstruktur, dan tidak baku. Intinya ialah pertemuan berulang kali secara langsung antara peneliti dan subyek penelitian.
Tujuan Wawancara Mendalam
Tujuan dari wawancara mendalam adalah untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang perspektif, pengalaman, motivasi, dan makna yang diberikan oleh individu terhadap suatu fenomena atau isu tertentu. Metode ini bertujuan menggali informasi yang lebih kaya dan detail, yang mungkin tidak dapat diperoleh melalui metode penelitian lain seperti survei atau kuesioner. Wawancara mendalam juga digunakan untuk mengeksplorasi berbagai nuansa dan kompleksitas dalam pandangan subjek penelitian, memahami konteks sosial dan budaya yang mempengaruhi mereka, serta mengidentifikasi tema atau pola yang mungkin tersembunyi atau kurang jelas pada permukaan.
Diskusi Kelompok Terfokus
Focus Group Discussion/FGD atau diskusi kelompok terfokus merupakan suatu metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial, tidak terkecuali pada penelitian keperawatan. Metode ini mengandalkan perolehan data atau informasi dari suatu interaksi informan atau responden berdasarkan hasil diskusi dalam suatu kelompok yang berfokus untuk melakukan bahasan dalam menyelesaikan permasalahan tertentu. Data atau informasi yang diperoleh melalui teknik ini, selain merupakan informasi kelompok, juga merupakan suatu pendapat dan keputusan kelompok tersebut.
Keunggulan Diskusi Kelompok Terfokus
Memberikan data yang lebih kaya dan memberikan nilai tambah pada data yang tidak diperoleh ketika menggunakan metode pengumpulan data lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. (2003). Teknik pengumpulan dan analisis data kualitatif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Litbang Pertanian, Bogor, 27(10), 179-188.
Afiyanti, Y. (2008). Focus group discussion (diskusi kelompok terfokus) sebagai metode pengumpulan data penelitian kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(1), 58-62.
Sari, A. N. (2019). Analisis observasi partisipatif dalam penelitian sosial (Tesis, Universitas Indonesia). Diakses dari Repositori Universitas Indonesia.
Dari Pembentakan ke Penghargaan
Saat ini melakukan pembentakan di dalam tim/organisasi bukanlah solusi yang baik, apalagi untuk anggota yang mayoritas mulai diisi oleh gen z. Pembentakan hanya menciptakan bom waktu yang tidak berguna pada masa depan tim/organisasi itu nanti. Dengan pembentakan juga menunjukkan bahwa anda gabisa berkomunikasi menggunakan logika, hanya emosi yang meliputi komunikasi anda itu. Untuk apa sih biasanya seorang atasan membentak? salah satunya jika ingin menginstruksikan suatu pekerjaan dan ingin untuk diselesaikan secepat mungkin. Works? probably, bahaya? tentu. So, di sini ada
3 tips komunikasi ringan dari saya untuk mengganti pembentakan yang tidak berguna itu:
1. Komunikasikanlah kepada anggota/rekan lu bahwa mereka penting. Libatkanlah mereka dalam pengambilan keputusan dan proses pengerjaannya.
2. Lakukanlah negosiasi tentang pros and cons yang akan mereka dapatkan jika melakukan pekerjaan itu. Pastikan bahwa pekerjaan tersebut menghasilkan benefit untuk tim dan dirinya.
3. Selalu lakukan penghargaan untuk setiap proses yang telah mereka lakukan. Hal tersebut menunjukkan keberadaan dan rasa penting untuk dirinya.